Jangan cepat kecewa karena sesuatu yang tidak bisa kamu atur
Ingatlah bahwa kita semua sama, manusia biasa
Adakalanya kita retak, atau bahkan hancur
Kita membuat kesalahan, semuanya wajar
Jangan biarkan rasa sakit dan kesedihan menghancurkanmu
“Mas Azka,” panggil Diana pada Azka yang sudah berbaring di sampingnya.
“Hmmm,” gumam Azka tanpa membuka matanya.
Diana merubah posisinya menjadi berbaring menyamping menghadap Azka.
“Diana boleh minta tolong Mas?” tanya Diana ragu.
Mendengar ucapan Diana, Azka membuka matanya lalu berbaring menghadap Diana juga, kini mereka sudah dalam posisi yang saling berhadapan. Hal itu sontak membuat keduanya canggung.
“Apa?” tanya Azka mencoba menutupi kegugupannya.
“Hmmm ... Diana boleh minta Mas Azka temenin Diana buat cek kandungan besok?” tanya Diana hati-hati.
Bukan menjawab pertanyaan Diana, justru Azka malah memandang Diana tepat di manik matanya, dengan pandangan yang sulit Diana artikan.
“Kalo kamu masih mencintai aku, aku mohon cintai juga Diana sebagaimana kamu mencintai aku, setidaknya demi calon anak kalian.”
Kalimat yang dilontarkan Aisha malam itu selalu terngiang ketika Azka ragu untuk mencoba belajar menerima Diana di hidupnya.
“Mas?” panggil Diana mengejutkan Azka.
“I-iya besok aku akan nemenin kamu,” jawab Azka agak tergugup.
“Makasih ya Mas,” ucap Diana berseri.
“Udah malem, ayo istirahat,” ajak Azka kemudian memeluk pinggang Diana dan melelapkan netranya.
Sontak hal itu membuat Diana tersenyum sendiri tanpa disadari oleh Azka. Ia bersyukur atas perubahan suaminya kini, ternyata Azka benar-benar berusaha menepati janjinya.
"Maaf Di, lagi-lagi aku pengecut dengan hatiku. Aku belum bias melupakan Aisha sepenuhnya. Tapi aku janji, kedepannya insyaaloh hanya kamu yang bersarang di hatiku,” ucap Azka lirih karena menyangka Diana sudah lebih
dulu terlelap. Namun ternyata bisa didengar oleh Diana, karena memang Diana belum terlelap sama sekali.
“Aku tunggu janjimu Mas,” gumam Diana membatin.
***
Aisha kini harus menerima kenyataan jika sekarang kedua matanya tak bisa melihat karena kecelakaan malam itu.
Kini dunianya benar-benar gelap, luka sebab penghianatan Azka saja belum sepenuhnya membaik di hatinya, kini ditambah luka baru dengan keadaan fisiknya yang seperti ini.
Faris dan Maya yang selalu ada dalam segala kondisi Aisha menjadi salah satu kekuatan Aisha untuk tetap menjalani hidup, walau kini hidupnya tak sesempurna dulu.
Setelah kondisi Aisha mulai membaik pasca operasi, Faris mengajak Aisha berjalan-jalan keliling taman Rumah Sakit guna menghilangkan stres yang dialami Aisha setelah mengetahui kebutaannya.
Dengan setia Faris mendorong kursi roda Aisha menyusuri koridor untuk menuju ke taman.
“Aku punya salah apa sampai harus mengalami hal ini Faris?” tanya Aisha sendu.
Faris yang mendengar rintihan Aisha menghentikan laju kursi roda yang di dorongnya, lalu berjalan ke hadapan Aisha, berlutut di depannya dan mengusap kepala Aisha dengan sayang dari balik hijabnya.
“Sha kita gak boleh lupa bahwa setiap manusia pasti akan diberi cobaan, dan untuk orang yang terpilih maka akan lebih besar cobaan yang diberikan,” ucap Faris lembut.
“Tapi rasanya aku gak sanggup dengan semua cobaan ini Ris,” jawab Aisha parau menahan sesak.
“Allah tidak akan memberi cobaan pada hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Ada ibu, ada aku yang akan selalu nemenin kamu apapun yang terjadi. Maaf lagi-lagi aku gak bisa jagain kamu, andai malam itu aku nemenin kamu Sha.”
“Betapa indahnya aku menemukan hati yang tak pernah menuntut apa-apa dariku kecuali sebatas keinginan untuk melihatku baik-baik saja. Dan hati itu adalah kamu. Aku bersyukur Ris punya kamu dan ibu yang selalu menyayangiku tanpa syarat.”
“Kamu adalah harap yang kusemogakan, bersamamu adalah doa yang selalu aku langitkan,” jawab Faris lembut seraya menghapus airmata Aisha.
Faris baru saja mengungkapkan perasaannya, namun entah Aisha menyadarinya atau tidak.
“Kamu tunggu disini ya sebentar,” ucap Faris tiba-tiba.
“Kamu mau kemana Faris, jangan tinggalin aku,” jawab Aisha panik.
“Hey tenang Sha, aku gak akan ninggalin kamu kok, gak akan pernah. Aku cuma mau ngambil sesuatu sebentar. Kamu hitung deh sampe sepuluh, aku pasti udah balik lagi,” ucap Faris menenangkan Aisha.
Dan benar saja, sebelum hitungan ke sepuluh Faris sudah kembali.
“Coba kamu pegang ini, lalu kamu hirup aromanya,” ucap Faris memberikan sesuatu pada genggaman Aisha.
“Ini mawar,” jawab Aisha kemudian.
“Betul sekali, dia cantik kaya kamu Sha.”
“Aku gak secantik itu Faris, sekarang aku hanya wanita buta yang hidupnya saja harus bergantung pada orang lain.”
“Ssttt ... kamu gak boleh ngomong kayak gitu, cantik itu gak selamanya tentang fisik Sha, karena fisik itu bisa menua dan berubah. Tapi cantiknya hati gak akan pernah berubah, seperti mawar ini, meski dia telah layu atau bahkan mengering, tapi orang tak akan pernah lupa harumnya. Seperti kamu.”
“Ih gombal ya kamu.”
“Aku gak gombal Sha, itu fakta kok,” jawab Faris yang diikuti oleh kekehan keduanya.
“Aisha, Faris,” panggil Diana yang langsung menghampiri mereka diikuti oleh Azka.
Keduanya sontak menoleh mendengar nama mereka dipanggil.
“Kamu kenapa Sha kok pake baju pasien dan pake kursi roda?” tanya Azka terdengar sangat panik.
Diana dan Azka merasa ada yang berbeda dengan tatapan Aisha.
“Aisha kecelakaan waktu pulang dari acara kalian malam itu,” jawab Faris yang justru menjawab pertanyaan Azka.
“Innalillahi ... tapi kamu baik-baik aja kan Sha?” kini Diana yang terdengar panik.
“Aisha sempet koma dan baru sadar setelah dilakukan operasi bedah saraf karena terjadi pendaharahan di otaknya,” lagi-lagi Faris yang menjelaskan. Aisha sendiri memilih diam, ia tak sanggup menceritakan peristiwa tragis yang menimpanya malam itu.
“Allahu ....” ucap Diana segera memeluk Aisha dan terisak.
“Dan Aisha kini gak bisa melihat,” lanjut Faris yang sontak membuat Azka terkejut.
Diana kini semakin terisak mendengar penuturan Faris.
“Maafin aku Aisha, kalo aja aku gak minta kamu buat dateng di acara kami malam itu, lagi-lagi kamu terluka karena aku,” ucap Diana disela isakannya.
“Jangan selalu menyalahkan diri kamu Diana, memang sudah begini takdirku, tidak ada yang salah dan harus disalahkan,” jawab Aisha sama-sama terisak.
“Jika ada yang harus disalahkan, maka itu adalah aku,” ucap Azka tiba-tiba.
“Harusnya aku yang menerima semua kepahitan ini, bukan kamu Sha. Karena semuanya juga bermula karena aku,” lanjut Azka.
“Bukan karena apa yang telah kamu perbuat sama aku lantas apapun yang terjadi sama aku adalah salah kamu Mas, gak ada yang perlu disalahkan di sini,” jawab Aisha setegar mungkin.
“Kamu harus kuat Sha, aku yakin kamu bisa melewati semua ini. Ada kebahagiaan yang menantimu di depan,” ucap Diana menguatkan.
Aisha tak menanggapi apapun kecuali senyum yang terlihat dipaksakan.
“Faris aku cape,” ucap Aisha lirih.
“Maaf sepertinya Aisha butuh istirahat, kami permisi dulu,” ucap Faris lalu mendorong kursi roda Aisha kembali ke ruangannya.
***
“Sepertinya ada gangguan pada kehamilan ibu Diana pak,” ucap dokter yang menangani.
“Maksud Dokter?” tanya Azka dan Diana terkejut.
“Mungkin sebelumnya apa ibu Diana pernah memiliki riwayat penyakit yang cukup serius?”
“Saya memang pernah memiliki riwayat gagal ginjal Dok, tapi itu dulu. Dan sekarang saya tidak pernah merasakan apapun lagi,” jawab Diana panik.
“Memang terkadang kondisi ibu hamil itu amat rentan bu, bisa jadi penyakit yang telah lama hilang tapi pada saat kehamilan muncul kembali bahkan bisa jadi lebih parah.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan Dok,” tanya Azka panik.
“Ibu dan bapak tenang dulu, jangan khawatir. Semuanya kan belum jelas, kita berdoa saja semoga hasil tes laboratorium besok memberikan yang terbaik,” ucap Dokter menenangkan kekhawatiran Diana dan Azka.
***
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
baby_neon23
Hai kak Lidya hadir! Rate dan favorit nya udah dan like nya segini dulu ya nanti di lanjutin lagi🤗 Semangat selalu mari saling dukung 💕
2021-07-12
0
Andropist
lanjut
2021-07-04
0
YouTrie
Like pelan thor karna aku menikmati ceritanya
2021-05-22
0