Tut ... Tut ... nada panggilan tersambung dari telepon Aisha, tertera nama Faris yang tertulis di layar handphonenya.
"Halo, Assalamualaikum," terdengar suara Faris dari seberang telepon.
"Waalaikumsalam Faris," jawab Aisha.
"Kenapa Sha?" tanya Faris. Ada yang aneh dengan nada Faris.
"Kamu masih ada jadwal gak Ris?" tanya Aisha to the point.
"Udah beres, kenapa?"
"Kita ketemu di tempat biasa ya, bisa?"
"Oke aku berangkat sekarang, Assalamualaikum," tutup Faris.
"Oke Waalaikumsalam," sambungan telepon diputus.
Aisha merasa ada yang aneh dengan Faris sejak kejadian di Surabaya North Quay waktu itu, karenanya Aisha berinisiatif ingin meminta maaf pada Faris .
Sesampainya di tempat yang mereka janjikan ....
"Farisss ...."panggil Aisha seraya melambai ketika melihat Faris sampai di tempat itu . Dengan segera Faris menghampiri Aisha.
"Udah lama Sha?" tanya Faris membuka percakapan.
"Gak kok, aku juga baru nyampe," jawab Aisha tersenyum.
"Ada apa nih tumben ngajakin ketemuan? biasanya juga langsung nyamperin ke ruanganku."
"Aku mau minta maaf," jawab Aisha ragu.
"Soal?" tanya Faris dengan raut bingung.
"Soal waktu di North Quay."
"Kenapa minta maaf?"
"Waktu itu kamu pasti kecewa banget."
"Karena?" tanya Faris semakin bingung dengan penuturan Aisha.
"Karena aku sampe ngira kamu adalah Mas Azka, padahal waktu itu kamu ngajakin aku ke sana buat ngerayain karena aku dapet izin prakteknya satu Rumah Sakit sama kamu, " jawab Aisha menjelaskan.
"Kamu belum bisa ngelupain Azka?" tanya Faris tiba-tiba.
"Gak semudah itu Ris," jawab Aisha lesu.
"It's okay, aku gak apa-apa kok," jawab Faris tersenyum.
"Aku hanya ingin sahabat aku bahagia tanpa terbelenggu masa lalunya," lanjut Faris.
"Makasih Ris kamu selalu ada buat aku."
"Itulah gunanya sahabat Sha," jawab Faris menghibur Aisha.
"Udah ah jangan mellow gini," goda Faris yang sontak membuat Aisha kesal.
Faris memang pandai menyembunyikan perasaannya, apalagi jika itu tentang Aisha. Karena menurutnya kebahagiaan Aisha adalah yang utama.
***
Saat ini Diana layaknya rumah yang bertuan tapi tapi tak pernah pulang, apalagi untuk berbagi kasih dan sayang. Tak pernah saling bertukar pikiran, apalagi untuk saling mengerti perasaan.
"Aku tahu aku memang tak sesempurna Aisha Mas, selama ini aku selalu berusaha untuk menjadi seperti yang kamu inginkan, tapi kamu gak pernah sedikitpun melihat usahaku," ucap wanita yang tengah terisak di tepi ranjang kepada suaminya.
"Yang aku inginkan cuma Aisha, dan kamu bukan Aisha!" ucap Azka tersulut emosi.
"Lalu untuk apa selama ini kamu pertahankan rumah tangga kita?" tanya Diana semakin terisak.
"Karena aku sudah terlanjur berjanji pada ayahmu bahwa aku yang akan menjagamu jika beliau tiada."
"Lalu ini yang kamu sebut menjaga Mas? Apa kamu kira ini yang Ayah inginkan?"
"Harusnya kamu sadar Diana! Kamu yang orang ketiga antara aku dan Aisha!"
"Apapun itu, sekarang kamu adalah imamku Mas, aku tanggung jawabmu!"
"Katanya setiap rumah tangga memiliki benang merah yang saling mengikat keluarga untuk saling berbagi, nyatanya rumah tangga kita tidak memiliki kisah yang sama seperti itu.”
"Aku butuh waktu Diana! Tidak semudah itu melupakan apa yang telah terjadi antara aku dan Aisha. Aku juga manusia biasa Di," jawab Azka dengan nada melemah.
"Dari awal selalu itu yang kamu ucapkan, tapi gak pernah ada usaha untuk melupakan. Lalu apa bedanya kita? Aku juga manusia biasa Mas, aku wanita biasa yang bisa terluka."
"Diana please! jika seperti ini terus lama-lama aku gak tahan Di," ucap Azka menyudahi.
"Kamu kira aku tahan? Sekarang keputusan ada di tangan kamu Mas, terserah kamu mau seperti apa," ucap Diana seraya berlalu keluar kamar meninggalkan Azka yang masih mematung.
Belum sempat Diana melewati pintu tiba-tiba ....
"Diana! Diana kamu kenapa Di?" teriak Azka yang segera menghampiri tubuh istrinya yang tergeletak di lantai.
Azka bingung sendiri apa yang harus dia lakukan, dia merasa bersalah telah berdebat dengan Diana dan membuat Diana seperti ini. Tanpa pikir panjang, Azka segera membawa istrinya ke Rumah Sakit.
Di Rumah Sakit ....
"Bapak tidak perlu khawatir pak, istri anda baik-baik saja. Selamat ya kalian akan segera punya momongan," ucap dokter yang menangani Diana.
"Apa Dok? Istri saya hamil?" tanya Azka antusias.
"Benar Pak, janinnya sudah tiga minggu," jawab dokter ramah.
"Sayang kamu hamil! Kita akan segera punya anak," ucap Azka berseri kepada Diana. Diana sempat bingung dengan sikap suaminya, persetan dengan hal itu Diana tersenyum mengiyakan.
"Semoga anak kita nanti yang mempersatukan kita ya Mas, membuat rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang utuh layaknya rumah tangga yang lainnya," Diana membatin.
Menyadari akan sikapnya, Azka jadi canggung sendiri. Kenapa dia tiba-tiba seperti itu? Apa karena Diana kini mengandung darah dagingnya? Atau mungkin benih cinta mulai tumbuh dalam rumah tangga mereka?.
***
"Sha masih ada jadwal?" tanya Faris yang tiba-tiba menghampiri Aisha di ruangannya.
"Waalaikumsalam Bapak Faris," jawab Aisha menyindir.
"Eh iya Assalamualaikum," jawab Faris nyengir.
"Aku udah selesai, ayo pulang!" ajak Aisha.
"Baik tuan putri," jawab Faris menggoda.
Sepanjang perjalanan menuju parkiran, mereka asyik bercerita satu sama lain, hingga tanpa sadar Aisha menabrak seseorang, seseorang yang sangat ia kenal, seseorang yang ia lamunkan siang dan malam.
Kala seseorang itu menatapnya, dunianya seakan terhenti menyaksikan pria itu tengah berdiri di hadapannya, pria yang selama ini ia cari-cari.
"Mas Azka?" ucap Aisha spontan, wajahnya berseri.
Ia benar-benar tak bisa menyembunyikan bahagia di hatinya.
Rasanya seperti menemukan air di tengah tandusnya gurun pasir, sungguh kegembiraannya saat ini tak tertandingi oleh apapun.
Faris yang menyaksikan semuanya hanya mematung mencerna apa yang ia saksikan.
Satu sisi hatinya amat bahagia melihat kembalinya senyum Aisha yang selama ini ia rindukan, di sisi lain ia tak bisa membohongi hatinya bahwa saat ini bunga yang selama ini mulai merekah harus kembali layu melihat senyum Aisha bukan disebabkan olehnya.
"Mas Azka aku udah selesai Mas, ayo pulang." Belum sempat Azka menjawab Aisha, tiba-tiba seseorang menghampiri dan menggandeng lengannya.
"Dia siapa Mas?" tanya Aisha, sebelum Azka menjawab ajakan wanita di sampingnya.
"Oh perkenalkan, saya Diana Syafira istrinya Mas Azka," justru wanita itu yang langsung menjawab pertanyaan Aisha.
"Istri? Aku salah dengar kan Mas? Ini semua gak mungkin kan Mas?" tanya Aisha parau, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
Berulang kali Aisha mengguncang bahu Azka berharap mendapat jawaban seperti yang ia inginkan.
"Diana memang istri aku, tapi Sha aku bisa jelasin semuanya," jawab Azka tergugup.
Aisha hanya mematung dengan air mata yang telah benar-benar tertumpah.
Tiba-tiba ....
Bugh ... darah segar mengalir dari sisi bibir Azka akibat pukulan tiba-tiba dari Faris.
"Brengsek lo Ka, tega lo khianatin wanita sebaik Aisha. Wanita yang siang malamnya cuma mikirin lo! Wanita yang selalu teguh pendirian di saat yang lain bilang kalo lo udah mati!" umpat Faris emosi.
"Sha maafin aku Sha, Faris percaya sama gue! Ini gak seperti yang kalian bayangkan, pernikahan ini adalah kesalahan," jawab Azka membela.
"Kesalahan kamu bilang Mas? Tega kamu bilang kayak gitu saat aku sedang mengandung anak kamu?" tanya Diana yang sejak tadi hanya mematung, perlahan genggaman tangannya di lengan Azka terlepas.
Hati Aisha semakin porak-poranda mendengar pernyataan Diana, bahwa kini wanita itu tengah mengandung darah daging Azka, pria yang selama ini ia dambakan.
"Memang seperti itu kenyataannya Diana!" jawab Azka menatap Diana.
Diana benar-benar terpukul mendengar pernyataan Azka, tanpa memperhatikan sekeliling ia berlari meninggalkan mereka sekencang yang ia bisa, ia bahkan sampai lupa jika dirinya kini tengah mengandung.
Bugh ... lagi-lagi Faris melayangkan pukulannya pada Azka.
"Ternyata lo gak cuma brengsek Ka, tapi lo juga pengecut! Setelah lo ninggalin Aisha, sekarang lo malah tega nyakitin istri lo sendiri," teriak Faris pada Azka.
"Jangan so suci lo Ris, lo pikir lo lebih bener dari gue?" jawab Azka menantang.
"Lo pikir gue gak tahu kalo selama ini diem-diem lo suka sama Aisha Ris? Gue tahu semuanya!" lanjut Azka emosi.
"Iya gue emang suka sama Aisha! bahkan sejak pertama gue kenal dia. Lantas kenapa kalo gue suka sama dia? Toh gue gak pernah mengganggu hubungan kalian kan? Selama ini gue cukup tahu diri kalo emang Aisha cuma nganggep gue sahabatnya," jawab Faris membenarkan pertanyaan Azka.
Apalagi ini? Lagi-lagi Aisha dikejutkan dengan semuanya.
"Cukup! Kamu gak usah cari-cari kesalahan orang lain buat nutupin kesalahan kamu Mas!" teriak Aisha pada Azka.
"Apapun alasan kamu, nyatanya sekarang Diana yang jadi istri kamu Mas, bukan aku!"
"Ayo kita pulang Ris!" ajak Aisha seraya menggandeng lengan Faris yang segera diiyakan oleh sang empunya.
Baru selangkah mereka meninggalkan Azka, Azka segera mencekal lengan Aisha.
"Tunggu dulu Sha, dengerin penjelasan aku!" ucap Azka memohon.
"Apalagi yang perlu di jelaskan Mas? Pengakuan istri kamu sudah menjelaskan semuanya!" jawab Aisha jengah.
"Tapi kamu belum dengerin alasan aku Sha."
"Sha aku tunggu di mobil," ucap Faris yang kemudian diangguki oleh Aisha.
Faris sengaja memberikan ruang kepada mereka untuk menyelesaikan masalah mereka, karena ia percaya apapun keputusan Aisha itulah yang terbaik.
"Baik, sekarang jelaskan semua yang menurut kamu itu alasan," ucap Aisha memberi kesempatan.
"Aku terpaksa menikahi Diana, aku terlanjur berjanji pada mendiang ayahnya, karena ketika peristiwa kecelakaan bersama ayahnya, beliau meminta tolong padaku agar aku menjaga putrinya jika terjadi sesuatu pada beliau. Karena memang Diana hanya hidup dengan ayahnya. Saat itu aku gak punya pilihan selain mengiyakan permintaan beliau Sha," ucap Azka menjelaskan.
"Lalu bagaimana dengan janjimu untuk bersamaku? Semudah itu kamu mengumbar lalu mengkhianati janjimu Mas?"
"Aku tak pernah lupa pada janjiku Sha, selama ini aku tak pernah sedikit pun melupakan kamu."
"Percuma tak lupa jika tak ditepati. Lalu kenapa selama ini kamu tidak mengatakan yang sejujurnya Mas?"
"Aku tidak ingin menyakiti kamu Sha.”
"Lalu menurutmu akan lebih baik jika membohongiku seperti ini? Membuatku seperti wanita bodoh yang menunggu tanpa kepastian?"
"Aku tahu kamu kecewa Sha, tapi tolong beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."
"Sudahlah Mas, tak ada yang perlu diperbaiki antara kita, sudah terlalu sakit untuk di maafkan, sudah terlalu rumit untuk dipertahankan. Sekarang kamu sudah punya kehidupanmu sendiri, istri dan calon anakmu tanggung jawabmu sekarang."
"Jadi ... biarkan juga aku menjalani kehidupanku sendiri, karena hidupku juga harus tetap berlanjut meski tanpa kamu," lanjut Aisha menyudahi.
Ia segera pergi meninggalkan Azka yang masih mematung, hatinya terlalu rapuh untuk menerima semua kenyataan ini.
Sekuat apapun Aisha, ia tetap wanita biasa yang bisa terluka.
***
"Ayo pulang Ris," ajak Aisha,menghampiri Faris yang sudah menunggu di mobil.
"Sha?" panggil Faris ketika Aisha justru memalingkan wajah.
"Aku baik-baik aja Faris," jawab Aisha parau.
"Sha lihat aku!" ucap Faris seraya memutar bahu Aisha.
Dengan ragu Aisha mengikuti ucapan Faris, menghadap Faris yang sejak tadi tengah menatapnya.
"Aku tahu kamu nggak baik-baik aja, selama ini kamu hanya menahannya, padahal nggak pernah nggak kenapa-kenapa. Aku tahu kamu terus begitu Sha."
"Aku memang nggak apa-apa Faris," jawab Aisha parau.
Nyatanya air mata yang sejak tadi susah payah ia tahan di depan Faris luruh begitu saja. Aisha terlalu rapuh untuk mengatakan jika ia baik-baik saja.
"Maaf aku gak bisa jagain kamu. Karena itu, jangan cuma bilang kalo kamu nggak apa-apa, menangislah, atau bilang kalo kamu takut, atau katakan sesuatu Sha," ucap Faris tulus.
"Tapi ... aku takut jadi bergantung sama kamu Faris," jawab Aisha tersedu-sedu.
"Bergantunglah padaku sesukamu, kapanpun kamu boleh begitu padaku Sha."
"Dan aku mohon ... jangan jauhi aku hanya karena sekarang kamu telah mengetahui perasaanku yang sesungguhnya padamu," lanjut Faris memohon.
Di hadapan Faris, Aisha benar-benar meluapkan segala kesedihannya, selama ini memang hanya Faris yang bisa membuat Aisha menjadi dirinya sendiri tanpa menuntutnya untuk menjadi orang lain.
***
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Mom FA
mulai nyicil lagi aku🤗
2022-06-23
0
April
Faris, sad boy.
2022-06-05
0
Senajudifa
memang posisi azka bagai makan buah simalakama...kutukan cinta hadir
2022-05-30
0