"Aisha pulang dari kampus ya?" sapa ibu-ibu komplek tetangganya.
"Ah iya bu, mari saya duluan," jawab Aisha ramah.
"Saya suka kasihan kalo liat Aisha loh bu, kurang apa coba yah Aisha, udah cantik, pintar, ramah lagi. Tapi sayang setahun yang lalu pernikahannya gagal."
"Loh memangnya kenapa bu? Calonnya ninggalin atau gimana?"
"Katanya sih kecelakaan waktu perjalanan bisnis bu, sampai sekarang gak ada yang tahu deh gimana kabarnya."
Samar-samar Aisha mendengar percakapan tetangga-tetangganya setelah ia melewati mereka.
Aisha tengah belajar berdamai dengan kepergian Azka, belajar untuk kembali pada kehidupan normalnya. Meski dengan tertatih, ia coba untuk tetap kuat. Tapi mengapa semuanya seperti sengaja mengingatkannya pada Azka?.
Maafkan aku ya Allah karena telah lancang menyimpan rasa kepada makhluk-Mu
Padahal aku tahu bahwa cinta ini lebih pantas kupersembahkan kepada-Mu, Sang Maha pemilik cinta
Ya Allah jadikanlah aku wanita kuat,
Wanita yang mampu menerima kenyataan dengan ikhlas dalam hati
Jika dia yang namanya tertulis di lauhul mahfudz untukku, maka mudahkanlah jalan kami
Namun jika bukan dia orangnya,
Maka buatlah hati ini tetap baik-baik saja
Karena aku yakin rencana-Mu tetap yang terindah
Tanpa sadar air mata telah membasahi wajah manisnya.
Aisha masih setia bersua dengan kenangan satu tahun silam, saat sosok Azka tak hanya bayang-bayang hitam tanpa rupa nyata seperti yang ada dalam imajinasinya saat ini.
"Apa aku masih bisa kembali melihatmu Mas?"
"Akankah kisah kita berlanjut?"
"Atau harus kandas dengan cara seperti ini? "
"Sampai kapan aku akan terus seperti ini?"
Brak ... Aisha menghempaskan semua barang yang ada di atas meja rias kamarnya.
Aisha benar-benar hilang kendali jika mengingat tentang Azka.
"Astagfirullah ... Aisha!" teriakan Maya menghentikan kegiatan Aisha.
"Aisha istighfar Sayang," ucap Maya mendekati Aisha.
"Aisha cape bu kayak gini terus, apa yang harus Aisha lakuin Bu?" Aisha terisak seraya memeluk Maya erat.
"Sabar Sayang ... semuanya memang tidak mudah, tapi kita coba sama-sama yah," ucap Maya menghibur Aisha.
***
"Assalamualaikum ...." tiba-tiba seseorang mengucap salam.
"Waalaikumsalam ...." jawab Aisha dan Maya bersamaan.
"Astagfirullah ... apa yang terjadi sama kamu Sha?" tanya Faris yang langsung menghampiri keduanya ketika melihat barang-barang di kamar Aisha berserakan.
"Apa yang harus aku lakuin Faris?" pinta Aisha memelas.
Hati Faris benar-benar teriris mendengar semuanya.
"Kamu harus ikhlas Aisha, jika memang Azka jodohmu maka ia tidak akan berpaling kepada selainmu," jawab Faris lembut.
"Gimana kalo Mas Azka beneran nggak kembali sama aku, Faris? Apa aku sanggup?" ucap Aisha parau.
"Semua pilihan ada di tanganmu, sebenarnya bukan kenangan yang membelenggu kita, tapi kitalah yang sengaja selalu berkubang di dalamnya," jawab Faris.
"Aku tahu kamu memang tak pernah memiliki rasa apapun padaku Aisha, cintamu memang hanya untuk Azka, pria yang kepergiannya selalu mengusik batinmu. Apa memang sudah tak ada ruang sedikitpun untuk namaku bersarang di hatimu?"
"Jangan terlalu sombong menutup hati hanya untuk satu nama Sha, karena kita tak pernah tahu takdir seperti apa yang tengah menanti kita," lanjut Faris pada Aisha.
"Kamu gak pernah tahu gimana rasanya kehilangan Faris," jawab Aisha dengan isak yang masih tersisa.
"Kamu lupa kalo aku udah lebih dulu kehilangan Ayah sama Bundaku, Sha?" jawab Faris parau.
"Astagfirullah maafin aku Ris, aku beneran gak ada maksud kayak gitu," jawab Aisha spontan.
"It's okay Sha, santai aja kaya sama siapa," jawab Faris tenang.
"Makasih Faris selama ini kamu selalu ada buat aku, kamu selalu sabar dengerin keluh kesahku," ucap Aisha menghapus sisa air matanya.
"Apapun pasti aku lakuin buat kamu Sha."
***
Mobil yang dikendarai Faris membelah jalanan Surabaya yang ramai dipadati para pengendara yang mungkin tengah menikmati Udara akhir pekan.
Dalam perjalanannya Aisha lebih banyak terdiam, hanya sesekali menanggapi obrolan yang Faris lontarkan. Ramainya pengendara yang berlalu lalang cukup menyita perhatian Aisha, mengalihkannya dari bayang-bayang Azka yang akhir-akhir ini sering bertakhta.
Tanpa Aisha sadari diam-diam Faris tengah menatapnya di sela fokusnya ia memegang stir kemudi, dengan tatapan sayu yang sulit diartikan.
Aisha mematung di atas pijakannya saat mobil yang Faris kendarai terhenti di sebuah halaman luas, netranya menatap nanar bangunan megah berkubah dihadapannya, seketika hatinya menyejuk saat Faris menganggukan kepalanya mengajak Aisha untuk melangkah masuk ke dalamnya.
“Ada kajian yah?” tanya Aisha sebelum mereka berpisah di pintu masuk antara pria dan wanita.
Faris hanya mengangguk tersenyum, kemudian mengikuti Aisha yang lebih dulu melangkah melalui pintu yang berbeda.
Aisha memilih duduk di barisan terdepan, bersandar pada tiang yang menjadi tumpuan bangunan megah yang ia kunjungi.
Semakin lama barisan di sampingnya semakin penuh oleh jamaah yang berdatangan silih berganti, bahkan menambah hingga beberapa barisan di belakangnya.
Seorang penceramah berbadan tegap dengan tubuh yang tinggi semampai menaiki mimbar, memulai kajian yang diikuti oleh puluhan jamaah yang sudah terduduk khusyuk di tempatnya.
Ketika Allah menakdirkan sesuatu yang membuat kita bersedih, yakinlah bahwa Allah selalu ada untuk kita dan membersamai kita.
Sedih merupakan bagian dari fitrah manusia. Tak satu pun manusia bias lepas dari kesedihan, termasuk para nabi dan rasul. Semua orang hampir bisa dipastikan pernah mengalami yang namanya sedih.
Nabi Ya’kub sedih dikarenakan kehilangan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, Nabi Nuh ‘alaihissalam sedih karena kehilangan anak dan istrinya. Bahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersedih tatkala kehilangan istri dan paman tercintanya, Abu Thalib, sehingga masa-masa itu disebut dengan “ammul huzni” (tahun kesedihan).
Namun, kesedihan nabi dan rasul tidak melampaui batas dan melemahkan iman. Ini berbeda dari sikap umatnya yang kadang tak memahami batas-batas kesedihan, terlalu larut dalam kegundahan, sampai-sampai ada yang berubah sikap dan karakter secara signifikan.
Biasanya, yang mengalami keadaan seperti itu adalah mereka yang gersang jiwanya, lemah agamanya, dan minim pengetahuannya, tetapi besar harapan dan angan-angannya, sehingga tatkala apa yang sangat dicintainya hilang, ia seperti tak punya pegangan. Ada yang menjerit-jerit, stres, depresi, bahkan putus asa dan bunuh diri.
Allah subhanahu wata’ala memberikan motivasi kepada orang yang beriman melalui firman-Nya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran [3]: 139)
Aisha tak henti-hentinya menghapus ujung netranya dengan ujung jilbab yang semakin basah, betapa sepanjang materi yang disampaikan selalu menjadi tamparan keras untuknya.
Ia tersadar betapa gersang dan lemah jiwanya hingga ia berlarut-larut dalam kesedihan hanya karena cinta, cinta kepada mahluk-Nya yang seharusnya tak boleh melebihi akan cintanya pada Sang Maha Pemilik cinta yang sesungguhnya.
Bersambung ...
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
Aris Pujiono
bikin sedih
2022-05-29
0
Senajudifa
salken dr kutukan cinta y thor
2022-05-25
0
April
Waj, Surabaya ya? Salam dari nourin di sidoarjo.
2022-05-25
0