Tok ... Tok ... ketika kebanyakan manusia tengah terlelap, terdengar seseorang mengetuk pintu rumah Maya di tengah malam.
Maya yang sejak tadi memang belum bisa memejamkan matanya lantaran menunggu putrinya pulang pun segera membukakan pintu, berharap seseorang yang ia tunggulah yang datang.
“Permisi, apa benar ini kediaman saudara Aisha Ameera Al-Insani?” tanya seseorang yang mengenakan seragam polisi kepada Maya.
“Betul, saya ibunya. Ada apa ya pak mencari putri saya?”
“Kami ingin menyampaikan bahwa putri ibu baru saja mengalami kecelakaan beruntun, sekarang tim medis membawanya ke RS PHC Surabaya.”
Seketika tubuh Maya melemas, pandangannya meremang lantaran airmata telah bersarang. Tanpa pikir panjang, ia segera bergegas bersama polisi ke RS PHC Surabaya.
***
Dengan tergesa-gesa Faris ikut membantu para perawat mendorong brankar yang dinaiki Aisha ke ruang UGD.
Setelah masuk ke ruang UGD, Aisha mulai dihubungkan dengan EKG untuk memonitor aktivitas jantungnya.
“Dokter! Pasien assistole !” teriak perawat.
“Siapkan Defibrillator!” jawab Faris segera ketika mengetahui keadaan Aisha semakin kritis.
Selagi menunggu perawat menyiapkan Defibrillator, Faris sendiri yang langsung memulai RJP dengan kompresi dada.
“200 joule” ucap Faris memberi intruksi dosis energi pada kedua paddle.
Faris segera mengambil alih kedua paddle setelah perawat mengisi dosis yang Faris rekomendasikan, lalu menyuruh semua menjauh dari brankar.
“Clear!” lalu Faris melakukan shock secepatnya.
Pandangan Faris menilai layar EKG, namun ritme yang terlihat masih VT/VF, nadi juga belum teraba.
“Tidak ada perubahan Dok," ujar perawat.
Faris tak menyerah, ia kembali memberi intruksi pada perawat untuk kembali melanjutkan RJP selama dua menit, lalu melakukan charge kembali pada alat.
Sesudah charge dilakukan, RJP dihentikan untuk memastikan area sekeliling Aisha clear lalu Faris melakukan shock secepatnya untuk kesekian kali sambil memohon.
“Sha kembalilah, kamu gak boleh kayak gini sama aku Sha,” rintih Faris sendu seraya memegangi tangan Aisha,Faris benar-benar sudah menyerah.
“Dokter! aktivitas jantung mulai terlihat, dan nadinya juga sudah teraba,” ucap perawat antusias.
Faris yang sudah bercucuran keringat dan airmata segera mengucap hamdallah berulang-ulang hingga tanpa sadar beberapa kali mengecup tangan Aisha yang berada dalam genggamannya.
Begitupun dengan petugas medis lainnya yang mulai bisa bernapas lega setelah melewati masa tegang.
Ketika Faris keluar dari ruangan, ia segera diburu oleh pertanyaan-pertanyaan Maya juga tangis wanita itu yang meledak hingga sudah membasahi sebagian jilbabnya.
“Nak Faris katakan sama ibu, bagaimana kondisi Aisha nak?” tanya Maya mengguncang tubuh Faris.
Faris segera membawa Maya duduk untuk menenangkan diri, serta mengusap sisa-sisa air matanya sendiri.
“Ibu tenang yah, Aisha sudah melewati masa kritisnya, aktivitas jantungnya sudah kembali bu. Tapi kemungkinan Aisha mengalami koma bu, karena cedera di kepalanya akibat benturan cukup parah,” jawab Faris parau.
Ia menenangkan Maya, padahal hatinya sendiri juga sedang kacau dengan keadaan Aisha.
“Ibu mohon nak, lakukan yang terbaik untuk Aisha,” pinta Maya memohon.
“Faris pasti akan berusaha yang terbaik untuk Aisha bu, kita akan melakukan tindakan selanjutnya setelah mengetahui hasil CT scan besok.”
Faris lalu kemudian pamit pada Maya untuk pergi ke mushola, hatinya benar-benar butuh tempat mengadu saat ini. Begitupun dengan Maya yang memilih untuk melihat keadaan putrinya yang sedang koma.
“Allahu ujian apalagi yang Kau timpakan untuk putriku? Sudah cukup berat beban hidup yang ia tanggung Ya Alloh. Mohon selamatkanlah putriku, hanya dia yang aku punya saat ini Ya Alloh, tolong kembalikanlah kehidupan normalnya seperti dulu. Pertemukanlah dia dengan seseorang yang benar-benar tulus mencintainya, seseorang yang mampu menjaganya lebih dari aku,” rintih Maya terisak dengan tak henti-henti mengecupi tangan putrinya.
Di tempat lain ....
“Ya Allah aku tidak sanggup melihat wanita yang teramat aku sayangi harus menaggung semua ini sendirian, timpakan saja rasa sakitnya padaku Ya Allah, selamatkanlah dia. Izinkanlah aku untuk menjaganya, Ya Allah Ya muqolibal quluub tsabbits qolbii ‘alaa diinika (Wahai Dzat yang Maha membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu) tetapkanlah cintaku selalu di atas cinta-Mu,” rintih Faris terdengar pilu bagi siapapun yang mendengarnya.
***
Ahli radiologi memberikan hasil CT scan Aisha pada Faris selaku dokter yang menangani Aisha. Tangan Faris bergetar menerima hasil itu, hatinya tidak siap jika harus terjadi sesuatu pada Aisha.
Tubuh Faris yang semula bersandar di dinding ambruk meluruh hingga terduduk di lantai ruangannya sendiri, pandangannya meremang oleh airmata yang bersarang. Tubuhnya melemas membaca hasil CT scan yang baru saja diberikan.
"Allahu apalagi ini?” rintih Faris terdengar amat memilukan, tangisnya pecah tanpa ada seorangpun yang tahu. Ia terisak sendirian dalam keheningan. Saat ini hatinya benar-benar sakit, rasanya sesak tanpa bisa dijelaskan.
Faris menguatkan diri memberitahukan hal ini pada Maya, bagaimanapun juga Aisha harus segera diambil tindakan.
“Bu, hasil CT scan Aisha sudah keluar,” ucap Faris parau.
“Beritahu ibu apa hasilnya nak?” jawab Maya berlinangan airmata.
Bukan menjawab pertanyaan Maya, Faris justru meneteskan airmata yang semakin deras. Lidahnya kelu untuk berkata.
“Beritahu ibu nak,” tutur Maya semakin terisak melihat reaksi Faris.
“Terjadi pendarahan pada otak Aisha akibat benturan bu, itulah mengapa Aisha kehilangan kesadaran dan mengalami koma hingga saat ini. Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Aisha adalah dengan melakukan operasi,” jawab Faris menguatkan hati.
Tapi Faris tak memberitahukan kemungkinan yang akan terjadi akibat pendarahan itu. Faris tidak tega jika harus melihat Maya semakin terpuruk. Tapi ia berjanji akan melakukan apapun yang ia bisa untuk menyelamatkan Aisha.
“Allahu Akbar nak Faris,” ucap Maya semakin terisak mendengar jawaban Faris.
“Lakukan apapun yang terbaik untuk menyelamatkan Aisha nak.”
“Faris janji bu, apapun akan Faris lakukan untuk menyelamatkan Aisha.”
***
Petugas operasi telah siap dengan segala peralatan, bahan, juga obat-obatan yang diperlukan selama operasi berjalan, mereka juga sudah melakukan chrosscheck dengan petugas yang mengantar Aisha ke ruang operasi dan dokter operator mengenai segala yang berkaitan dengan pasien, termasuk catatan medis pasien dan surat izin operasi.
Petugas kamar operasi pun sudah melakukan tindakan hand scrubbing, gowning, dan handgloving sesuai SOP.
Dokter spesialis bedah saraf sebagai dokter operator yang didampingi oleh dokter ahli anastesi sudah bersiap di ruang operasi.
Lampu di depan ruang operasi mulai menyala, tanda operasi sedang berlangsung.
Maya dan Faris tak henti-hentinya mengucap asma Allah mendoakan untuk keberhasilan operasi Aisha, keduanya sama-sama saling menguatkan.
Setelah sekitar 6 jam proses operasi berlangsung, akhirnya lampu di depan ruang operasi padam, menandakan operasi telah selesai.
Dokter operator segera memberitahukan keadaan Aisha pasca operasi.
“Bagaimana kondisi Aisha Dokter?” tanya Faris yang segera menanyakan keadaan Aisha pada dokter operator yang menangani operasi Aisha.
“Alhamdulillah operasinya berjalan dengan lancar dokter Faris, anda tidak perlu khawatir. Pasien bisa langsung dipindahkan ke ruang ICU segera.”
“Terimakasih Dokter.”
“Sebagai sesama Dokter tentu saja itu sudah menjadi kewajiban kita, kalo begitu saya permisi.”
Akhirnya Maya dan Faris bias bernapas lega setelah mendengar penuturan dari dokter operator yang menangani operasi Aisha.
Aisha segera dipindahkan ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif setelah kondisi Aisha dinyatakan oleh Dokter operator dan Dokter anastesi memungkinkan untuk dipindahkan.
Tak lupa Faris dan Maya yang selalu menemani Aisha di sana.
Ada gerak pada organ vital Aisha setelah 24 jam pasca operasi, Faris yang memang selalu menunggu Aisha di samping ranjang menyadari akan hal itu.
“Bu lihat bu! jari Aisha mulai bergerak,” ucap Faris antusias.
“Alhamdulillah Aisha,” ucap Maya haru, sudut matanya telah basah melihat pertanda baik pada kondisi putrinya.
Perlahan mata Aisha mulai terbuka, Faris dan Maya yang menyaksikan hal itu Nampak berseri.
“Alhamdulillah kamu sudah sadar sayang,” ucap Maya sambal mengecup puncak kepala Aisha.
“Bu,” panggil Aisha pelan.
“Iya sayang.”
“Bu kenapa semuanya gelap bu?” tanya Aisha parau.
“Coba kamu kerjapkan mata kamu perlahan Sha, mungkin ini efek kamu baru bangun dari koma,” jawab Faris tetap terdengar tenang. Kekhawatirannya tentang kondisi Aisha benar-benar terjadi.
“Gak Faris, semuanya tetap gelap. Aisha gak bisa lihat apa-apa bu,” jawab Aisha meyakinkan Faris dan Maya.
Air mata sudah mengalir dari sudut mata Aisha, begitupun dengan Faris dan Maya yang menyaksikannya.
“Apa mungkin aku buta karena kecelakaan itu?” tanya Aisha yang semakin terisak.
“Allahu apalagi ini?” rintih Aisha parau.
***
Kita tak boleh lupa bahwa setiap manusia akan diberi cobaan
Bagi orang-orang yang terpilih, akan lebih berat cobaan yang diberikan
Tapi yakinlah bahwa Alloh tak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan
Keterangan:
EKG : Elektrokardiogram, untuk mengukur aktivitas listrik yang dihasilakan oleh
jantung
RJP : Resusitasi Jantung Paru, langkah pertolongan medis untuk mengembalikan fungsi
napas dalam tubuh yang terhenti
VT/VF : Ventricular Fibrillation, salah satu jenis gangguan irama jantung
Defibrillator : Stimulator detak jantung yang menggunakan listrik
Assistole : Ritme jantung yang mengancam nyawa yang ditandai oleh tidak adanya aktivitas jantung pada EKG
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
April
Nyicil lagi thor... Nyoba baca di akhir tadi skr balik lagi.
2022-07-14
0
Syafira
aku beri rate, udah aku masukin jd favorit
2022-06-20
0
Senajudifa
nyicil sampe sini dulu y thor bsk lg
2022-06-18
0