Terungkap

“Sepuluh panggilan tak terjawab?,” gumam Faris terkejut ketika melihat deretan panggilan tak terjawab dari Aisha.

Jemarinya segera menekan tanda panggil di kontak Aisha, tapi justru nomor yang dituju tidak aktif.

Beberapa kali ia lakukan hal yang sama, tapi nihil hasilnya tetap sama, hanya suara operator yang menjawab.

Ia mencoba menghubungi nomor Maya, namun sama tidak aktif.

“Ada apa sama kamu Sha?” lirih Faris khawatir.

***

“Apa kamu gak mau sekedar berpamitan sama Faris nak? Bagaimanapun juga Faris selama ini yang selalu ada buat kamu, dia yang selalu mengerti dan membantu kamu,” tutur Maya mengingatkan Aisha untuk menghubungi Faris.

“Tadi Aisha udah sempet berkali-kali nelpon Faris bu, tapi nomornya gak aktif.”

“Aisha titip ini aja buat Faris ya bu,” ucap Aisha menyerahkan selembar kertas yang sudah dilipat rapih.

“Ya sudah nanti ibu akan kasih ini kalo Faris udah pulang ke Surabaya.”

“Ibu hati-hati yah di jalan,” ucap Aisha melepas kepulangan ibunya.

“Kamu baik-baik yah di sini, kalo ada apa-apa segera hubungi ibu,” jawab Maya sendu, yang kemudian diangguki oleh Aisha.

Lama mereka saling berpelukan, sungguh semua itu teramat berat bagi Aisha.

Tapi tekadnya untuk memperbaiki diri sudah bulat, apapun resikonya harus ia hadapi kuat.

“Saya titip Aisha nggeh bu Nyai,” ucap Maya takdim, lalu mencium punggung tangan gurunya yang sudah merenta.

“Kamu tenang saja Maya, Aisha pasti betah di sini. Ya to nduk?” jawab bu nyai yang yang justru bertanya pada Aisha.

Aisha yang ditanya segera mengangguk takdim.

“Ibu pulang ya sayang.”

“Saya pamit nggeh bu Nyai, Assalamualaikum,” pamit Maya yang kemudian dijawab oleh Aisha dan Nyai Hamidah bersamaan.

***

Faris semakin kalut ketika nomor Aisha tak kunjung ada perubahan, masih tetap tidak aktif.

Setelah pesawatnya landing di Bandara Juanda Surabaya, Faris segera menuju rumah Aisha, ia benar-benar khawatir akan keadaan Aisha.

Sepanjang perjalanan Faris mencoba terus menghubungi nomor Maya, setelah berulang kali akhirnya tersambung.

“Hallo bu," ucap Faris terburu-buru.

“Iya nak Faris?” jawab Maya dari seberang telepon.

“Ibu baik-baik aja kan bu?” tanya Faris terdengar khawatir.

“Ibu baik-baik aja nak, memangnya ada apa?” tanya Maya bingung mendengar Faris seperti orang panik.

“Aisha gimana bu? Dia baik-baik juga kan?”

“Aisha ….” Maya menggantung kalimatnya, membuat Faris semakin penasaran sekaligus khawatir.

“Aisha kenapa bu?”

“Nak Faris sekarang dimana?”

“Faris lagi di jalan pulang bu, abis dari Bandara Faris langsung menuju ke situ sekarang.”

“Ya sudah kamu tenang saja, nanti ibu jelaskan kalo kamu udah sampe rumah ya,” jawab Maya menenangkan Faris.

“Baik bu, setengah jam lagi Faris sampe,” jawab Faris lalu mengakhiri sambungan telepon.

Ada haru ketika ternyata Faris teramat mengkhawatirkan putrinya.

“Nak Faris benar-benar anak yang tulus,” gumam Maya bermonolog.

Faris semakin khawatir setelah mendengar penuturan Maya, sepanjang jalan yang memenuhi otaknya hanyalah tentang Aisha.

“Sebenarnya ada apa sama kamu Aisha?” tanya Faris bermonolog.

Dan benar saja, belum sampai setengah jam Faris sudah tiba di rumah Maya. Dengan tergesa ia melangkah masuk.

“Assalamualaikum,” ucap Faris sambil menekan bel di depan pintu.

Tak butuh waktu lama pintu pun terbuka, menampilkan Maya yang sudah menunggunya.

Faris menjabat tangan Maya terlebih dahulu, lalu duduk di ruang tamu mengikuti langkah Maya.

“Sebenarnya ada apa sama Aisha bu?” tanya Faris terdengar panik.

“Tenang dulu nak, ibu ambilkan dulu minum yah,” jawab Maya yang melihat keadaan Faris seperti orang panik, bahkan ia tak sempat menghapus peluh di dahinya.

Maya kembali dengan segelas minuman untuk Faris menenangkan dirinya.

“Aisha sudah pergi nak.”

“Uhuk ... Uhuk,” Faris tersedak minumannya sendiri.

“Maksud ibu?” tanyanya mengerutkan dahi, tanda ia benar-benar tak paham.

“Aisha pergi ke suatu tempat yang kita sendiri tidak boleh tahu itu dimana, Aisha bilang dia tidak ingin ada yang tahu dimana tempat dia memperbaiki diri.”

“Apa yang membuat Aisha tiba-tiba seperti ini bu?”

“Nasibnya, perasaannya, juga semua kepahitan kenangannya di sini.”

“Tapi berapa lama Aisha akan kembali?”

“Entahlah, ibu sendiri tidak tahu. Ia hanya menjawab hingga hatinya kuat menghadapi segala pahitnya kenyataan.”

“Allahu ….” rintih Faris memijat keningnya sendiri.

“Aisha menitipkan ini sebelum pergi, katanya beberapa kali dia mencoba menghubungi nak Faris tidak bisa,” ujar Maya seraya menyodorkan kertas yang sudah dilipat rapi.

“Sejak kemarin memang handphone Faris gak dapet sinyal bu, begitu ada sinyal langsung ada notifikasi panggilan dari Aisha berkali-kali.”

“Tapi pas Faris coba buat ngehubungi balik nomor Aisha udah gak aktif.”

“Terima kasih ya nak Faris, selama ini kamu selalu tulus membantu Aisha, kamu sudah membantu ibu untuk menjaganya.”

“Faris tulus menyayangi Aisha bu,” jawab Faris yang membuat Maya terkejut.

“Maksud nak Faris selama ini nak Faris menyukai Aisha?”

Faris mengangguk lemah, ada sesak ketika ternyata ia terlambat menemui Aisha.

“Apa nak Faris pernah mengutarakan langsung perasaan nak Faris pada Aisha?”

Lagi-lagi Faris hanya menggeleng lemah.

“Faris takut jika ini hanya akan membebani Aisha bu, karena Faris tahu selama ini Aisha belum benar-benar bisa melupakan Azka.”

Untuk kesekian kalinya Maya dibuat kagum dengan ketulusan dan kerendahan hati Faris.

“Semoga perjuanganmu gak sia-sia ya nak, ibu gak bisa banyak membantu karena semua keputusan ada di tangan Aisha.”

Faris hanya tersenyum lemah menanggapi perkataan Maya.

“Kalo gitu Faris permisi dulu ya bu, ibu kalo ada apa-apa segera hubungi Faris yah,” ucap Faris berpamitan, yang kemudian diangguki oleh Maya.

“Assalamualaikum,” Faris berlalu setelah lebih dulu menjabat tangan Maya takdim.

“Waalaikumsalam,” Maya mengantar Faris hingga ke depan pintu, lalu masuk kembali setelah mobil Faris menghilang di balik gerbang.

***

Faris melajukan mobilnya kencang, membelah ramainya kendaraan berlalu lalang.

Ada sesak juga sesal yang memenuhi dadanya karena kepergian Aisha.

“Kenapa kamu tiba-tiba pergi tanpa kabar seperti ini Sha?” gumamnya lirih. Pikirannya benar-benar kalut.

“Apa aku sudah terlambat Sha?”

“Apa kita ditakdirkan memang untuk sebatas teman?”

“Kenapa rasanya sakit sekali.”

Faris memakirkan mobilnya di tempat biasa ia dan Aisha kunjungi, yang tak lain dan tak bukan adalah Surabaya North Quay.

Aisha yang pertama kali mengenalkannya pada tempat itu, di sana ia selalu bisa menenangkan hati dan pikirannya.

Faris memilih untuk pergi ke atap Surabaya North Quay, karena dari sana ia tidak hanya bisa melihat pemandangan laut ataupun kapal-kapal pesiar mewah berjajar, tapi juga ia bisa dengan tenang menikmati indahnya langit luas dengan rona senja seperti yang selalu berhasil membuat Aisha terpesona.

Ia memang kerap kali menghabiskan waktu di sana, tentunya bersama Aisha. Tapi kali ini hanya bayang-bayang dalam imajinasi Farislah yang menemani dirinya.

Perlahan Faris membuka lipatan kertas yang dititipkan Aisha pada Maya, ia baca perlahan dari awal.

Baru baris kesekian, tapi netranya sudah nanar karena airmata yang bersarang, hatinya sesak untuk sekedar menerima kenyataan.

Pantas saja banyak orang yang hilang akal karena ditinggalkan, rupanya sesakit ini juga yang Faris rasakan.

Jika mencintai bisa begitu mudahnya, kenapa mengikhlaskan begitu sulit rasanya.

Faris masih banyak berharap akan kisahnya dengan Aisha. Tapi apakah Aisha juga sama? Apa dihatinya masih ada sisa untuk sekedar menyelipkan lagi nama?.

Setelah dirasa sesak dihatinya mereda, Faris turun menuju mushola ketika mendengar adzan maghrib tengah berkumandang.

Faris melangkah gontai hingga netranya mendapati sosok yang sangat ia kenal tengah menggendong bayinya di penghujung ruangan.

“Lo di sini Ka?” tanya Faris ketika sudah menghampiri Azka.

“Eh lo Ris, iya gue lagi jalan-jalan aja sama Rafa,” jawab Azka memperlihatkan putranya yang tengah digendongnya.

“Hai baby Rafa,” sapa Faris dengan gaya seperti anak kecil lalu mengusap-usap pipi Rafa gemas.

“Lo udah dari tadi di sini?”

“Lumayan lah tadi sekitar jam limaan,” jawab Azka.

“Lo gak bawa perawat?” tanya Faris yang memang hanya melihat Azka bersama Rafa.

“Bawa kok, dia lagi solat.”

“Lo sendiri? Gak sama Aisha?” tanya Azka yang sejak tadi mencari-cari sosok Aisha.

Faris menggeleng lemah, ada sesak yang kembali merayap saat Azka menyebutkan namanya. Azka mengerutkan kening meminta jawaban.

“Gimana kalo kita makan malem dulu? nanti gue ceritain yang sebenernya,” ajak Faris yang kemudian diikuti Azka.

“Tapi Aisha baik-baik aja kan Ris?” teriak Azka sambil mengejar langkah Faris.

“Berisik lo!, nanti gue jelasin. Sini biar Rafa gue yang gendong,” pinta Faris yang langsung membawa Rafa dalam gendongannya.

Sebelum mereka memulai makan, akhirnya perawat Rafa datang setelah lebih dulu Azka beritahukan keberadaan mereka.

Azka menyerahkan Rafa dalam gendongan perawat, karena memang sudah saatnya Rafa minum susu juga.

“Aisha udah pergi,” ucap Faris datar setelah menghabiskan makanannya.

Azka yang sudah lebih dulu menghabiskan makanannya membulatkan netranya tak percaya.

“Pergi gimana maksud lo?” tanya Azka tak paham.

“Gue sendiri gak tahu kemana dia pergi.”

“Tunggu! Gue masih gak paham gimana, coba lo jelasin dari awal.”

“Seminggu yang lalu gue pergi diutus dari Rumah Sakit buat ikut membantu relawan menyelamatkan korban bencana di luar kota, di sana memang agak susah dapet sinyal, jadi gue gak sempet buat ngehubungi Aisha. Pas gue dapet sinyal ada notif panggilan berkali-kali dari Aisha, tapi waktu gue telpon balik nomornya udah gak aktif. nomor bu Maya juga sama.”

Azka hanya sesekali mengangguk mengiyakan.

“Nah gue langsung pulang karena khawatir terjadi apa-apa sama Aisha, ini aja gue belum pulang ke rumah. Tadi abis dari bandara gue langsung ke rumah Aisha, dan bu Maya ngejelasin semuanya.”

“Sedalam itu perasaan lo buat Aisha Ris?” tanya Azka tiba-tiba.

“Apa lo masih belum bisa ngelupain Aisha?” jawab Faris yang justru balik bertanya.

“Gue gak pernah ngelupain Aisha, tapi gue belajar buat ikhlas sama apa yang udah Tuhan takdirkan. Mungkin emang gue yang gak berjodoh sama Aisha, mau seperti apapun gue berusaha hasilnya tetap sama, Aisha udah terlanjur kecewa.”

“Terus kemana sebenernya Aisha pergi?” tanya Azka kembali.

“Bu Maya gak ngasih tahu kemana Aisha pergi, Aisha sendiri yang berpesan kalo dia gak mau ada yang tahu dimana dia memperbaiki diri.”

“Apa lo mau nyerah gitu aja sama perasaan lo Ris?”

“Gue juga gak tahu, belum tentu juga Aisha punya perasaan yang sama ke gue,” jawab Faris lemah.

“Lo sendiri? Bukannya sekarang Diana udah gak ada, Rafa juga butuh sosok ibu untuknya, apa lo gak ada niatan buat balikan sama Aisha?” tanya Faris memancing Azka.

“Siapa gue punya hak buat memaksakan kehendak Ris, Aisha berhak bahagia dengan pilihannya, termasuk jika itu lo.”

***

Sepulang dari North Quay Faris langsung membersihkan diri lalu merebahkan dirinya diatas tempat tidur kesayangannya.

Tubuhnya butuh istirahat, terlalu banyak kejadian hari ini yang memilukan hatinya. Pandangannya menatap kosong langit-langit kamar, dengan bayangan Aisha yang masih saja bersarang.

“Apa yang harus aku lakukan Sha?”

“Menunggu kamu? Tapi apa kamu juga merasakan hal yang sama Sha?

Faris langsung mengucapkan istighfar, lagi-lagi ia berharap sesuatu yang tak pasti dari manusia.

“Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.” (Ali bin Abi Thalib)

Dengan penuh keyakinan Faris menguatkan hatinya bahwa hal terbaik untuknya adalah menerima semuanya dengan lapang dada.

Ia membulatkan tekadnya, jika Aisha saja tengah berusaha untuk ikhlas kenapa dirinya tidak juga belajar untuk ikhlas pada semuanya. Bukankah semua sudah ada yang menata?

“Jika dia yang namanya tertulis di lauhul mahfudz untukku, maka mudahkanlah jalanku,” lirih Faris dalam diamnya.

“Ya Alloh Ya muqollibal quluub, tsabbits qalbii alaa diinika.”

***

Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang ….

Terpopuler

Comments

Rozh

Rozh

🌹

2021-05-21

0

browniest~

browniest~

next up Thor udah like sampe sini rate 5 juga ,,terimakasih sudah mampir 😆❤❤

2020-12-18

1

Wulandari

Wulandari

10 like datang 🤗🤗🤗🤗🤗

2020-12-07

0

lihat semua
Episodes
1 Aku juga wanita biasa
2 Bagaimana bisa aku berdamai?
3 Bukan Azka
4 Aku, Kamu, dan Dia
5 Kejam memang
6 Sudah Skenario Tuhan
7 Wanita tangguh
8 Apalagi ini?
9 Orang Terpilih
10 Harus Ikhlas
11 Mulai ada rasa?
12 Semakin takut kehilangan
13 Takdir Tak Terduga
14 Bukan akhir segalanya
15 Muhasabah Diri
16 Terungkap
17 Rangkaian Takdir
18 Orang yang Sama
19 Jawaban
20 Rasa Yang Hadir
21 Tanda tanya
22 Yes I do
23 Bukan aku pemenangnya
24 Takdirku
25 Hari Kita
26 Harapan Baru?
27 Senja yang tak lagi sama
28 Menantu baru
29 Aku dan perasaan ini
30 Perlahan semakin baik
31 Sesejuk Embun Pagi
32 Pengakuan
33 Terungkap (2)
34 Pergi untuk kembali
35 Mabuk darat
36 Kebetulan?
37 Berusaha mengikhlaskanmu
38 Benarkah sudah lupa?
39 Salah paham
40 Berusaha
41 Berusaha 2
42 Berusaha 3
43 Mau kemana?
44 Abang dimana?
45 Dinner kejutan
46 Kejutan lagi?
47 Mencoba melawan malu
48 Yang Tertunda
49 Sabarnya humairaku
50 Tertunda lagi?
51 Visual
52 Our first night yang tertunda
53 Ibadah lagi
54 Suami hebatku
55 Bercak Cinta
56 Dilanku
57 Menjadi saksi
58 Siapa dia?
59 Siapa mereka
60 Kecolongan
61 Dokterku suamiku
62 Aku ridho
63 Kamu tidak baik-baik saja
64 Harapan Baru
65 Dia milikku!
66 Percaya
67 Tak apa
68 Sensasi pengantin baru
69 Sayang, Jangan takut
70 Tiket
71 Ada apa?
72 Jangan cengeng
73 Gelisah
74 Wanita hebatku
75 Wanita gila
76 Ini kakakku
77 Bandara & Club
78 Are you okay?
79 Ujian rumah tangga kita
80 Dokter tapi takut obat
81 Fiks reaksi jamu
82 Tengilnya Tuan Faris
83 Karina yang sebenarnya
84 Kenapa Sha?
85 Hah?
86 Jatuh cinta setiap saat
87 Forgive
88 Masjid merah jambu
89 Mecca, here we come
90 Doa pilu di rumah-Mu
91 Kita senasib
92 Cappadocia, here we come
93 Abang gagal buka puasa
94 Honeymoon 1
95 Honeymoon 2
96 Honeymoon 3
97 Honeymoon 4 (Jeritan Penyesalan)
98 Tragedi Bandara Kayseri
99 Rumah Sakit orang waras
100 Salah saya apa, Tuan?
101 Happy Birthday Baby
102 Maaf, Nona
103 Kamu istriku
104 Aku memang orang asing
105 Benar-benar bikin surprise
106 Pecel seadanya
107 Aku yang lemah
108 Berkolaborasi
109 Ternyata masih belum siap kehilangan
110 Macan betina
111 Jangan ngambek dong, Mami
112 Ancaman Bocah
113 Rumit
114 Semakin Rumit
115 Semakin Rumit 2
116 Hancur
117 Suamimu juga manusia biasa
118 Selesaikan dengan jantan!
119 Apa dia sesempurna itu?
120 Kangen Abang
121 Terbayar lunas
122 Amanah
123 Kasih kejutan Papi
124 Sabarmu ... kuatku
125 Tanpa Papi
126 Tasya is come
127 Bolehkah?
128 Sensitive
129 Anak Mami pasti kuat
130 Aku tak sepicik itu!
131 Aku tak apa meski sendiri
132 Salah sangka
133 Benar-benar wanita mulia
134 Tanpa Papi lagi
135 Beginikah ngidam?
136 Kenapa harus kamu Mas?
137 Ku ambil dia kembali
138 Tinggalkan aku!
139 Jangan putus asa
140 Butuh ruang
141 Terungkap
142 Akankah baik-baik saja?
143 Ternyata terlambat
144 Menyerah
145 Panik
146 Kemana lagi?
147 Hancur sia-sia
148 You broke me first
149 Mengajukan gugatan
150 Frustasi
151 Sama-sama mencari
152 Mengunjungi Ayah
153 Titik terang
154 Semoga baik-baik saja
155 Jangan buat semakin rumit
156 Bukan tak sayang
157 Dokter cantik pemberani
158 Kamu?
159 Rencana lain
160 Pasangan idaman
161 Pasrah akan ketentuan-Mu
162 Benarkah ?
163 Sedikit lagi ...
164 Kepada-Mu kami kembali
165 Hilang satu muncul yang baru
166 Kakak ...
167 Apapun akan aku lakukan
168 Panik
169 Pergi dengan tenang
170 Lebih baik mati
171 Napas ini untukmu
172 Salah siapa!?
173 Biar aku yang pergi
174 Tergoda
175 Izinkan aku egois
176 Wanitaku lelah
177 Mempertahankan takdir
178 Ikhlas itu bohong!
179 Sebab akibat
180 Biar saja berakhir
181 Kebetulan?
182 Gagal temu
183 Sama-sama terluka
184 Sakit luar dalam
185 Kolega lama
186 Hati yang tergerak
187 Bukan hanya kamu, akupun sakit
188 Cukup Kakak, Aish jangan
189 Quality time
190 Kecurigaan Roger
191 Wanita bergamis panjang
192 Kembali berjuang
193 Berlomba
194 Mencari ketenangan
195 Memulai kembali
196 Lucunya istriku
197 Saya yang beruntung
198 Aku masih punya hati
199 Calon pewaris Abdullah Company
200 Siapkah aku?
201 Restu Kak Isal
202 Debar tak biasa
203 Beruntungnya aku punya kamu
204 Ica nggak sendirian
205 Kekhawatiran Ning Sabina
206 Nikmat yang tak terdustakan
207 Memantau dari jauh
208 Teman seperjalanan
209 Kalah telak
210 Muslimah sesungguhnya
211 LDR
212 ....
213 Kakak ipar bertemu kakak kandung
214 Rahasia Gus Hasan terbongkar
215 Quality time Aisha dan Faisal
216 Rindu berujung temu
217 Berubah tak semudah yang dikira
218 Berlibur bersama
219 Gadis kecilku
Episodes

Updated 219 Episodes

1
Aku juga wanita biasa
2
Bagaimana bisa aku berdamai?
3
Bukan Azka
4
Aku, Kamu, dan Dia
5
Kejam memang
6
Sudah Skenario Tuhan
7
Wanita tangguh
8
Apalagi ini?
9
Orang Terpilih
10
Harus Ikhlas
11
Mulai ada rasa?
12
Semakin takut kehilangan
13
Takdir Tak Terduga
14
Bukan akhir segalanya
15
Muhasabah Diri
16
Terungkap
17
Rangkaian Takdir
18
Orang yang Sama
19
Jawaban
20
Rasa Yang Hadir
21
Tanda tanya
22
Yes I do
23
Bukan aku pemenangnya
24
Takdirku
25
Hari Kita
26
Harapan Baru?
27
Senja yang tak lagi sama
28
Menantu baru
29
Aku dan perasaan ini
30
Perlahan semakin baik
31
Sesejuk Embun Pagi
32
Pengakuan
33
Terungkap (2)
34
Pergi untuk kembali
35
Mabuk darat
36
Kebetulan?
37
Berusaha mengikhlaskanmu
38
Benarkah sudah lupa?
39
Salah paham
40
Berusaha
41
Berusaha 2
42
Berusaha 3
43
Mau kemana?
44
Abang dimana?
45
Dinner kejutan
46
Kejutan lagi?
47
Mencoba melawan malu
48
Yang Tertunda
49
Sabarnya humairaku
50
Tertunda lagi?
51
Visual
52
Our first night yang tertunda
53
Ibadah lagi
54
Suami hebatku
55
Bercak Cinta
56
Dilanku
57
Menjadi saksi
58
Siapa dia?
59
Siapa mereka
60
Kecolongan
61
Dokterku suamiku
62
Aku ridho
63
Kamu tidak baik-baik saja
64
Harapan Baru
65
Dia milikku!
66
Percaya
67
Tak apa
68
Sensasi pengantin baru
69
Sayang, Jangan takut
70
Tiket
71
Ada apa?
72
Jangan cengeng
73
Gelisah
74
Wanita hebatku
75
Wanita gila
76
Ini kakakku
77
Bandara & Club
78
Are you okay?
79
Ujian rumah tangga kita
80
Dokter tapi takut obat
81
Fiks reaksi jamu
82
Tengilnya Tuan Faris
83
Karina yang sebenarnya
84
Kenapa Sha?
85
Hah?
86
Jatuh cinta setiap saat
87
Forgive
88
Masjid merah jambu
89
Mecca, here we come
90
Doa pilu di rumah-Mu
91
Kita senasib
92
Cappadocia, here we come
93
Abang gagal buka puasa
94
Honeymoon 1
95
Honeymoon 2
96
Honeymoon 3
97
Honeymoon 4 (Jeritan Penyesalan)
98
Tragedi Bandara Kayseri
99
Rumah Sakit orang waras
100
Salah saya apa, Tuan?
101
Happy Birthday Baby
102
Maaf, Nona
103
Kamu istriku
104
Aku memang orang asing
105
Benar-benar bikin surprise
106
Pecel seadanya
107
Aku yang lemah
108
Berkolaborasi
109
Ternyata masih belum siap kehilangan
110
Macan betina
111
Jangan ngambek dong, Mami
112
Ancaman Bocah
113
Rumit
114
Semakin Rumit
115
Semakin Rumit 2
116
Hancur
117
Suamimu juga manusia biasa
118
Selesaikan dengan jantan!
119
Apa dia sesempurna itu?
120
Kangen Abang
121
Terbayar lunas
122
Amanah
123
Kasih kejutan Papi
124
Sabarmu ... kuatku
125
Tanpa Papi
126
Tasya is come
127
Bolehkah?
128
Sensitive
129
Anak Mami pasti kuat
130
Aku tak sepicik itu!
131
Aku tak apa meski sendiri
132
Salah sangka
133
Benar-benar wanita mulia
134
Tanpa Papi lagi
135
Beginikah ngidam?
136
Kenapa harus kamu Mas?
137
Ku ambil dia kembali
138
Tinggalkan aku!
139
Jangan putus asa
140
Butuh ruang
141
Terungkap
142
Akankah baik-baik saja?
143
Ternyata terlambat
144
Menyerah
145
Panik
146
Kemana lagi?
147
Hancur sia-sia
148
You broke me first
149
Mengajukan gugatan
150
Frustasi
151
Sama-sama mencari
152
Mengunjungi Ayah
153
Titik terang
154
Semoga baik-baik saja
155
Jangan buat semakin rumit
156
Bukan tak sayang
157
Dokter cantik pemberani
158
Kamu?
159
Rencana lain
160
Pasangan idaman
161
Pasrah akan ketentuan-Mu
162
Benarkah ?
163
Sedikit lagi ...
164
Kepada-Mu kami kembali
165
Hilang satu muncul yang baru
166
Kakak ...
167
Apapun akan aku lakukan
168
Panik
169
Pergi dengan tenang
170
Lebih baik mati
171
Napas ini untukmu
172
Salah siapa!?
173
Biar aku yang pergi
174
Tergoda
175
Izinkan aku egois
176
Wanitaku lelah
177
Mempertahankan takdir
178
Ikhlas itu bohong!
179
Sebab akibat
180
Biar saja berakhir
181
Kebetulan?
182
Gagal temu
183
Sama-sama terluka
184
Sakit luar dalam
185
Kolega lama
186
Hati yang tergerak
187
Bukan hanya kamu, akupun sakit
188
Cukup Kakak, Aish jangan
189
Quality time
190
Kecurigaan Roger
191
Wanita bergamis panjang
192
Kembali berjuang
193
Berlomba
194
Mencari ketenangan
195
Memulai kembali
196
Lucunya istriku
197
Saya yang beruntung
198
Aku masih punya hati
199
Calon pewaris Abdullah Company
200
Siapkah aku?
201
Restu Kak Isal
202
Debar tak biasa
203
Beruntungnya aku punya kamu
204
Ica nggak sendirian
205
Kekhawatiran Ning Sabina
206
Nikmat yang tak terdustakan
207
Memantau dari jauh
208
Teman seperjalanan
209
Kalah telak
210
Muslimah sesungguhnya
211
LDR
212
....
213
Kakak ipar bertemu kakak kandung
214
Rahasia Gus Hasan terbongkar
215
Quality time Aisha dan Faisal
216
Rindu berujung temu
217
Berubah tak semudah yang dikira
218
Berlibur bersama
219
Gadis kecilku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!