Kondisi Aisha berangsur-angsur semakin membaik setelah pulang dari Rumah Sakit, berkat Faris dan Maya yang selalu mensupport Aisha. Kini Aisha juga sudah mulai bisa membaca tulisan braile berkat Faris yang menyewakan seorang guru privat untuk membantu Aisha belajar membaca.
“Sekarang kamu coba baca ini,” ujar Risa menyodorkan sebuah buku dan membukakan halamannya.
Perlahan Aisha meraba tulisan yang diberikan Risa, ia mulai mengeja kata demi kata.
“Ilmu-agama-itu-seperti-hujan, sebagaimana-hujan-akan-menghidupkan-tanah-yang-mati, demikian-pula-ilmu-agama-akan-menghidupkan-hati-yang-mati,” baca Aisha masih terbata-bata, ia belum terbiasa untuk membaca huruf braile.
“Masya Allah indah banget kata-katanya Mba.”
Tanpa sadar airmata menetes dari sudut mata Aisha, ia merasa kalimat itu seperti cambukan bagi dirinya. Betapa ia merasa selama ini dirinya amat jauh dari ilmu agama.
Drrrttt … Drrrttt ... tiba-tiba ponsel Aisha bergetar tanda ada panggilan masuk.
“Coba sekarang kamu angkat,” titah Risa agar Aisha mencoba mengangkat telepon sendiri.
Aisha mulai meraba layar ponselnya mengikuti arahan dari Risa.
“Ke kanan sedikit,” ujar Risa membantu mengarahkan Aisha.
“Hallo Assalamualaikum,” ucap Aisha setelah berhasil menjawab panggilan yang entah dari siapa.
“Waalaikumsalam, lagi ngapain cantik?” tanya seseorang dari seberang telepon yang tentunya Aisha langsung paham siapa pemilik suara itu.
“Lagi belajar sama Mba Risa.”
“Aku udah kirimin beberapa model yang menurut aku cocok buat kamu, kamu pilih yang mana yang mau kamu pake nanti malem. Coba minta tolong Mba Risa buat jelasin spesifiknya.”
“Mba bisa tolong jelasin model baju
yang Faris kirim?” ujar Aisha meminta bantuan pada Risa.
“Coba sini Mba liat,” jawab Risa yang kemudian menjelaskan satu persatu model yang Faris kirimkan.
“Yang warna maroon mix brukat aja Faris,” jawab Aisha yang telah memilih matang-matang.
“Oke nanti aku kirimin ke rumah, see you nanti malem. Assalamualaikum.”
Panggilan diakhiri setelah Aisha mengiyakan dan menjawab salam Faris.
“Kalo gitu Mba juga pamit yah, sampe ketemu lusa,” pamit Risa ramah yang kemudian diangguki Aisha.
***
“Dokter itu bukan Tuhan yang bisa menentukan hidup dan mati seseorang Mas.”
“Iya aku paham Di, tapi gak ada salahnya kita mengikuti anjuran dari seseorang yang memang ahli pada bidangnya.”
“Aku mohon Mas, percaya sama aku! Aku dan anak kita pasti akan baik-baik aja. Tolong jangan sia-siain perjuangan aku selama ini Mas,” ucap Diana memohon.
“Tapi kamu harus janji sama aku, apapun yang kamu rasain kamu harus bilang sama aku yah,” jawab Azka khawatir.
“Iya aku janji,” jawab Diana berbinar mendengar jawaban suaminya.
“Kamu baik-baik yah di rumah, kalo ada apa-apa langsung hubungi aku,” tutur Azka yang diangguki oleh Diana.
“Jagain mamah yah sayang,” lanjut Azka seraya mengelus perut Diana yang membuncit.
Diana sangat bersyukur bahwa sekarang Azka benar-benar menepati janjinya dan mulai bisa beranjak dari masa lalunya. Walau Diana tahu kebahagiaannya saat ini telah menumpahkan air mata wanita lain.
***
“Masya Allah cantiknya putri ibu,” puji Maya setelah selesai membantu Aisha berias.
“Ibu bisa aja,” jawab Aisha tersipu.
“Assalamualaikum ….” ucap seseorang dari balik pintu.
“Sepertinya itu nak Faris sudah datang, ayo kita keluar.”
Maya keluar dengan menuntun Aisha untuk menemui Faris.
Faris terkagum-kagum melihat Aisha begitu berbeda dengan balutan gamis brukat dan jilbab yang senada dengan kemejanya. Ya Faris memang sengaja memilih baju couple untuk mereka pakai malam ini.
“Wah kalian keliatan kaya pasangan yang serasi banget pake baju couple ini,” puji Maya setelah melihat Faris mengenakan kemeja yang senada dengan Aisha.
“Ih ini bajunya couple?” tanya Aisha bingung.
“Emang iya,” jawab Faris enteng.
“Ih Faris kok gak bilang-bilang sih. Kenapa bajunya couple-an? Nanti ada yang marah lagi,” ujar Aisha teringat pada kedekatan Karina dan Faris.
“Ih siapa? Kita kan sama-sama belum ada yang punya, ya kan bu?” ujar Faris bertanya pada Maya.
“Hmm bener tuh sayang, siapa juga yang mau marah orang masih sama-sama single kok,” jawab Maya meyakinkan Aisha.
“Mending kalian berangkat, nanti kemaleman ke acaranya.”
“Ya udah kalo gitu kita berangkat ya bu,” pamit Faris seraya menuntun Aisha menuju ke mobil.
Aisha bersyukur acara malam ini adalah reuni fakultas kedokteran dari semua angkatan, jadi ada alasan untuk mereka datang bersama, begitupun dengan Faris. Karena jika bersama Faris ia akan merasa aman.
Alunan musik dan riuhnya orang-orang menyapu pendengaran Aisha ketika mereka sudah sampai di tempat acara, hal itu sontak membuat Aisha berkaca diri dengan kondisinya saat ini.
“Ris aku tunggu di mobil aja ya gak usah masuk,” pinta Aisha merasa tidak percaya diri.
“Hey kamu kenapa?” tanya Farsi lembut.
“Aku malu Ris, semuanya yang ada di sana pasti dateng dengan tampilan semaksimal mungkin. Sedangkan aku?”
“Emangnya kenapa sama kamu hmm? Tampilan kamu luar biasa kok malam ini, apa yang harus ditakutin Aisha?”
“Dengan kondisi aku yang buta seperti ini, apa aku pantes buat berbaur di acara seperti ini?”
“Aisha dengerin aku, kan ada aku yang selalu nemenin kamu. Kamu gak perlu merasa kayak gini yah.”
Faris menggenggam tangan Aisha untuk meredakan ketakutan Aisha. Cengkeraman Aisha di lengan Faris semakin kuat ketika Faris mulai membawanya masuk ke tempat acara.
“It’s okay kamu rileks ya, ada aku kok,” bisik Faris di tengah riuhnya suara orang-orang berpadu dengan alunan musik yang menyambutnya.
Ketakutan Aisha mulai menghilang mendengar kalimat lembut yang dilontarkan Faris.
“Aisha ….” sapa seseorang yang ternyata adalah teman sekelas Aisha dulu.
“Maaf, siapa ya?” tanya Aisha yang memang tidak bisa melihat siapa yang menyapanya.
“Aku Rina,” jawabnya seraya memeluk Aisha.
“Aku turut prihatin ya sama keadaan kamu sekarang, kamu yang tabah ya Sha.”
“Iya makasih ya Rin,” jawab Aisha mencoba tersenyum.
“Terus sekarang gimana sama internship kamu dong?”
“Untuk sekarang internship-ku ditangguhkan dulu sampe aku dapet pendonor kornea Rin,” jawab Aisha yang diangguki oleh Rina.
“By the way kapan nih ngundang Dokter Faris?” tanya Rina pada Faris yang sejak tadi dengan sabar selalu menemani Aisha.
Uhuk … Uhuk, tiba-tiba seperti ada yang mengganggu tenggorokan Faris ketika mendengar pertanyaan teman Aisha.
“Ngundang apa?” tanya Faris yang pura-pura tak mengerti.
“Ya ke nikahan kalian lah, dokter Faris gak mungkin kan cuma ngajak Aisha pacaran-pacaran receh kayak anak ABG?”
“Ih apa sih Rina, kita tuh sahabatan tau,” jawab Aisha yang justru terlihat tenang dibandingkan Faris yang sudah memerah wajahnya.
“Kok kamu bisa kenal sama Dokter Faris sih? Jarak kita kan lumayan jauh sama Dokter Faris,” tanya Aisha yang sejak tadi bingung kenapa temannya itu mengenal sahabatnya.
“Ya ampun Sha siapa sih yang gak kenal senior tampan dan teladan kayak dokter Faris.”
“Ih gak boleh gitu kamu, nanti dia melting,” jawab Aisha yang kemudian diikuti oleh kekehan mereka yang terkalahkan dengan riuhnya acara malam itu.
“Kalo gitu aku cari temen-temen yang lain dulu yah Sha, kamu baik-baik sama dokter Faris,” ujar Rina yang kemudian diangguki oleh Aisha.
“Inget Sha, gak ada yang namanya sahabatan antara cowok sama cewek,” bisik Rina sebelum meninggalkan Faris dan Aisha.
“Rina ngomong apa Sha?” tanya Faris yang penasaran.
“Ih kepo,” jawab Aisha yang justru malah meledek Faris.
Ketika Faris dan Aisha tengah asyik berkeliling menyapa teman-teman yang lainnya, tiba-tiba seorang gadis mendekati mereka.
“Faris, kamu dateng juga?” tanya gadis itu yang ternyata adalah Karina, teman satu kelas Faris yang Aisha temui tempo hari di Rumah Sakit.
“Iya aku dateng,” jawab Faris ramah.
“Kita udah dua kali ketemu loh, masa aku gak dikenalin sama gandengan kamu,” ujar Karina yang terdengar seperti sindiran karena sejak tadi Aisha terus memegangi lengan Faris.
Sontak hal itu membuat Aisha melepas pegangannya pada Faris, tapi langsung ditahan oleh Faris.
Faris justru malah menautkan jemarinya dengan jemari Aisha, yang sukses membuat Karina semakin tidak suka.
“Oh ya ini Aisha. Aisha ini Karina temen sekelas aku waktu residen.”
“Aisha,” ucap Aisha seraya menyodorkan tangan untuk berjabat yang kemudian disambut oleh Karina.
“Kamu gak mau nemuin temen-temen sekelas kita di sana Ris?” ujar Karina mencoba mencari cara untuk memisahkan Aisha dari Faris.
“Ya udah ayo,” jawab Faris yang menggandeng Aisha juga, namun segera dihentikan oleh Aisha.
“Aku gak usah ikut ya Ris, mereka kan temen-temen kamu. Gak enak kalo aku ikut, aku tunggu di sini aja,” tolak Aisha.
“Gak apa-apa kok Sha, nanti kamu sama siapa di sini?”
“Udah gak apa-apa, di sini kan banyak orang. Lagian aku gak bakalan kemana-kemana kok,” jawab Aisha meyakinkan Faris.
“Tapi kamu janji jangan kemana-kemana sampe aku balik lagi ya. Aku cuma sebentar kok, gak jauh juga.”
“Iya iya sana, tuh udah ditungguin.”
“Ok, janji tunggu sini yah.”
“Iya Faris.”
Lalu Faris pergi mengikuti Karina yang menunjukan tempat dimana teman-teman sekelasnya.
Aisha yang menunggu sendirian mulai jenuh karena Faris tak kunjung kembali.
Sudah beberapa temannya juga yang menyapanya silih berganti, tapi Faris belum juga kembali.
Hingga ia mendengar ada seorang pelayan yang menawarkan minuman padanya, belum Aisha sempat meraih gelas yang disodorkan pelayan, tiba-tiba byurrr … tubuhnya serasa tenggelam dalam air.
Semua orang yang mendengarpun sontak menoleh ke arah kolam renang, tidak terkecuali Faris.
Seketika Faris teringat pada Aisha, ia segera berlari ke arah kolam renang.
Begitu menyadari bahwa yang tercebur ke kolam adalah Aisha, Faris tak pikir panjang. Ia segera mencebur juga ke kolam, lalu membawa Aisha ke permukaan.
Faris naik dengan membopong Aisha menuju ke mobil tanpa mempedulikan semua mata yang tertuju pada mereka.
Aisha terisak ketika mengetahui bahwa Farislah yang membopongnya keluar dari air.
“Kenapa baru dateng?, aku tadi takut banget. Kenapa kamu gak ada disampingku?” ucap Aisha terisak dalam gendongan Faris.
“Maaf aku datang terlambat,” jawab Faris menghapus airmata Aisha setelah mendudukannya di mobil.
“Kamu gak salah.” jawab Aisha masih terisak.
“Maaf Sha lagi-lagi aku gak bisa jagain kamu,” sesal Faris dengan menggenggam tangan Aisha untuk menghangatkannya, padahal dirinya juga sama-sama basah kuyup.
***
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author ya readers tersayang ….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
YouTrie
2 like dulu
2021-05-23
0
Dina (ig : dinaezyu)
meninggalkan jejak like
2020-12-20
1
Puan Harahap
sy udah boom like thor 10 semoga membantu
2020-12-02
0