“Maaf Sha bukan kamu yang kupilih, maaf karena aku mencintainya melebihi cintaku padamu.”
Aisha terbangun dengan peluh yang telah membanjiri seluruh tubuhnya, tangannya bergetar merengkuh erat sprei di atas ranjangnya, terdengar napasnya yang terputus-putus karena isakan.
Berkali-kali jemarinya menepuk-nepuk dadanya dengan bibirnya yang tak lupa mengucap istighfar berharap sesak itu segera menghilang.
“Kenapa kalimat yang dilontarkan mas Azka terdengar seperti nyata? Kenapa sakit sekali Ya Alloh?” gumam Aisha dalam isaknya.
“Apa sebenarnya aku yang belum bisa berdamai dengan kepergiannya?
Aisha terisak sendirian mengingat perkataan Azka yang singgah dalam mimpinya, juga terbayang wajah bersalah Diana yang terus saja mengatakan bahwa dialah wanita perebut kebahagiaan.
Ia memutuskan untuk mengadu pada Tuhan Sang Maha pengatur kehidupan, di atas sajadah di keheningan malam, Aisha tersedu meratapi nasibnya, perasaannya, dan kenangannya.
“Ya Alloh Ya muqolibal quluub, tsabbits qalbii alaa diinika,” rintih Aisha dalam sujud panjangnya.
***
Aisha melangkah gontai ke arah pintu masuk Rumah Sakit.
Hari ini adalah hari terakhirnya menjalani internship sebagai seorang dokter muda, yang berarti setelah internship-nya selesai, ia sudah bisa membuka praktek sendiri karena telah menjadi dokter yang sesungguhnya.
Tapi entah kenapa hatinya justru gelisah, mimpi semalam, juga bayang-bayang Diana terus saja terngiang.
Kepalanya berdenyut, ia hampir saja terjatuh jika saja lengannya tak menopang pada tiang.
Kesadarannya kembali ketika handphone dalam genggamannya bergetar, tertera nama Faris dalam layar panggilan.
“Assalamualaikum Sha.”
“Waalaikumsalam,” jawab Aisha dibuat sebiasa mungkin. Tapi bukan Faris jika tak bisa memahami apa yang sesungguhnya sedang dirasakan Aisha.
“Kamu kenapa Sha? Kamu baik-baik aja kan?” tanya Faris panik mendengar suara Aisha yang sedikit berbeda.
“Aku baik-baik aja kok, ada apa tumben nelpon?”
“Beneran kamu baik-baik aja?”
“Iya beneran,” jawab Aisha meyakinkan. Ada lengkung yang tercipta di sudut bibirnya mendengar Faris yang khawatir akan dirinya.
“Oh iya aku mau ngasih tahu kamu kalo aku diutus Rumah Sakit bersama relawan yang lainnya untuk ke lokasi korban bencana di luar kota, maaf yah aku gak sempet pamitan langsung sama kamu, soalnya tadi buru-buru banget,” tutur Faris menjelaskan.
“Iya gak apa-apa kok. Kamu hati-hati yah di sana,” jawab Aisha yang tanpa sadar juga menciptakan lengkung di sudut bibir Faris mendengar Aisha yang mengkhawatirkannya.
“Iya pasti. Kamu baik-baik yah di rumah, kalo ada apa-apa langsung hubungi aku.”
“Iya, kamu juga.”
“Ya udah aku lanjutin kerjaan aku dulu yah, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” jawab Aisha lalu menutup sambungan telepon.
***
Sepulang dari Rumah Sakit Aisha mengunjungi North Quay. Kali ini ia sendiri, tidak dengan Azka, maupun Faris.
Tempat itu sedikit banyak telah menjadi saksi perjalanan hidupnya, di tempat itu ia selalu bisa menemukan ketenangannya.
Aroma lautan yang menjadi penyejuk pikiran juga lalu lalang kapal yang seolah sibuk dengan tujuannya sedikit mengalihkan Aisha dari penatnya hidup yang ia alami kini.
Aisha memilih naik ke lantai tiga untuk mengisi perutnya sambil menyaksikan indahnya lautan luas dari roof top.
Tanpa sadar ada parit terbentuk dari sudut matanya ketika memandangi senja. Ada kelebat rindu dengan segala kenangan di dalamnya.
Pikirannya larut dalam lamunan beberapa tahun silam bersama nama yang masih terpatri dalam di lubuk hatinya.
"Aisha!" Panggil seseorang yang seketika mengembalikan kesadarannya.
Aisha menoleh ke arah sumber suara, seakan takut jika itu hanya ilusinya, ia mengerjapkan beberapa kali netranya. Ternyata itu nyata. Dengan segera ia menghapus air mata yang tersisa.
"Kamu sendirian?" tanyanya lagi sebelum Aisha sempat menjawab sapaannya.
"Ah iya, aku sendiri," jawab Aisha terdengar parau.
"Aku boleh duduk di sini?" tanya seseorang itu yang ternyata adalah Azka.
Lalu Azka duduk di kursi sebelah Aisha setelah mendapat anggukan Aisha, bergabung dengan Aisha menikmati senja.
Kini mereka memang tengah menikmati senja berdua, seperti dulu saat masih bersama. Tapi sekarang situasi keduanya sudah berbeda.
“Kamu masih sering ke sini Sha?” tanya Azka membuka perbincangan.
“Gak sering, kadang kalo ada waktu aja sama Faris,” jawab Aisha dibuat sebiasa mungkin.
“Kalian sedekat itu?”
“Seperti apa?” tanya Aisha yang pura-pura tak mengerti arah pembicaraan Azka.
“Seperti sepasang kekasih.”
Deg, hati Aisha sesak mendengar Azka mengucapkan kalimat itu.
“Bagaimana mungkin aku bersamanya, sedang dalam hatiku saja masih tetap kamu yang bertakhta.”
“Aku dan Faris memang dekat, bahkan mungkin sangat dekat. Tapi kita hanya sebatas sahabat. Aku tahu Faris memang menyukaiku, tapi dia gak pernah nuntut apa-apa dari aku. Faris tulus, dia menyayangiku tanpa syarat.”
Tanpa sadar, suasana seperti ini kembali mengingatkan Aisha pada kenangan mereka. Lagi-lagi ada sesak yang tercipta di dada.
"Ah sepertinya aku harus pulang," ucap Aisha seraya beranjak.
Berlama-lama bersama Azka di sana, Aisha tak bisa menjamin jika hatinya akan tetap baik-baik saja. Ia lebih memilih pergi dari pada pertahanannya selama ini goyah di depan Azka.
"Baiklah, hati-hati Sha," jawab Azka mengiyakan.
"Kamu benar-benar sudah berubah mas. Tapi nama di hatiku masih tetap sama."
***
"Aisha ...." Maya menghambur ke arah putrinya dan langsung memeluknya.
Maya yang semula masuk ke kamar Aisha untuk mengajaknya makan malam justru menemukan putrinya tengah bersimpuh di tepi ranjang terisak sendirian.
"Aisha, kamu kenapa sayang?" tanya Maya khawatir.
Tangis Aisha semakin menjadi dalam pelukan Maya.
Seakan semua kegundahan dalam hatinya ia tumpahkan dalam pelukan ibu tercintanya.
Kedua tangannya merengkuh erat tubuh yang semakin merenta, lidahnya kaku untuk sekedar mengutarakan isi hatinya.
Hanya isakan yang terdengar semakin pilu dalam setiap belaian tangan ibunya.
"Sebenarnya kamu kenapa sayang?" lirih Maya bertanya lagi.
Lagi-lagi Aisha tak mampu menjawab pertanyaan ibunya.
Maya yang memahami akan kondisi Aisha membiarkannya untuk menumpahkan terlebih dahulu segala kegundahan dalam pelukannya.
"Aisha ingin pergi bu," ucap Aisha ketika isaknya mulai mereda.
"Pergi bagaimana maksud kamu?" tanya Maya terkejut dengan pernyataan putrinya.
"Aisha ingin pergi ke tempat dimana tidak ada yang mengenal Aisha, Aisha ingin memperbaiki diri. Sudah terlalu banyak yang terjadi di sini. Aisha ingin nyalaf di pesantren bu."
"Sebenarnya apa yang membuat kamu ingin pergi?"
"Mas Azka dan semua kenangan kita di sini," jawab Aisha kembali berlinang.
"Kamu belum bisa mengikhlaskannya?"
"Selama ini Aisha sudah berusaha bu, nyatanya hati Aisha belum terlalu kuat."
"Dimana kamu ingin nyalaf?"
"Dimanapun, asalkan tidak ada yang mengenal Aisha di sana."
"Bagaimana jika di Yogyakarta, tempat ibu mondok dulu?"
Aisha hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Berapa lama rencana kamu di sana?"
"Sampai hati Aisha kuat menghadapi kepahitan ini bu."
“Lalu gimana sama praktek kamu? Kamu kan sudah menyelesaikan internship.”
“Aisha sudah pikirkan matang-matang bu, memang berat meninggalkan semuanya di sini. Aisha harus ninggalin ibu, Faris, juga mimpi-mimpi Aisha sebagai dokter. Memang gak mudah yang namanya bermuhasabah diri, tapi jika hidayah bisa dijemput, mengapa harus menunggu? Aisha percaya janji Allah itu pasti,” tutur Aisha meyakinkan Maya.
“Masya Allah ibu bangga sama kamu, setelah lika-liku yang kamu hadapi justru malah membuat kamu sadar diri. Ibu akan mendukung penuh niat baikmu nak,” jawab Maya kembali memeluk putrinya, kini giliran ia yang meneteskan air mata.
“Doakan Aisha ya bu,” ucap Aisha membalas erat pelukan sang ibu.
"Apa Faris sudah tahu tentang rencana ini?"
"Faris sedang diutus Rumah Sakit untuk ke lokasi korban bencana di luar kota bu, tapi aku mohon jangan beritahu dia bu. Jangan beritahu hal ini pada siapapun, cukup kita ya bu," pinta Aisha memohon.
"Aisha tidak ingin ada yang tahu dimana Aisha memperbaiki diri," lanjutnya.
"Baiklah ibu tidak akan memberitahu siapapun, termasuk Faris."
***
Jangan lupa vote, like and coment buat nyemangatin author yanreaders tersayang ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 219 Episodes
Comments
🎤ImaEdg🎧
ini air mata kenapa mau keluar padahal baru 1 chapter 😭😭😭😭😭
2021-07-27
0
SyaSyi
bomlike karyamu
semangat up nya
2021-07-04
0
LINA
bom like 👍 and rate 5 sudah mendarat di karya kk 😊 saling mendukung 🙂 semangat berkarya ka 💪
2020-12-10
0