PART 5. TIDUR SOFA ... KAMU? ATAU AKU?

Aku mulai mengobati luka pada lengannya, setelah sebelumnya lebih dulu menyingkap lengan baju kemeja hitam berlengan panjang yang sobek terkena pecahan botol.

“Diamlah. Ini sudah paling pelan,” sewotku mendelik jengkel.

Akhirnya selesai juga, kutempelkan perekat terakhir pada kasa pembungkus lukanya. “Selesai! Semoga lekas sembuh,” bisikku lirih dekat luka lengannya.

Lelaki itu tersenyum geli melihat tingkah polahku yang konyol. Sesaat ketika hendak membereskan peralatan P3K, dia menahan lenganku.

“Berikan padaku.” Sembari mengambil obat antiseptik dariku lalu berjongkok di depanku.

Reflek bergeser dari duduk, sedikit menempel ke punggung kursi. “Mau apa?” alisku bertaut keheranan.

“Kakimu juga perlu diobati,” ujarnya meraih tumit kaki kiriku pelan. Dengan telaten dan perlahan mengusapkan obat tepat di luka lecet yang kudapat akibat sepatu sial milikku.

“Sudah, semoga lekas sembuh,” ujarnya mengulang, menirukan gayaku.

Kami saling berpandangan tersenyum geli. Sedikit ada perkembangan, kami semakin akrab sekarang, meski tak seakrab teman karib.

“Apa kau haus? Mau minum apa?” tanyanya amat sangat sopan sembari berdiri, menuju meja tempat dia meletakkan beberapa minuman di antaranya air mineral.

“Air putih saja,” jawabku singkat. Seakan tahu, dia membawanya lebih dulu ke hadapanku sebelum aku selesai bicara.

“Nih!” menyodorkan sebotol air mineral padaku seraya menenggak botol air miliknya. Melangkah pergi menuju kamar, meninggalkanku sendirian di sofa.

Beberapa saat kemudian dia kembali memakai kemeja abu – abu lengan panjang di padupadankan dengan celana denim warna hitam.

Hei, tunggu! Kenapa dia masih pakai topeng? Ada apa dengan cowok ini, batinku heran.

“Pakai ini. Ayo, aku antar pulang.” Melempar pelan sepasang sandal jepit ke lantai tak jauh dari kakiku.

“NgG! Aku lupa ... Aku lupa nama hotelnya,” aku ku tertunduk murung.

Kedua bola matanya terbelalak lebar mendengar pengakuanku. “Lalu, kau ke sini sama siapa?”

“Leon.”

“Hanya dia?” mengernyitkan dahi tak percaya.

“Ya, karena di undangannya tertera namaku dan namanya.”

Menggelengkan kepala pelan sembari mengusap wajah kesal. “Lalu sekarang, apa yang mau kau lakukan?” tanyanya geram kemudian terdiam, berpikir sejenak. “NgG! Apa kau bertemu dengan teman wanitamu di pesta?”

“Tidak. Tidak ada satu pun yang ku kenal,” jawabku singkat.

Terdengar dengusan panjang darinya, ia tampak kesal. “Mana ponselmu?” kata – katanya mengalir ketus.

Aku semakin tertunduk, sedih. “Ponselku terjatuh di laut.”

Lengkaplah sudah kesialanku hari ini mulai dari : bertemu orang mesum; kaki lecet; ponsel hilang; bertemu pemabuk yang hendak membunuhku dan yang paling parah, memergoki pacar selingkuh.

Air mataku mulai menggenang di pelupuk. Tak tahu mesti berkata apa. Apa dia tega membiarkanku sendirian berkeliaran di luaran sana? Tanpa ada satu orang pun yang ku kenal, firasatku buruk.

“Hei, jangan menangis. Aku hanya heran kenapa kau begitu bodoh," kata – katanya mengalir pedas.

Sedikit membuatku tersinggung, tanpa terasa air mata ini mengalir dengan wajah tertunduk dalam – dalam.

Ya, aku memang bodoh. Amat sangat bodoh!

Ia menghampiri, duduk di sebelahku. Memeluk. Oh my good!

Jantungku mendadak berdetak kegirangan. Ada apa denganku?

Tangisku langsung terhenti, mendorong pelan dadanya menjauh. “Maaf, biar aku pulang sendiri,” ujarku berdiri, beranjak dari duduk seolah pamit untuk pergi.

Telapak tangannya menarik, menggenggam punggung tanganku, hangat. Seakan tahu dia memintaku untuk tinggal tidak salah meskipun dari mulutnya tak ada kata – kata signifikan yang keluar. Aku tahu ....

“Tidurlah di sini! Aku akan tidur di sofa.” Sebuah permintaan mengalir tanpa arti dari sudut bibirnya yang, serius.

“Jangan! Biar aku tidur di sofa. Aku tak mau_” ucapku tak selesai dia sudah keburu memotong bicara.

“Jangan membantah," sentaknya terdengar marah. "dan ... jangan berpikir macam – macam. Aku tidak akan menyentuhmu kalau bukan kau yang menyentuhku duluan,” sergahnya seolah tahu apa yang ada dalam pikiranku.

Tapi, kata - katanya barusan membuatku tak terima. Aku! Menyentuh duluan! Yang benar saja. *Im*possible.

Lelaki itu melenggang menuju kamar, hampir 10 menit. Sementara aku duduk kembali di sofa. Entah sedang apa dia?

Tiba - tiba datang meletakkan baju lipatan T – shirt putih polos dengan celana pajamas panjang warna abu – abu di sebelahku sambil berkata. “Ganti baju. Ini lebih nyaman untuk tidur.” Tunjuknya pada baju yang di bawanya barusan.

“Terima kasih. Biar aku tidur di sofa,” pintaku tidak nyaman.

Matanya menyorot tajam, seakan hendak menusukku. “Tidurlah di kamar. Biar aku tidur sini. Atau kau ingin tidur di sofa bersamaku,” ucapnya terhenti sembari melangkah mendekat, seperti sengaja menggodaku.

Spontan tertunduk sungkan. “A – aku ke kamar mandi dulu,” sergahku segera ngeloyor melarikan diri.

“Hei! Kamar mandinya sebelah sana.” Aku tak melihat ketika jari telunjuknya menunjuk ke suatu arah.

Bukannya ke kamar mandi, aku malah melangkah ke pintu kamar tidur.

Aish! Malunya.

Nggak masalah ... 'kan aku belum kenal betul ruangan ini. Anggap saja begitu.

Rambut lepek awut – awutan serta muka lecek terpantul jelas di depan cermin seakan mengisyaratkan betapa sengsara kehidupan yang kualami hari ini. Kubasuh tangan serta mukaku perlahan, membersihkan diri dari kesialan yang membungkus sekujur tubuh putih seputih susu. Air menyucur membasahi raga.

Setetes demi setetes membasahi lantai dari rambut pekat basah tergerai sepinggang. Aku duduk di pinggir ranjang, berpikir serius sembari mengeringkan rambut.

LEON? Kenapa dia begitu tega padaku?

Aku semakin ragu dengan perasaanku sendiri. Apa pernah dia mencintaiku? Semuanya berawal dari kebohongan, menurutku.

Keluar dari kamar, celingak – celinguk mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.

*Kemana dia?

🔘😞

Hola!

Jangan lupa like dan komen ya kawan. Bantu 5 bintangnya juga. Gabung chat Miels dong. Terima kasih 😙*

Terpopuler

Comments

Lisa Z

Lisa Z

ya ampun lagi ketiban sial banget ya

2022-03-20

0

Realpcy_Cyl

Realpcy_Cyl

mampir lagi tor

2022-03-08

0

Rizki Nabila

Rizki Nabila

hai kak, aku udah mampir nih. segini dulu yah, ntar sambung lagi🤗

2022-02-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!