PART 19 RAGU TAPI MAU

“Sya…. Balas ceritanya.” Tangannya sudah lebih dulu menggelitiki pinggangku, membuatku tertawa terpingkal kegelian.

“Sudah, sudah. Habisnya kamu sih!” ucapku manja, menahan kedua lengannya.

“Aku kenapa?”

“Aku jadi sedih.”

Terkekeh mendesis, mencubit ujung hidungku gemas, “Itu tandanya kamu suka sama aku.”

“Sebenarnya aku takut, takut kamu tolak.”

“Masak iya sih,” cibirku mengejek.

Fint mengangguk murung, tapi kemudian tersenyum sembari memelukku lagi. “Aku senang kamu terima.”

“Siapa bilang. Aku kan nggak bilang apa-apa.”

Fint menatap lalu berkata, “Benar nih. Nggak mau sama aku, aku cari yang lain boleh.”

Aku tahu dia hanya bercanda, kucubit pinggangnya gemas. Ia merintih kesakitan dengan kedua lengan masih tetap memelukku.

Matahari mulai menampakkan diri di antara kabut yang mulai menipis pudar. Udara dingin pegunungan perlahan menghangat seiring dekapan tubuh Fint. Aku masih ingat kenangan bersamanya waktu itu sampai detik ini.

Kupandangi layar ponsel hologram bergambar fotoku yang terpampang di majalah model setahun lalu. Menghela napas panjang, lagi dan lagi. Dilema, antara keinginan mendengar suaranya atau tidak. Namun aku tak ingin melibatkan Fint lebih jauh dalam masalahku, biar aku sendiri yang menanggung semua ini.

Kuputuskan meletakkan ponsel di atas nakas dekat tempat tidur tanpa berniat ingin menyentuhnya kembali. Memejamkan kedua daun mata ini meski pikiran melayang-layang tak tentu arah. Kuelus sayang perut yang sedia menunggu tuk membuncit, si kecil sudah kenyang karena tadi Firda memberiku makanan sehat dengan porsi banyak.

Tak lama kantuk pun menyerang, mataku pun terpejam rapat-rapat meninggalkan alunan sunyi heningnya malam.

♡♡♡♡♡♡

“Ma, rumah sebelah dah jadi. Orangnya kayak apa?” tanyaku sambil menyendok sup buatan mama.

Mama menghidangkan puding mangga kesukaanku di atas meja dengan segelas teh hangat.

Menggelengkan kepala pelan, “Mm, Mama juga kurang paham. Mobilnya kadang parkir di depan. Orangnya, nggak pernah keluar rumah. Eh, tapi Bu Dina kemarin bilang, pernah lihat ada yang keluar dari dalam rumah. Katanya, ‘orangnya tinggi putih, ganteng kayaknya, cuma pakai kacamata hitam sama masker, jadi nggak kelihatan’,” jawab mama menenggak separuh gelas air putih.

Sesekali aku mengangguk mendengarkan cerita mama barusan.

“Dek, gimana persiapan lamaranmu, apa ada yang masih kurang?” tanya Mama mengalihkan pembicaraan.

“Sudah Ma, acaranya Sabtu besok. Nanti Fint mau ke sini, bawa baju kebaya punya Mama sama Papa,” jelasku singkat.

Mama berdiri dari duduk, menghampiri, memberikanku sebuah kecupan singkat di ujung kepalaku.

“Adek dah yakin?” ujar Mama mendadak bertanya.

Aku mendongak memandang wajah tuanya yang masih tampak muda. Mengangguk pelan dan menjawab, “Yakin, Ma. Fint baik,” jawabku terlalu pendek.

Kuusap sayang perutku, aku tak mau Mama cemas, batinku bermonolog.

“Ya sudah, kalau kamu yakin. Mama setuju saja. Mama Cuma nggak mau kamu sedih kayak dulu.”

“Nggak apa, Ma. Toh! Adek nanti enggak serumah sama Mamanya.” Kutepuk sayang lengan tangan Mama, mencoba menenangkan kebimbangan hatinya.

“Ya sudah. Mama cuma pesan, jangan gampang mengucap kata pisah, karena 3 kali berkata pisah kalian sudah harus benar-benar berpisah. Saling mengerti dan memahami, buang semua egois. Menjalani biduk rumah tangga itu gampang-gampang susah, intinya satu komunikasi."

"Mama ngomongnya kayak di iklan-iklan aja," candaku tersenyum geli.

“Mama bilang gini juga buat anak Mama yang paling cantik. Semoga pernikahan kalian berjalan lancar." Selengkung senyum bahagia tersungging dari bibir Mama.

“Amin. Makasih ya, Ma,” ujarku sembari memeluk hangat punggung yang mulai rentan oleh usia.

Genap 14 hari sejak Fint bersikukuh untuk segera meminangku.

Segala cara dia lakukan untuk membuatku setuju menikah dengannya, mulai dari datang sampai mengirim makanan ke rumah. Yang membuatku tidak habis pikir, aku mendapat sebuah kiriman: sebuket bunga mawar merah raksasa ke tempat syuting.

Hufh! Siapa lagi kalau bukan Fint.

Aku menyerah pada keteguhan hatiku ketika seminggu kemarin Fint mengalami sakit berat.

Sore itu selesai pemotretan, di ruang tunggu. Aku sedang melahap kue tart kacang yang dibawa Firda untukku, hanya saja bentuknya sangat imut: berbentuk teddy bear.

Tiba-tiba saja Fint datang dari arah pintu dan duduk di sebelahku, mengambil sendok dari tanganku dan melahapnya dalam sekejap, menyendoknya lagi dan lagi. Aku tersentak, teringat akan sesuatu.

Menarik paksa sendok dari tangannya. “Hentikan!” pekikku marah. “Kamu gila. Tunggu dulu! Apa Firda?” pikirku menduga.

Fint masih mengunyah kue tart itu, menelannya dalam-dalam di tenggorokan.

Aku segera menarik paksa wajahnya, menangkup dengan kedua tanganku yang gemetar. “Buang Fint! Muntahkan. Aku bilang muntahkan,” sentakku histeris. berikutnya kupukul-pukul dadanya kesal.

Ia menahan tanganku dan menatap tajam. “Menikahlah denganku. Please,” suaranya terdengar parau.

Air mataku menitik sedih ketika perlahan muncul bintik-bintik (ruam) merah di bagian lengan tangannya.

“Fint, tanganmu. Kau ini,” ucapku menepuk lengannya kesal.

Fint menarikku ke dalam pelukannya, lalu berkata, “Aku senang kamu khawatir,” tanpa kutahu, seutas senyum getir tersungging dari bibirnya.

“Jangan lakukan lagi. Bodoh!” olokku kesal, meremas rambutnya gemas.

“Sya, sya.” Cepat-cepat melepas pelukan, pandangannya mengedar mencari sesuatu. Menyambar kantong plastik di sebelah kotak kue dan…. “Huwekk.”

Melihatnya muntah membuat perutku merasa mual, tapi masih sanggup kutahan.

“Nih, minum.” Kusodorkan sebotol air putih padanya, mengusap bibir dan peluh yang menetes di pelipisnya dengan tisu basah.

Fint menyandarkan kepalanya yang lemah di pundakku. Instingku mengatakan kalau dia kurang sehat, benar saja, aku langsung tahu saat telapak tangan ini menyentuh dahinya. Badannya panas, tentu saja, Fint alergi kacang, setiap makan makanan berbahan kacang sekujur kulit tubuhnya bakal langsung bentol-bentol merah, muntah dan diare, yang pasti demam.

“Kita ke rumah sakit yuk!” ujarku cemas.

“Enggak perlu. Temani aku pulang aja,” pintanya dengan suara lemah diantara embusan napasnya yang tak beraturan.

“Tapi, Fint. Badanmu panas.”

“Aku mau kamu rawat,” pintanya terlalu egois, tak peduli dengan kondisi fisiknya sekarang.

Kuhela napas pendek. “Oke, aku antar pulang.”

Serta merta membantunya berdiri dan memapahnya berjalan keluar dari ruangan. Beruntung, di depan pintu kami berpapasan dengan 3 orang kru laki-laki sedang berjalan. Dengan sopan aku meminta bantuan mereka untuk membawa Fint sampai ke dalam mobil.

Setiba di rumah Fint, aku memarahi Firda habis-habisan di telepon. Bagaimana tidak! Tanpa berpikir resiko fatal yang bakal terjadi, dia membantu Fint (membuatnya makan makanan berbau kacang).

Hampir 3 hari aku merawat Fint di rumahnya, dia sangat manja, sama seperti dulu. Kabar buruknya, kami berciuman beberapa kali dan saat itulah tanpa sadar aku mengatakan setuju untuk menikah dengannya.

Sebuah lengan melingkar di kedua belah bahu—mendekap hangat dari belakang—kecupan singkat mendarat mulus di pelipis kananku.

“Obrolin apa sayang?” tanya Fint yang muncul secara tiba-tiba, selang beberapa detik setelah Mama pergi ke kamar mandi.

Aku mendongak menoleh ke belakang. “Nggak ada, Mama cuma tanya persiapannya gimana?”

“Mmm, kupikir obrolin apa?”

“Kebayanya bawa?”

“Ada di mobil.” Jari telunjuknya bergerak menunjuk ke suatu arah.

Spontan terkejut saat Fint tanpa aba-aba, mendadak memutar kursiku bertanya, “Mamamu komentar apa?” tampak guratan serius di wajahnya.

Matanya menelisik memandangku.

“**Kamu masih ragu?”

🔘🙄

*Masih ragukah Nesya dengan lamaran Fint? Tunggu kelanjutannya.

Jangan lupa like dan komen.

Terima kasih

Salam sayang

MIELS*** 🥰

Terpopuler

Comments

Lisa Z

Lisa Z

Fint alergi kacang yaa

2022-04-04

0

Lisa Z

Lisa Z

mamanya udah tau nesya hamil?

2022-04-04

0

Lisa Z

Lisa Z

halo kak miels, apa kabar?
aku lanjut baca lagii

2022-04-04

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!