PART 12 MANTAN 1... 2... 3...

Mendadak teringat akan satu hal. “Oh ya, Fir. Aku lupa, lengannya terluka waktu menolongku. Mungkin sekarang sudah sembuh, tapi pastinya masih ada bekas luka di lengannya.”

“Bekas luka di lengan. Well,oke. Aku akan ingat itu. Kamu juga ingat, jaga kondisi, makan dan minum yang banyak. Gak boleh capek, gak boleh—”

“—marah, gak boleh kesal sama orang, jangan itulah, inilah. Banyak banget gak bolehnya,” sanggahku sewot.

“Gitu ya, kalau dibilangi. Bandel,” celetuknya menyentil ujung hidungku gemas.

“Iya, ibu,” cibirku menggodanya. Aku paling suka memanggilnya dengan sebutan ibu, soalnya dia lumayan cerewet, mirip mamaku.

“Kamu ini. Sudah sana mandi, aku juga mau pulang. Capek.”

“Hati-hati di jalan,” pesanku sebelum pintu tertutup rapat.

Aku menghela napas lelah, kurasakan kram di area perut. “Maaf ya, sayang. Pasti capek. Bobok yuk!” gumamku bermonolog sendiri sembari mengelus perut sayang. Meski masih berbentuk janin tapi dia bisa merasakan apa yang kita rasakan, “so take care and don’t make your self sadly. Be happy and smile brightly”.

Besoknya, karena tidak ada jadwal syuting, aku bisa chit chat para teman semasa SMA dulu. Seharian sibuk menelepon sana-sini menanyakan nomor telepon Tio (mantan pertama), Alfian (mantan kedua) dan Reza (mantan ketiga)

Mereka bertiga: mantan pacarku waktu zaman masih di SMA dulu.

SMA Negeri 3, masa-masa putih abu-abu. Pacarannya masih malu-malu kucing, cuma berani pegang tangan. Setiap hari telepon ke rumah padahal di sekolah juga sudah saling ketemu muka.

Yang paling bikin deg deg-an tuh kalau lagi boncengan, mengantar pulang. Mesti pegang pinggangnya supaya enggak jatuh.

Aish! Kalau diingat lagi jadi bikin baper. Ketiganya cowok baik-baik. Aku tahu benar itu.

Hari menjelang sore, matahari sudah enggan menampakkan sinarnya. Selesai makan dan mandi, barulah aku mendapat kejelasan dari nomor ponsel milik Reza yang kudapat dari WhatsApp Ajeng (sahabat Reza). Ya, cuma nomor handphone Reza.

Menurut informasi dari teman-teman. Tio, sudah jadi seorang polisi, menikah dan punya dua anak. Alfian, pengusaha restoran makanan Padang, menikah, punya empat anak dan baru bercerai 3 bulan lalu.

Dari keduanya jelas-jelas tidak mungkin, karena yang hadir dalam pesta itu para pengusaha ternama, model, dan artis papan atas. Contohnya saja aku. Hehehe, apa aku terlalu pede? Jawabannya: tentu saja.

Reza, menurut informasi yang kudapat dari Ajeng sejam lalu, "dia sekarang jadi Manager Marketing Specialist di salah satu perusahaan promotor terbesar di Indonesia". Tak ayal pastinya dia juga berkecimpung dengan dunia artis. Kabarnya, bulan lalu dia juga sempat wira-wiri ke luar negeri dan pastinya teman-teman sejawatnya dari kalangan artis atau pengusaha kelas atas.

Ragu-ragu menekan nomor telepon miliknya, takut kalau-kalau dia menolak berbicara denganku. Masalahnya, dulu aku yang minta putus paksa padahal enggak ada masalah atau pertengkaran yang terjadi di antara kami. Cuma …. Bosan.

Jahat banget ya aku?

Aku selalu merasa bersalah setiap mengingat dirinya. Kuhela napas panjang, menutup mata sembari menekan tombol dial, lalu berikutnya terdengar nada sambung dari seberang telepon.

“Halo! Halo!”

Suaranya terdengar tidak asing di telingaku, ini benar suara Reza (tidak salah lagi).

Tak segera menjawab aku malah membiarkannya bertanya, “Ini siapa ya?”

“… i-ini Nesya. SMA 3. Ini Reza bukan?” kataku balik bertanya.

“Nesya … Nesya yang benar. Benar ini Nesya?” nada suaranya terdengar antusias, mungkin dia terlalu senang mendengar suaraku.

Aku meringis geli, “Iya Nesya. Reza gimana kabar? Sehat?” tanyaku sok ramah dan baik hati.

“Mmm, baik. Nesya sendiri sekarang di mana?”

“Di rumah,” jawabku singkat.

“Iya, tahu di rumah. Emang kalau enggak di rumah di mana lagi?”

“Syuting.”

“Oh iya lupa. Sekarang sudah jadi artis. Oh ya, ketemuan yuk. Soalnya aku lagi rapat, jadi enggak bisa ngobrol banyak. Gimana kalau besok ketemu di tempat biasa kita makan. Dekat sekolah. Mau nggak?” ujarnya tiba-tiba membuat janji untuk bertemu.

Aku berpikir sejenak, tak langsung menjawab.

“Nes, bisa nggak? Kalau nggak bisa besok—”

“Oke, aku tunggu di sana. Jam sepuluh,” balasku mengiyakan tak bisa menolak.

“Oke, besok aku tunggu. Sampai besok sayang,” jawabnya, menyebutku dengan panggilan “sayang” dengan nada genit—tanpa berpikir lebih dulu.

Ya iyalah, hampir 9 tahun tidak bertemu, tiba-tiba menyebutku seperti itu. Aku langsung hilang feeling setelah mendengarnya.

Dalam hati aku bertanya, seperti apa ya, Reza sekarang?

Jadi penasaran dengan tampangnya sekarang. Sambungan telepon terputus sesaat setelah ucapannya tadi.

Haus. Saat mengandung begini aku jadi lekas haus dan lapar. Hmm, jelas saja, ada makhluk hidup di dalam perutku.

Berjalan gontai menuju dapur mengambil sebotol air mineral, segelas susu untuk ibu hamil dan apel. Satu? Tidak cukup, aku butuh empat buah apel untuk mengisi perutku.

Kalau dipikir-pikir lagi, tubuhku bisa-bisa seperti gentong karena kebanyakan makan. Eits! Enggak boleh minder begitu. Tidak masalah jadi gemuk dan besar, asal si kecil sehat, normal, dan bahagia.

Just say, “Be the happiest pregnant woman, then your baby will be happy too.”

(Jadilah wanita hamil yang paling bahagia, maka bayimu akan merasa bahagia juga)

Senyum bahagia tersungging dari bibirku tatkala kedua mata ini menatap bagian perut, meski belum membuncit, tapi aku bahagia dia ada bersamaku.

🔘😇

Selamat malam semua.

jangan lupa like dan komen.

Selamat tidur, semoga mimpi indah

Terpopuler

Comments

Miels Ku

Miels Ku

yup

2022-04-08

0

Lisa Z

Lisa Z

ya emang kenyataan nya begitu. jadi ga terlalu bisa dibilang kepedean si

2022-03-22

0

Lisa Z

Lisa Z

oke ini udh 3 mantan yang terbongkar

2022-03-22

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!