Suara alarm terdengar sayup-sayup entah berasal dari mana, karena sepertinya suara itu bukan berasal dari dalam kamar. Ternyata fajar telah lama meninggalkan mereka. Sinar mentari sudah sangat menyilaukan mata ketika Ruby membuka gorden jendela kamar.
Entah sejak kapan gorden itu tak pernah tersentuh karena ketika Ruby menariknya debu-debu luruh dari kain gorden berwarna abu-abu tua itu.
Bersin dan batuk menjadi satu saat partikel-partikel debu masuk ke dalam hidung Ruby.
Sudah berapa purnama dia tidak menyentuh gorden ini. Dasar jorok. Sambil melirik ke arah pria yang masih terlelap dalam tidurnya.
Selesai melepaskan gorden untuk dibawa ke binatu, Ruby mencari bunyi alarm yang ternyata ada di meja depan.
Ruby tahu ini bukan hari kerja Dewa, karena Dewa bercerita bahwa dia akan mulai kerja pada esok lusa.
"Jam berapa ini?"
Ruby mencari jam dinding di ruangan yang sepertinya adalah ruang tamu yang merangkap ruang serba guna. Bagaimana tidak di sebut ruang serba guna, puluhan map terlihat menumpuk di meja, sebuah selimut pun terlihat terlipat di sudut sofa yang menandakan si pemilik apartemen sering tidur di ruangan itu.
Setelah meminum susu kotak yang ada di kulkas, Ruby mulai membersihkan setiap sudut apartemen suaminya yang jika sesuai jadwal di surat perjanjian praktek nikah, dia akan menempati apartemen itu selama satu tahun ke depan.
Sementara itu Dewa merasakan cahaya yang membuat tidurnya terganggu karena silaunya menusuk mata. Cahaya matahari yang masuk tanpa penghalang dari jendela kaca besar kamarnya membuat harus menyipitkan mata saat membuka matanya.
Dari arah luar terdengar sayup-sayup suara dari mesin penyedot debu yang sedang Ruby gunakan untuk membersihkan ruangan.
"Mengapa aku seperti memperistri seorang pembantu rumah tangga?" cicit Dewa yang saat itu sedang meregangkan otot-otot di tubuhnya.
"Selamat pagi istriku. Nyonya Sadewa," ucap Dewa saat melihat Rubi sedang menyedot debu di ruang dapur.
"Pagi apanya? Matahari mungkin sedang menertawakanmu sekarang ini," ejek Ruby.
Dewa tidak peduli dia berjalan menuju kulkas untuk mengambil minum.
"Jangan minum air dingin. Minum air hangat ketika baru bangun tidur!" Ruby mengambil botol yang baru saja akan Dewa buka tutupnya.
"Nih!" Segelas air hangat telah ada di tangan Dewa.
Dewa menaikan sebelah alisnya sebagai respon kelakuan istrinya yang terlihat sama persis dengan ibunya.
"Tak ada sarapan. Tak beras untuk dimasak juga roti untuk dijadikan sarapan," keluh Ruby.
"Ada sereal di dalam bufet. Aku biasa sarapan dengan itu."
"Mana kenyang sarapan dengan sereal? Itu seperti makan ciki," balas Ruby.
Dewa malas menimpali dia duduk di kursi yang ada di meja dapurnya.
"Apa kamu di suruh si Mak Lampir Meksiko itu untuk membersihkan rumahku? Aku seperti sedang menikahi seorang pembantu dari rumah mommy," ejek Dewa melihat Ruby terus sibuk dengan pekerjaan rumahnya.
"Tidak. Mommy hanya menyuruhku membuatkan cucu bukan untuk menjadi istri yang baik. Aku hanya ingin membuat diriku nyaman selama tinggal disini nantinya." Ruby tidak peduli dengan ejekan Dewa.
Dewa memasang wajah tidak sukanya saat mendengar jawaban Ruby, kemudian menuangkan susu ke dalam mangkuk yang sudah ia isi dengan sereal.
•
•
•
Sepasang suami-istri itu kini telah berada disebuah pusat perbelanjaan, jika dilihat sekilas mereka terlihat seperti pasangan suami-istri pada umumnya. Berdampingan mendorong troli yang mereka isi dengan barang-barang kebutuhan hidup mereka sehari-hari, kemudian berselisih tentang barang yang akan mereka beli seperti sekarang ini kedua sedang bersitegang hanya karena mempermasalahkan wangi pengharum ruangan.
"Aku suka wangi bunga lavender!"
"Aku lebih suka wangi lemon. Lebih segar." Dewa mengganti pengharum yang tadi Ruby ambil.
"Aku yang sehari-harinya lebih lama tinggal di rumah, jadi seharusnya aku yang memilihnya." Ruby mengemukakan pendapatnya. "Wangi lavender yang menenangkan bisa membuat otakmu lebih rileks."
"Memang apa yang salah dengan otakku?"
"Karena sepertinya sensor naluriahmu akan wanita tidak berfungsi sebagaimana mestinya," jawab Ruby dengan penuh penekanan sambil mendorong trolinya setelah ia mengganti pengharum ruangan dengan wangi yang ia suka.
"Hei! Aku normal, hanya saja kamu bukan levelku. Itu saja," ujar Dewa yang kesal karena Ruby seperti menyangsikan kejantanannya.
"Guling!" seru Ruby sambil berlari menuju tempat perlengkapan tidur.
Dewa mengikutinya, tapi kemudian langkahnya terhenti saat melihat tumpukan guling di tempat itu. Tubuhnya tiba-tiba saja merinding, dan merasakan ketakutan saat melihat tumpukan guling berwarna putih yang sedang istrinya pilih. Keringat dingin tiba-tiba saja keluar dari tubuhnya.
Dewa ketakutan, ternyata ketakutannya akan bentuk guling masih belum hilang. Padahal sudah puluhan tahun dia tidak pernah melihat benda itu.
"Dewa! Aku mau yang ini!" seru Ruby pada suami yang sedang mematung dengan wajah pucat.
"Ya?" Ruby kembali meminta persetujuan.
Tapi Dewa tidak menjawab, kilasan-kilasan bayangan puluhan tahun lalu kembali menghampirinya. Membuat rasa takut yang teramat sangat kembali datang.
🍃🍃🍃
Ruangan gelap yang hanya diterangi cahaya yang menerobos lewat celah pintu. Ruangan yang begitu gelap dan sunyi, bahkan suara detik jam dinding yang ada di ruangan itu pun bisa terdengar sangat jelas.
Dewa kecil yang saat itu sedang bermain petak umpet bersama para sepupunya memilih masuk ke dalam ruangan yang ia duga adalah sebuah gudang, karena banyak benda perkakas kebun yang ada di dalam sana, tapi ada sebuah bau busuk yang menusuk hidung kecilnya membuat Dewa kecil yang serba ingin tahu menghampiri sumber bau tersebut. Ternyata bau tersebut dari sebuah benda panjang berkain putih dengan noda tanah yang sepertinya telah lama kering.
Dewa kecil yang penuh rasa ingin tau menghampiri benda tersebut lebih dekat dan saat dia tahu ada seorang mayat yang sepertinya telah lama membusuk, dia langsung menjerit histeris.
🍃🍃🍃
Melihat suaminya yang sombong tiba-tiba terlihat pucat sambil menggenggam troli yang penuh belanjaan dengan sangat kuat, seperti sedang bertumpu agar tubuhnya tak jatuh, Ruby berlari mendekatinya.
"Kamu kenapa?" Ruby khawatir melihat wajah yang biasanya terlihat angkuh itu pucat pasi.
Tanpa Ruby sangka-sangka Dewa menarik tubuhnya dan memeluknya dengan sangat erat seolah dia sedang dilanda rasa takut yang teramat dalam.
"Jauhi benda itu! Biar aku saja jadi pengganti guling itu!"
...Masih pada nunggu lanjutannya gak sih??? ...
...Mana suaranya???? ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Lies Atikah
guling hidup kan lebih banyak ke gunaanya Rubby
2025-01-24
0
Astri Puspitasari
si narsis takut guling
2024-06-26
0
istrina onet
dan Dewa pun akhirnya menjadi guling hidup untuk Ruby seumur hidupnya
2024-06-12
0