Permata dan Berlian

Sandra pura-pura tak tahu dengan kelakuan licik putranya. Dia terlihat antusias dengan rencana pernikahan Dewa dan Ruby. Saat ini pun Sandra telah menghubungi toko perhiasan untuk memesan cincin pernikahan Ruby dan Dewa. 

"Siang ini mommy gak bisa nemenin kalian pilih cincin. Kamu sama Ruby aja ya!" Sandra terlihat seolah sedang sibuk dengan pekerjaannya saat Dewa datang ke butiknya.

"Mana calon menantumu Nyonya?"

"Dasar anak kurang ajar!" Sandra memukul tubuh putranya. "Calon istrimu sedang di rias. Tunggu aja, paling sebentar lagi beres."

"Walaupun mommy membungkus dia dengan barang-barang branded, tetap saja dia bukan tipe idealku." Ujar Dewa yang sedang mengagumi dirinya di depan cermin yang ada di ruang kerja Sandra. 

"Mommy tanya memang tipe idealmu itu seperti apa?" Seraya membenarkan dasi putranya. 

Dewa terdiam, karena selama ini dia tidak pernah memikirkan tentang tipe ideal seorang wanita yang mampu mendampingi dirinya. Dia yang selalu menjunjung tinggi kualitas dirinya selalu memandang rendah setiap wanita yang berusaha mendekatinya. Baginya dirinya yang begitu sempurna ini hanya berhak dimiliki oleh orang yang setara dengan kastanya. 

"Gak penting juga sekarang mommy tanya tipe ideal aku. Toh sebentar lagi aku akan menikah dengan calon menantu mommy itu."

"DEWA! Apa susahnya kamu panggil Ruby itu calon istri kamu?" Bentak Sandra. 

"Ya, ya, ya. Calon istri." Jawab Dewa dengan malas. 

Lihat saja aku akan membuat kamu tak bisa lepas dari Rubyku nanti.

"Masuk!" Jawab Sandra saat mendengar pintu ruang kerjanya diketuk. 

"Saya udah siap Bu!" Ruby yang masuk. 

"Kamu ini. Udah berapa kali saya bilang panggil aku Mommy, seperti yang B*jingan tengik itu lakukan!"

"Maaf! Mommy, aku belum biasa panggil ibu mommy." Ruby tertunduk menyesal. 

"Lumayan. Gaun itu bisa membungkus kemiskinanmu." Dewa memandang Ruby dari ujung kepala hingga ujung kaki. 

"Jaga bicaramu Yakuza! Dia itu calon istrimu. Perlakukan dia dengan baik mulai sekarang!"

"Baiklah Marimar! Aku akan melaksanakan semua keinginanmu!" Balas Dewa sambil menarik pergelangan tangan Ruby dan membawanya keluar dari ruangan Sandra dengan setengah berlari. 

******

Sekilas keduanya seperti layaknya pasangan calon suami-istri pada umumnya. Saat mereka tiba di toko perhiasan yang Sandra hubungi tadi. 

"Ibu Sandra sudah memberitahukan kami jika kalian sedang mencari cincin untuk pernikahan kalian." Seorang manager toko mempersilahkan calon suami-istri itu memilih cincin-cincin yang ada di ruangan khusus.

"Silahkan dipilih. Ini desain cincin dengan model terbaru yang toko kami miliki."

Ini kali pertama bagi Ruby melihat perhiasan dengan bertahtakan batu berlian. Wajah takjubnya tidak bisa ia sembunyikan saat para pegawai toko menyuguhkan puluhan cincin dengan model terbaru kepada sepasangnya. 

"Kontrol wajahmu. Liurmu bahkan hampir menetes saat memandang mereka." Bisik Dewa. 

Para petugas toko yang melihat dibuat iri dengan kemesraan yang Dewa tunjukkan saat Dewa kemudian menyelipkan rambut Ruby yang terurai setelah membisikkan kata-katanya pada Ruby. 

"Maaf silahkan kalian memilih model mana yang cocok untuk kalian pakai. Kami menunggu di depan."

Para pegawai toko itu pun meninggalkan sepasang calon pengantin itu. 

"Apa ini kali pertama buat kamu melihat langsung berbagai perhiasan berlian?" Sindir Dewa melihat wajah takjub Ruby saat menatap kumpulan cincin bertahtakan berlian yang sangat cantik. 

Ruby mengangguk cepat tanpa mengalihkan pandangan matanya dari para cincin-cincin yang cantik itu. "Mereka sangat indah."

"Ayo cepat, pilih yang mana?"

"Om, eh Bapak— maaf!" Ruby menunduk dengan raut wajah menyesal. 

"Lihat aku!" Dewa mencekal lengan Ruby dan memaksa Ruby untuk menatap wajahnya. "Panggil aku Dewa!" 

"Baik!" Ruby tertunduk malu saat ia harus bertatapan langsung dengan Dewa. 

"Cepat! Kamu mau yang mana?"

Ruby semakin bingung mendengar desakan Dewa. Karena dia seperti ingin memiliki semua cincin yang ada di hadapannya. 

"Bisa tunggu sebentar! Aku bingung harus pilih yang mana?" Ruby semakin gugup. "Bisa bantu aku untuk memilih?"

"Bagaimana dengan ini?" Dewa menarik telapak tangan Ruby dan memasangkan cincin yang ia pilihkan. 

Ruby mengangguk setuju. "Ini sangat cantik."

"Karena kualitas tinggi yang aku miliki membuatku dengan mudah menemukan barang-barang terbaik diantara yang terbaik."

Ruby kembali mengangguk, kali ini dia benar-benar menyetujui kata-kata yang keluar dari mulut pria angkuh tersebut. 

Selesai memilih cincin kawin mereka Ruby kembali disuguhi puluhan set perhiasan di hadapannya. 

"Apa lagi ini?" Tanya Ruby bingung. 

"Mana perhiasan yang mau kamu jadikan sebagai Mas kawinmu?" Tanya Dewa datar. Dia sudah mulai bosan berada disana. 

"Apa? Mas kawin?" Ruby tidak mempercayai pendengarannya. 

"Hemmm!" Jawab Dewa dengan malasnya. 

"Bapak, eh maksud aku. Kamu yakin akan memberikan ini kepadaku sebagai mas kawin?"

"Apa aku terlihat miskin untuk memberikanmu itu?" Balas Dewa yang merasa tersindir atas ucapan Ruby. 

"Bu, bukan begitu. Tapi ini terlalu mewah untukku." Ruby sadar diri. 

"Aku akan malu sama seluruh tamu yang menyaksikan pernikahan kita jika aku gak memberikanmu barang-barang mewah. Itu sama saja aku merendahkan kualitasku."

Ruby langsung tersadar, semua yang Dewa berikan kepadanya semata-mata hanya untuk menjaga nama baik dirinya di depan umum. 

"Menurut Om, eh maaf."

"Om lagi, bapak lagi. Kesel-kesel gue adopsi lu jadi anak deh." Celetuk Dewa. 

"Maaf!" Ruby benar-benar menyesal. 

"Panggil aku Dewa!"

"Iya, Dewa!" Ucap Ruby dengan suara sangat kecil. 

"Apa?" Dewa mendekatkan telinganya ke arah Ruby karena tak dapat mendengar apa yang Ruby ucapkan. 

"Iya Dewa." Jawab Ruby tegas Sambil menatap wajahnya. 

"Nah bagus. Anak pintar!" Ejek Dewa. "Ayo cepat pilih kamu mau yang mana?"

"Aku bingung. Semuanya bagus."

"Bagaimana dengan ini?" Dewa memilih salah satu set perhiasan dengan bertabur berlian. "Suka?"

Lagi-lagi Ruby menganggukan kepalanya dengan wajah berseri-seri. 

"Kontrol raut wajahmu. Kalo terus seperti itu kamu seperti rakyat jelata pada umumnya."

"Cih!" Ruby mendecih tak suka. 

"Dewa—" Ucap Ruby sedikit ragu. 

"Hemmm!" Jawab Dewa dengan malas. 

"Apa aku boleh melihat perhiasan bertahtakan permata Ruby?" Ruby benar-benar takut saat mengatakan itu. "Jika tak boleh pun tak apa-apa. Anggap saja kamu tidak pernah mendengarnya." Potong Ruby saat melihat Dewa menaikan sebelah alisnya saat mendengar permintaannya. 

"Disini toko berlian bukan permata." Jawab Dewa, tapi dengan nada biasa saja, tak sedikit pun terdengar kesal. 

"Emang apa bedanya permata dan berlian?" Ruby bingung. 

Dewa menghela nafas panjang sebelum menjelaskannya pada gadis yang duduk di sampingnya dengan raut wajah penuh tanya. 

"Kamu benar-benar rakyat jelata. Bahkan kamu tidak bisa membedakan jenis batu permata dan berlian."

"Ya sudah biar aku cari tau sendiri." Ruby terlihat kesal. 

"Mencari tau sendiri tanpa melihat perbedaannya langsung sama saja. Karena aku adalah manusia sempurna yang sangat rendah hati. Aku akan menjelaskan sedikit kepadamu. Berlian merupakan salah satu jenis permata, ada beberapa syarat bebatuan dikategorikan sebagai batu permata salah satu syaratnya harus memiliki ketahanan, keindahan dan kelangkaan. Salah satu permata yang masuk kategori batu mulia adalah safir, zamrud, rubi, dan berlian. 

Sedangkan berlian adalah intan yang telah diproses melalui polesan dan pemotongan yang sesuai dengan 4C yaitu cut, color, carat, and clarity. Berlian sangat berharga karena kemampuannya memantulkan cahaya dengan cara yang sangat mempesona. Dari semua permata berlian memiliki indeks bias tertinggi. Seperti itulah penjelasan singkatnya." Ujar Dewa panjang lebar. 

Ruby semakin terperangah mendengar penjelasan Dewa, bukannya mengerti tapi dia semakin pusing dengan perbedaan antara dua batu mulia tersebut. 

"Aku semakin pusing dengan penjelasanmu." Ruby jujur. 

"Selain dari golongan rakyat jelata, ternyata kamu juga masuk golongan dengan kapasitas otak kecil." Dewa mendorong kening perempuan yang akan menjadi calon istrinya itu. 

Akhir Dewa meminta petugas toko untuk membawakan beberapa sampel contoh perhiasan bertahtakan batu rubi. 

"Sekarang kamu bisa membedakannya?"

"Apa perbedaannya dari warnanya? Kalo aku gak salah tangkap, berlian tidak memiliki warna, dia bening tapi bisa memantulkan cahaya yang indah. Tapi permata batu dengan warna yang cantik seperti ini." Ruby sedang terpesona melihat cincin bertahtakan permata rubi dengan dikelilingi berlian. 

"Kamu suka itu?"

"Sangat cantik, siapa yang tidak suka. Pantas saja mamaku sangat menyukai rubi hingga mereka memberiku nama Ruby." Ucap Ruby pada dirinya sendiri. 

"Bungkus itu juga." Titah Dewa pada petugas toko. 

Ruby langsung mengalihkan pandangan wajahnya ke arah Dewa, dia tidak percaya jika Dewa membelikannya sebuah cincin yang sangat cantik itu. 

"Tidak perlu berterima kasih. Karena itu tidak seberapa untukku. Mengingat kamu akan menjadi istriku. Aku cuma tidak ingin kamu mempermalukan diriku dengan tidak memakai perhiasan mewah di tubuhmu."

Ternyata dia memberikan itu hanya untuk keuntungan dirinya juga. Pikir Ruby sedikit kecewa. 

Terpopuler

Comments

Astri Puspitasari

Astri Puspitasari

sabar Ruby, taklukkan si narsis yang menyebalkan itu.

2024-06-23

0

istrina onet

istrina onet

tingkatan narsis mu seperti nama mu Dewa

2024-06-08

0

putri

putri

dasar s narsis 🤣🤣🤣🤣🤣

2024-02-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bibit kualitas premium
2 80 juta????
3 Bayar aku dengan cucu!
4 Panggil aku Dewa!
5 Sumpit
6 Negosiasi
7 Perjanjian pra nikah
8 Belajar menjadi istri yang baik
9 Permata dan Berlian
10 Lamaran
11 Persiapan pernikahan
12 Malam Pengantin
13 Guling
14 Memulai Genderang Perang
15 Aku ingin 'itu'
16 Membersihkan Kandang B*bi
17 Cerita dibalik guling
18 Tidurlah yang nyenyak!
19 Kamu Istriku
20 Ponsel Baru
21 Aku bukanlah seorang gay
22 Aku pulang
23 Dewa tanpa Ruby
24 Please Forgive Me!
25 Gajah
26 Aku akan membuatmu terlelap
27 Doktrin sang Oma
28 Pernikahan Melda
29 Suara aneh dari kamar sebelah
30 Adik ipar???
31 Rencana ke Filipina
32 Irfan
33 Memulai misi
34 Meruntuhkan pertahanan lawan
35 Hati-hati di sana...
36 Jerit tengah malam
37 Perangkap Dewa
38 Karya Seni Dewa
39 Gara-gara Irfan
40 Ngedate ala Rakyat Jelata
41 Salah Paham
42 "Kamu jangan sakit ya! "
43 Berpisah lagi?
44 Rindu
45 Obrolan absurd
46 Terbang
47 Jalani Tes Kesuburan
48 Kencan Ala Sultan
49 Jack and Rose
50 Rencana Bulan Madu
51 Honeymoon part.1
52 Badai Salju
53 Valentine's day in Tokyo
54 Keisengan Ruby
55 Bualan Dewa
56 Pelajaran Singkat dari Ibu Mertua
57 Kemarahan Dewa
58 Aku pulang ya!
59 Salah kirim
60 I Love You, more!
61 Pasar Malam
62 Ide menakjubkan
63 Alasan Dewa
64 Di luar Ekspektasi
65 Tahun kedua
66 Sepenggal kisah di Venesia
67 insiden
68 Syok Anafilaktik
69 Menikmati hidup berdua
70 Bulan Madu Part. 2
71 Miracle
72 Calon Presiden
73 TAMAT
74 Sepatah kata dari Otor Soleha
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bibit kualitas premium
2
80 juta????
3
Bayar aku dengan cucu!
4
Panggil aku Dewa!
5
Sumpit
6
Negosiasi
7
Perjanjian pra nikah
8
Belajar menjadi istri yang baik
9
Permata dan Berlian
10
Lamaran
11
Persiapan pernikahan
12
Malam Pengantin
13
Guling
14
Memulai Genderang Perang
15
Aku ingin 'itu'
16
Membersihkan Kandang B*bi
17
Cerita dibalik guling
18
Tidurlah yang nyenyak!
19
Kamu Istriku
20
Ponsel Baru
21
Aku bukanlah seorang gay
22
Aku pulang
23
Dewa tanpa Ruby
24
Please Forgive Me!
25
Gajah
26
Aku akan membuatmu terlelap
27
Doktrin sang Oma
28
Pernikahan Melda
29
Suara aneh dari kamar sebelah
30
Adik ipar???
31
Rencana ke Filipina
32
Irfan
33
Memulai misi
34
Meruntuhkan pertahanan lawan
35
Hati-hati di sana...
36
Jerit tengah malam
37
Perangkap Dewa
38
Karya Seni Dewa
39
Gara-gara Irfan
40
Ngedate ala Rakyat Jelata
41
Salah Paham
42
"Kamu jangan sakit ya! "
43
Berpisah lagi?
44
Rindu
45
Obrolan absurd
46
Terbang
47
Jalani Tes Kesuburan
48
Kencan Ala Sultan
49
Jack and Rose
50
Rencana Bulan Madu
51
Honeymoon part.1
52
Badai Salju
53
Valentine's day in Tokyo
54
Keisengan Ruby
55
Bualan Dewa
56
Pelajaran Singkat dari Ibu Mertua
57
Kemarahan Dewa
58
Aku pulang ya!
59
Salah kirim
60
I Love You, more!
61
Pasar Malam
62
Ide menakjubkan
63
Alasan Dewa
64
Di luar Ekspektasi
65
Tahun kedua
66
Sepenggal kisah di Venesia
67
insiden
68
Syok Anafilaktik
69
Menikmati hidup berdua
70
Bulan Madu Part. 2
71
Miracle
72
Calon Presiden
73
TAMAT
74
Sepatah kata dari Otor Soleha

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!