Akhirnya Dewa kembali fokus pada pembahasannya. Dia sudah tidak peduli dengan gaya makan Ruby yang ajaib. Masa bodoh lah, toh mereka kesini pun hanya untuk membahas bagaimana cara melepaskan tali perjodohan yang mommynya buat untuk mereka.
"Jadi nanti kamu harus bilang sama Mommy kalo kamu juga sebenernya gak setuju dengan perjodohan ini, oke! Kasih alesan apa kek gitu, bilang sama mommy kalo kamu ternyata udah dijodohin di kampung sama buyut kamu sedari bayi, sehingga kamu gak bisa melanjutkan perjodohan ini. Pokoknya buat alasan penolakan dari pihak kamu bukan pihak aku. Oke!"
"Liciknya si bule sipit. Dasar antek Yakuza," cicit Sandra yang sedang mencuri dengar.
"Mommy ngatain papi?" Sang suami yang memang keturunan Jepang tersinggung.
Ruby mengangguk ragu. "Dosa gak sih Om kalo aku boong gitu ke Ibu? Secara Ibu itu udah baik banget sama aku. Dia dengan suka rela mau nolongin pinjemin uang buat biaya operasi adik aku. Masa aku tega boongin Mommynya Om? Sebenernya aku ikhlas-ikhlas aja sih Om ngelakuin ini. Itung-itung cara balas budi aku ke ibu."
"Kamu mah ikhlas lah, dapetin pria limited edition yang memiliki benih kualitas premium, siapa yang tidak mau? Semua perempuan juga mendambakan benih saya. Tapi saya? Rugi banget saya kalo harus menabur benih di Ladang gersang. Itu sama aja menjatuhkan martabat benih unggulan saya!" Si Narsis kembali khotbah.
"Narsisnya si Bule biad*b! Pengen aku jambak aja tuh rambutnya yang selalu klimis." Sandra kembali menggerutu mendengar penuturan putranya. Dia tidak sadar jika gen bule yang ada dari dalam diri Dewa adalah hasil yang ia turunkan.
"Sabar Mom! Inget kata dokter mom, jauhi marah, inget tekanan darah tinggi mommy!" Suaminya mengingatkan Sandra.
Ruby yang masih belum mengerti apa yang Dewa bicarakan hanya bisa diam, tanpa tau maksud dari ucapan si manusia narsis itu.
"Bapak eh Om dari kemaren ngomongin bibit, benih kualitas premium, ladang gersang. Emang bapak ini niat berkebun dimana? Karena setau aku Ibu cuma nyuruh aku hamil dan nyetak cucu doang buat dia, ga nyuruh aku bercocok tanam seperti yang Om bilang," ujar Ruby dengan polosnya.
Dewa langsung memijat pelipisnya, lagi pusing kembali menyerangnya saat bersama Ruby. Dewa bingung harus menjelaskan darimana jika semua yang Dewa maksud adalah cara bercocok tanam benih di ladang Ruby. Ini rumit dan semakin rumit. Dewa gusar.
"Waktu saya begitu berharga hanya untuk menjelaskan hal yang tidak penting itu."
...🍃EMPAT TAHUN LALU🍃...
Seorang gadis berkemeja putih dengan bawahan rok hitam berjalan menghampiri sebuah butik yang sedang membuka lowongan pekerjaan. Berkali-kali gadis itu mengatur nafasnya dan belajar tersenyum di depan kaca butik sebelum memasuki butik ternama tersebut. Membuat semua orang yang ada di dalam butik menahan senyum mereka.
Sandra bahkan tak bisa menahan tawanya melihat ekspresi yang diperlihatkan gadis berkuncir kuda itu, saat ia ikut memperhatikannya dari dalam butik.
Akhirnya gadis itu pun masuk. Gadis dengan wajah cantik dengan kulit seputih susu dan rambut sedikit bergelombang itu memperkenalkan dirinya.
"Nama saya Ruby."
"Wah nama yang indah. Kalo boleh tau siapa yang memberi nama itu?" tanya Sandra basa-basi.
"Ayah. Kata Ayah waktu hamil aku, Mama sangat suka sama batu permata berwarna merah yang ternyata itu adalah rubi. Karena keluarga kami adalah dari kalangan bawah tak mungkin bagi Ayah memberikan hadiah batu permata tersebut. Jadi ketika lahir Ayah memberikanku nama Ruby."
Sandra yang tadinya hanya asal bicara jadi tersentuh mendengar penuturan Ruby yang sepertinya sangat bangga memiliki nama tersebut.
Dan sesi interview pun berjalan sebagaimana mestinya. Hari itu juga poster lowongan kerja yang terpasang di kaca butik dilepas setelah Ruby berhasil diterima kerja. Banyak yang terkejut atas perekrutan Ruby sebagai karyawan, karena salah satu syarat penting yang harus karyawan miliki adalah lancar dan fasih berbahasa Inggris, sebab memang rata-rata pelanggan butik tersebut didominasi warga negara asing. Sedangkan Ruby, hanya sedikit pelafalan bahasa Inggris yang bisa dia ucapkan.
Entahlah Sandra pun tak tahu alasannya mengapa dia begitu menyukai gadis berbibir merah alami. Sandra seperti terhipnotis dengan senyum manis gadis muda yang baru mendapatkan ijazah SMA-nya itu.
Ruby yang sadar diri akan kekurangannya menjadi bekerja lebih giat dari para karyawan lainnya. Dia belajar bahasa Inggris secara otodidak kepada para karyawan toko. Bahkan saat dirinya dijadikan kacung oleh para karyawan senior pun dia terlihat tidak keberatan. Diantara semua karyawan toko, Ruby lah satu-satunya karyawan yang paling perhatian kepada Sandra, ia selalu menyediakan minum di meja Sandra, awalnya Sandra tak menyadarinya, tapi ketika beberapa hari Ruby tidak masuk kerja karena sakit, tidak ada air minum yang tersedia untuknya di meja. Hingga akhirnya Sandra mencari tahu sendiri siapa karyawan yang selalu menyediakan minum dan merapikan meja kerjanya, dan itu semua adalah Ruby.
Hal sederhana dari Ruby membuat Sandra terus jatuh cinta kepadanya.
Telah lama Sandra ingin menjodohkan Ruby dengan Dewa, tapi ia tak punya alasan kuat untuknya meminta Ruby untuk mendampingi putranya yang memiliki tingkat kenarsisan seperti namanya Dewa.
Awalnya Sandra tak tega jika gadis itu harus menderita mendengar ucapan anaknya yang sering menghina orang di sekitarnya. Tapi setelah kejadian meninggalnya adik Ruby yang adalah saudara satu-satunya baginya, setelah meninggalnya kedua orang tuanya tahun lalu karena kecelakaan, Sandra menguatkan tekadnya kembali untuk bisa menjadikan di ceria Ruby menjadi pendamping putranya. Dia ingin Ruby menjadi keluarganya dalam posisinya sebagai menantu.
Walaupun hal itu akan sulit bagi keduanya terutama untuk Ruby, tapi Sandra akan membantu Ruby sebisanya agar mereka bersatu.
...💞💞💞...
Ketukan pintu membuyarkan lamunan Sandra yang sedang berselancar ke kejadian empat tahun silam.
"Masuk!" serunya.
Seperti biasa senyum selalu menghiasi wajah Ruby saat menemui Sandra dan itu membuat Sandra selalu jatuh cinta pada Ruby.
"Gimana? Ada kemajuan? Kapan kalian siap? Tahun depan? Bulan depan? Atau minggu depan?" Sandra pura-pura tak tahu tentang pembicaraan Ruby dan Dewa semalam.
Ruby terlihat menggigit bibir bawahnya, dia bingung harus menjelaskan apa kepada Sandra. Tapi setelah berkali-kali latihan di depan cermin di toilet, Ruby pun memulai aktingnya.
"Bu, sebenernya bukan aku gak mau jadi jadi menantu ibu, tapi semalem saya dapet kabar dari kampung kalo saya sudah dijodohkan dengan anak juragan pemilik kebun kopi disana." Jantung Ruby berpacu kencang. Ini kebohongan pertamanya kepada Sandra, sehingga dia tak berani menatap wajah Sandra.
"Ajak saya ke rumah calon mertua kamu. Biar nanti saya yang negosiasi dengannya. Saya yakin hanya dengan menggelontorkan beberapa rupiah, mereka bisa melepaskanmu," jawab Sandra cuek. Karena sebenarnya dia pun sudah mempersiapkan jawabannya untuk Ruby.
"Tapi Bu—"
"tak ada tapi-tapi!"
"Bu, itu amanah dari Buyut saya yang udah meninggal. Jadi—"
"Bagus dong kalau begitu. Buyut kamu kan udah meninggal, jadi udah tidak ada lagi penghalang buat kamu melanjutkan perjodohan itu. Masa kamu rela nukar sebongkah berlian dengan batu bata?"
"Tapi bu, saya—"
"Tak ada alasan lagi! Minggu besok kita kita ke kampung halaman kamu. Biar saya yang negosiasi." Sandra masih terlihat acuh, tanpa mau melihat wajah pucat Ruby.
"Tapi bu, pak Dewanya yang sebenernya gak mau sama saya!" Tak ada pilihan lain, Ruby akhirnya menceritakan kejadian yang terjadi semalam.
Sandra pun berakting seolah-olah ia terkejut dengan apa yang Ruby ceritakan kepadanya.
"Masalah Dewa biar saya yang urus. Kamu cuma tinggal siapkan lahir dan batin kamu!"
...Jangan lupa tinggalkan jejakmu Readers!!!!...
...Like komen n vote!!!...
...Papaaaaaayyy!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Khanza Safira
ngakak /Facepalm//Facepalm/
2024-11-12
0
Astri Puspitasari
kalau punya mertua baik seperti itu digas.😅
2024-06-23
0
istrina onet
ngga tau aja Ruby, calon mertuanya banyak akal 😁
2024-06-08
0