Setelah memohon, memaksa dan mengiba untuk berbicara empat mata dengan Dewa. Akhirnya dengan berat hati Dewa menyanggupinya, dan malam ini Dewa mengajak Ruby untuk membahas masalah rumit yang ada diantara mereka seperti yang Ruby inginkan.
"Saya sudah ada di depan minimarket yang kamu sebut tadi." Sebuah pesan masuk ke handphone Ruby.
"Saya kesitu sekarang." Balas Ruby.
Pintu mobil dibuka. Tapi bukan pintu depan melainkan pintu belakang mobil. Dan hal itu lagi-lagi membuat Dewa kesal.
"Memang saya supir kamu!" Bentak Dewa. "Pindah ke depan!"
"Hiiiiisst dasar tua bangka." Cicit Ruby.
"Apa kamu bilang tadi?" Tanya Dewa saat mendengar gerutuan Ruby yang tak jelas.
"Nggak. Aku gak ngomong apa-apa." Ruby mengelak.
"Tadi saya dengar kamu bilang bangka." Dewa memicingkan matanya ke arah perempuan yang kini duduk di sampingnya.
"Oh itu, aku lagi pengen martabak bangka. Karena mahal aku jadi jarang beli itu Om, eh Pak, eh Kang. Eh maaf." Ruby tertunduk malu, dia masih canggung harus memanggil nama Dewa tanpa embel-embel di depan namanya.
"Hiiiiisst." Dewa mulai kesal dengan tingkah Ruby. "Kamu beneran dari kasta rakyat jelata ya?"
"Heh? Maksudnya apa ya?" Ruby masih tak paham dengan apa yang Dewa ucapkan.
"Ya, emang kamu miskin banget gitu, sampe beli martabak yang murah aja kamu jarang beli?" Dewa masih berbicara dengan nada tinggi.
"Ya kan kalo martabak bangka mah mahal om. 35 ribu per porsinya, sedangkan yang biasa kan 25 ribu. Beda sepuluh ribu. Lumayan kan! Ya walaupun yang biasa juga saya jarang beli sih. Hehehe." Ruby memamerkan barisan gigi putihnya.
Gara-gara kata 'tua bangka' yang Ruby ucapkan, keduanya malah jadi membahas harga martabak bangka.
Setelah cukup lama berkendara mobil Dewa berhenti di sebuah restoran Jepang yang baru pertama kali Ruby datangi. Ruby terlihat minder dengan gaya pakaian yang ia kenakan malam itu. Celana jeans panjang dengan hanya dipadukan atasan sweater berwarna putih. Walaupun saat itu Dewa juga hanya mengenakan pakaian casualnya tapi gayanya nampak berbeda. Semua yang ia kenakan dengan brand ternama yang harganya bisa membuat Ruby membelalakan matanya.
"Gak apa-apa saya masuk restoran ini Pak?" Ruby kembali bertanya dengan polosnya.
"Memang ada larangan rakyat jelata tak boleh masuk restoran mewah?" Jawab Dewa masih dengan kesombongan tingkat dewanya.
"Hisst. Si Narsis." Gumam Ruby.
"Indra pendengaran saya masih bisa berfungsi dengan sangat baik. Jadi mulai sekarang jaga ucapanmu!" Dewa menjawab gerutuan Ruby.
Seorang pelayan langsung membawa Dewa dan Ruby ke tempat yang telah Natan reservasi untuk mereka.
Sebuah privat room Dewa pesan agar mereka bebas membahas masalah apapun tanpa didengar orang. Dia tidak tahu saja jika perempuan yang ia sebut Mak Lampir Meksiko juga memesan tempat di samping room mereka, agar dia juga bisa mencuri dengar percakapan putranya dengan calon menantu pilihannya.
Setelah makanan datang dan para pelayanan pergi. Dewa mulai membahas masalah diantara mereka.
"Mau kamu apa sekarang?" Tanya Dewa sambil memperbaiki cara Ruby memegang sumpitnya. "Gini nih caranya yang benar. Perhatikan! Hist, dasar kampungan." Dewa terlihat kesal melihat kecanggungan Ruby memakai alat makannya.
"Maaf, saya gak biasa pake ini buat makan Pak. Saya kalo makan mie ayam aja minta pake garpu dibanding pake sumpit." Ruby terlihat seperti seorang yang bersalah saat mengucapkannya.
"Terus kenapa kamu minta maaf ke saya? Emang salah kamu apa lagi?"
"Abis bapak kayak kesel gitu liat saya gak bisa pake sumpit. Padahal kalo pun saya makan dicomot doang, gak ada yang liat ini. Toh cuma kita berdua doang yang makan. Yang penting sebelum makan aku udah baca bismillah dulu supaya gak diganggu setan. Eh malah diganggu bapak." Ruby benar-benar kesal, dia sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak tumpah.
"Bukan itu maksud saya. Saya gak habis pikir aja ada orang udah setua ini gak bisa pake sumpit." Dewa beralasan.
"Ya wajarlah pak, dari kecil aja saya lebih sering makan pake tangan daripada pake sendok. Saya kan bukan sodaranya Miyabi Pak." Keluh Ruby.
Dewa langsung tersedak makanan saat mendengar Ruby menyebutkan nama artis film dewasa tersebut.
Ruby yang panik langsung memberikan air kepada Dewa. "Pelan-pelan pak. Makanya sebelum makan itu baca doa dulu!"
"Kamu tau Miyabi darimana?" Tanya Dewa saat ia berhasil menghentikan batuknya.
"Dari ibu. Ibu sering ngebandingin dirinya sama artis Jepang itu kalo lagi sama bapak. Katanya mau bagaimana pun dia lebih menang gaya dari segi apapun dibanding Miyabi."
Dewa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tak habis pikir jika mommynya membahas urusan ranjangnya di depan karyawannya sendiri. "Dasar Mak Lampir Meksiko." Cicit Dewa.
"Kamu tau Miyabi itu artis apa?"
Ruby menggeleng sambil menyomot tempura dengan tangannya.
"Dia itu artis film dewasa. Kamu tau!"
"Ya iyalah Om. Orang keliatannya aja muka dia lebih dewasa dari aku." Jawab Ruby sambil mengunyah makanannya. "Emang Om pernah nonton film-film Miyabi?"
"Udah gak usah dibahas capek saya kalo harus ngejelasinnya ke kamu." Dewa memotong pembicaraan mereka tentang Miyabi.
"Sekarang saya tanya mau kamu apa? Karena sampai kapanpun saya gak akan mau menikah sama kamu." Dewa mulai membicarakan inti permasalahan mereka.
"Hisssstt. Gini nih caranya. Pegang sumpit kayak kamu lagi pegang pulpen. Selipin sumpit di jari telunjuk dan jari tengah, tahan bagian bawah sumpit sama jempol dan jari manis kamu, itu juga kalo ada diantara jari kamu yang manis." Lagi-lagi fokus Dewa jadi teralihkan hanya gara-gara sumpit.
"Susah pak." Rengek Ruby. "Udah lah gini aja. Gini lebih gampang. Ga ada yang liat ini." Ruby menusuk sushi dengan satu sumpit dan begitu seterusnya.
Makanan mewah ini harus berakhir seperti cilok gara-gara dia. Dewa memandang Ruby dengan kesal.
Ajak teman, pacar, istri, suami, saudara, tetangga kamu untuk baca cerita aku ya!!! 🤗🤗🤗
Jangan lupa ritualnya ya gengs.
lIke, komen and vote!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
May Keisya
cocoklah Ruby ma dewa biar dewa darting trs🤣🤣🤣
2025-02-04
0
May Keisya
😂😂
2025-02-04
0
Astri Puspitasari
😅😅😅
2024-06-13
0