Memulai Genderang Perang

Dewa benar-benar menyesali atas ucapannya yang mengizinkan Ruby untuk memeluknya sebagai pengganti guling. Semalaman Dewa benar-benar tidak bisa memejamkan matanya sama sekali, bukan karena penyakit insomnia yang ia derita selama ini tapi karena senjatanya lagi-lagi menghianati Dewa, dia terus saja tegak dan tak bisa diajak kompromi. 

Berkali-kali Dewa berusaha melepaskan pelukan Ruby, tapi hasilnya malah Ruby semakin mempererat pelukannya, dan berkali-kali pula kaki Ruby menyenggol sesuatu yang menegang itu, hingga semakin kuat saja ketegangan di pangkal paha Dewa. Rasa panas terus saja menyeruak hingga membuat Dewa sulit memejamkan matanya. 

"Sepertinya aku harus memberimu nama yang lebih bagus lagi, agar seleramu akan wanita juga memiliki standar yang tinggi." Dewa terus saja merutuki senjatanya sepanjang malam. 

Ruby bangun saat Dewa baru saja terlelap. Dilihatnya lekat-lekat wajah damai suaminya yang masih terlihat tampan walaupun sedang tertidur. 

"Kamu memang titisan Dewa." Cicit Ruby yang seperti tak bosan memperhatikan lekuk wajah pria yang sudah menjadikannya seorang istri. 

Ini sudah lewat waktu sarapan dan Dewa belum juga bangun dari tidurnya. Rasa lapar telah menerjang perut Ruby yang memang kurang makan saat pesta kemarin. Tapi untuk membangunkan Dewa yang sedang damai dalam mimpinya Ruby tak tega. 

"Kamu sudah bangun?" Suara serak Dewa membuat Ruby yang sedang menonton televisi terhenyak. 

"Iya." Jawab Ruby sambil menggigit bibirnya. "Mmm. Dewa!" Ruby terdengar ragu. 

"Apa?" Tanya Dewa sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Bagaimana tak kaku, semalaman dia tidur dengan posisi terlentang karena ulah Ruby yang menggunakan tubuhnya sebagai guling. 

"Aku lapar." Jawab Ruby malu. 

"Kenapa tidak memesan makanan?" Dewa lupa jika ini adalah kali pertama Ruby tidur di hotel. 

"Bagaimana caranya? Aku gak tau caranya. Mau turun pun gak bawa uang." Ruby mengeluh dengan wajah cemberut. 

"Hisst, aku lupa jika istriku itu kampungan." 

Dewa meraih telepon di atas nakas samping tempat tidur untuk memesan makanan. 

"Sini aku ajari cara menjadi orang kaya saat mereka tinggal di hotel!" Dewa menepuk kasurnya agar Ruby menghampirinya. 

"Cih. Dasar sombong!" Tapi tak urung dia menghampiri suaminya. 

Dewa benar-benar mengajarkan Ruby untuk mendapatkan layanan kamar di hotel. Cara memesan makanan, cara meminta bantuan, dan banyak lagi. 

"Apa semua hotel memiliki fasilitas sekeren ini?" Ruby terkagum. 

"Karena aku hanya biasa memesan suite room di hotel, jadi ya sejauh ini fasilitas yang aku dapat ya seperti itu."

Ruby manggut-manggut. 

"Apa kamu bangga bisa mempersuami aku?" Dewa menaik-naikkan kedua alisnya dengan cepat. 

Ruby hanya terdiam, sejauh ini dia sadar mereka menikah bukan karena cinta, tapi karena rasa terima kasihnya kepada Sandra. Dan Sandra menginginkan cucu darinya. Tiba-tiba Ruby merasa bersalah pada Sandra, dia seperti telah menghianati mertuanya. 

"Ada apa?" Dewa menatap bingung wajah istrinya yang tak menjawab pertanyaannya. 

"Apa kita tidak bisa melakukan itu sekali saja?" Tanya Ruby ragu-ragu. 

Dewa langsung menarik selimutnya sampai ke dada dengan tatapan waspada seolah takut jika perempuan yang sudah sah menjadi istrinya kemarin akan menerkamnya.

"Kenapa kamu begitu murahan sekali menjadi perempuan?" Sindir Dewa.

Ruby terdiam, bukan maunya dia seperti itu. Tapi Ruby hanya berusaha mewujudkan keinginan ibu mertuanya. 

"Apa aku tidak bisa menjadi perempuan yang bisa memenuhi kriteria wanita idamanmu? Aku bisa ikut dalam berbagai les untuk bisa sejajar denganmu." Ruby benar-benar mengiba, dia sudah tidak memperdulikan harga dirinya. 

Karena seperti kata Sandra, kini dia adalah istri yang berhak atas apa yang ada di tubuh Dewa. 

Dewa terdiam, dia benar-benar tak percaya jika ada perempuan yang sangat rendahan mengiba hanya untuk menginginkan itu. 

"Baca ulang perjanjian pranikah kita. Sepertinya setelah aku meminjamkan tubuhku yang begitu mengagumkan kamu malah menginginkan yang lebih. Jangan mimpi, karena bibit kualitas premium yang aku miliki tak akan ku semai di sembarang tempat, apalagi di ladang gersang milikmu." Dewa benar-benar menjatuhkan harga diri Ruby. 

"Jadi maksud kamu tentang ladang gersang itu adalah rahimku?" Ruby baru menyadari pribahasa kontroversi yang Dewa berikan. 

"Apalagi?" Jawab Dewa sambil berjalan menuju kamar mandi. 

Ruby murka dia tidak mengira jika dirinya direndahkan serendah-rendahnya oleh Dewa selama ini. 

"Jangan terlalu sombong kau tuan muda! Buktikan dulu olehmu jika bibit kualitas premium yang kamu bangga-banggakan itu bisa tumbuh di ladangku!" Entah terdengar atau tidak oleh Dewa karena dia seperti tak perduli dengan ocehan Ruby. 

Ternyata pesta belum juga usai, sesampainya Ruby dan Dewa ke rumah orang tuanya. Mereka disambut oleh para keluarga Dewa yang sepertinya sengaja menunggu kedatangan sepasang pengantin baru itu yang sebagian besar ingin menggoda pasangan baru itu. 

Celotehan-celotehan mesum terus keluar dari mulut para kerabat Dewa yang membuat Ruby sedikit risih dengan obrolan mesum mereka. 

Ternyata banyak orang yang lebih mesum dari mommy. Pikir Ruby. 

"Selamat Pak, akhirnya setelah 35 tahun tersembunyi, dia bisa bebas juga." Kali ini Nathan yang menggoda atasannya. Walaupun ia tahu tak terjadi apapun semalam, tapi tetap saja mulutnya selalu ingin menggoda atasannya itu tiap ada kesempatan. Kapan lagi bisa bebas menggoda seorang Sadewa? 

Nathan bisa melihat raut ketidaksukaan Dewa pada dirinya. Dan itu semakin membuatnya semakin ingin terus menggodanya. 

"Wah sepertinya kalian kurang tidur semalaman, aku bisa melihat lingkaran hitam di mata anda Pak!"

"Aku permisi." Ruby melepaskan gandengan tangan mereka. 

"Mau kemana Honey?" Dewa sudah memulai perannya sebagai seorang suami. 

"Mommy." Jawab Ruby sambil memaksakan senyumnya ke arah Dewa. 

Ruby menghampiri Sandra yang sepertinya tengah menunggu dirinya, karena Sandra langsung membawanya ke dalam kamarnya. 

"Bagaimana? Apa kalian—"

Ruby menggeleng dengan wajah cemberut. Sandra dapat melihat kekecewaan dari raut wajah menantunya. 

"Padahal aku sangat mengharapkan Penjajah itu menjajahmu semalaman seperti nenek moyangnya dulu."

"Haaaaah?" Ruby tidak memahami arah pembicaraan mertuanya. 

"Memang tak mudah meruntuhkan pertahanan Bule sipit itu. Harga dirinya terlalu tinggi. Dan sepertinya kamu yang harus—bla,,,bla,,,bla."

Ruby seperti tidak memperdulikan ucapan Sandra, karena ucapan Dewa yang menyakiti hatinya kembali terngiang-ngiang. 

"Kenapa sayang?" Sandra bingung melihat Ruby tiba-tiba menangis. "Apa kamu gak mau melakukan semua itu?"

Ruby menggeleng, tapi tangisnya semakin kencang. 

"Dewa mengataiku Ladang gersang. Dia benar-benar tidak menganggapku seorang wanita. Dia benar-benar menjatuhkan harga diriku."

Sandra ikut marah, sudah terbayang olehnya bagaimana putranya menjatuhkan harga diri Ruby dengan kata-katanya. Ini kali pertama Sandra melihat Ruby menangis karena seorang pria dan sialnya itu adalah putranya. 

"Baiklah sayang, sebaiknya untuk saat ini kamu tak usah melakukan apa yang aku suruh tadi. Masih banyak waktu untuk kita menyusun rencana menyerang penjajah itu. Untuk sekarang ikuti saja keinginannya, oke?"

Ya sepertinya itu adalah cara yang lebih baik untuk sekarang ini bagi Ruby. 

Ruby dan Dewa memulai drama pasangan romantis hari itu, mereka terus tersenyum dan bergandeng tangan di acara pesta yang diadakan di kediaman orang tua Dewa. 

"Kalian terus saja bergandeng tangan, tapi kita belum melihat adegan yang lebih romantis dari ini." Celetuk salah seorang wanita muda yang memiliki tipe wajah seperti Sandra. 

"Apa kita harus melakukan itu disini?" Kelakar Dewa membalas godaan sepupunya itu. 

"Kita akan senang hati menontonnya." Balas yang lainnya. 

Dan tawa mereka pun pecah dengan otak yang sudah tercemar dengan membayangkan adegan mesum Dewa dan Ruby. 

Tanpa Dewa duga dan bayangkan, tiba-tiba saja Ruby mengecup pipinya di hadapan para kerabatnya membuat keriuhan pesta oleh ulah Ruby. 

Dewa langsung mengalihkan pandangannya pada wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya itu. Menatap wajah Ruby dengan penuh tanya seolah bertanya 'Apa yang sedang kamu lakukan?'. Tapi apa yang Dewa lihat, Ruby tersenyum manis saat menatap wajahnya sesaat kemudian Dewa merasakan tangan berjari lentik itu menangkup wajahnya, beberapa detik kemudian kecupan kembali mendarat, bukan lagi di pipinya tapi tepat di bibirnya. 

Dan seperti dugaan Ruby suasana pesta semakin riuh oleh sorak sorai para kerabat Dewa yang sedang menonton mereka. Sementara Dewa sedang merasakan pesta kembang api dari dalam dadanya. 

Ruby seperti sedang menantang pria yang telah menyakiti hatinya karena telah menjatuhkan harga dirinya dengan menyebutnya Ladang Gersang. 

"Persetan dengan perjanjian bodoh itu. Karena bagaimanapun kamu milikku." Ruby. 

Genderang perang Ruby sudah berbunyi, itu artinya dia sudah siap dengan berbagai strategi perang untuk melawan penjajah yang adalah suaminya sendiri.

Terpopuler

Comments

Dessy Tresia Siregar

Dessy Tresia Siregar

keren ruby

2024-02-14

1

Pejuang tangguh08

Pejuang tangguh08

/Joyful//Joyful//Joyful/keren

2024-02-06

0

Lologuegue Lologuegue

Lologuegue Lologuegue

/Joyful//Joyful/

2024-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bibit kualitas premium
2 80 juta????
3 Bayar aku dengan cucu!
4 Panggil aku Dewa!
5 Sumpit
6 Negosiasi
7 Perjanjian pra nikah
8 Belajar menjadi istri yang baik
9 Permata dan Berlian
10 Lamaran
11 Persiapan pernikahan
12 Malam Pengantin
13 Guling
14 Memulai Genderang Perang
15 Aku ingin 'itu'
16 Membersihkan Kandang B*bi
17 Cerita dibalik guling
18 Tidurlah yang nyenyak!
19 Kamu Istriku
20 Ponsel Baru
21 Aku bukanlah seorang gay
22 Aku pulang
23 Dewa tanpa Ruby
24 Please Forgive Me!
25 Gajah
26 Aku akan membuatmu terlelap
27 Doktrin sang Oma
28 Pernikahan Melda
29 Suara aneh dari kamar sebelah
30 Adik ipar???
31 Rencana ke Filipina
32 Irfan
33 Memulai misi
34 Meruntuhkan pertahanan lawan
35 Hati-hati di sana...
36 Jerit tengah malam
37 Perangkap Dewa
38 Karya Seni Dewa
39 Gara-gara Irfan
40 Ngedate ala Rakyat Jelata
41 Salah Paham
42 "Kamu jangan sakit ya! "
43 Berpisah lagi?
44 Rindu
45 Obrolan absurd
46 Terbang
47 Jalani Tes Kesuburan
48 Kencan Ala Sultan
49 Jack and Rose
50 Rencana Bulan Madu
51 Honeymoon part.1
52 Badai Salju
53 Valentine's day in Tokyo
54 Keisengan Ruby
55 Bualan Dewa
56 Pelajaran Singkat dari Ibu Mertua
57 Kemarahan Dewa
58 Aku pulang ya!
59 Salah kirim
60 I Love You, more!
61 Pasar Malam
62 Ide menakjubkan
63 Alasan Dewa
64 Di luar Ekspektasi
65 Tahun kedua
66 Sepenggal kisah di Venesia
67 insiden
68 Syok Anafilaktik
69 Menikmati hidup berdua
70 Bulan Madu Part. 2
71 Miracle
72 Calon Presiden
73 TAMAT
74 Sepatah kata dari Otor Soleha
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bibit kualitas premium
2
80 juta????
3
Bayar aku dengan cucu!
4
Panggil aku Dewa!
5
Sumpit
6
Negosiasi
7
Perjanjian pra nikah
8
Belajar menjadi istri yang baik
9
Permata dan Berlian
10
Lamaran
11
Persiapan pernikahan
12
Malam Pengantin
13
Guling
14
Memulai Genderang Perang
15
Aku ingin 'itu'
16
Membersihkan Kandang B*bi
17
Cerita dibalik guling
18
Tidurlah yang nyenyak!
19
Kamu Istriku
20
Ponsel Baru
21
Aku bukanlah seorang gay
22
Aku pulang
23
Dewa tanpa Ruby
24
Please Forgive Me!
25
Gajah
26
Aku akan membuatmu terlelap
27
Doktrin sang Oma
28
Pernikahan Melda
29
Suara aneh dari kamar sebelah
30
Adik ipar???
31
Rencana ke Filipina
32
Irfan
33
Memulai misi
34
Meruntuhkan pertahanan lawan
35
Hati-hati di sana...
36
Jerit tengah malam
37
Perangkap Dewa
38
Karya Seni Dewa
39
Gara-gara Irfan
40
Ngedate ala Rakyat Jelata
41
Salah Paham
42
"Kamu jangan sakit ya! "
43
Berpisah lagi?
44
Rindu
45
Obrolan absurd
46
Terbang
47
Jalani Tes Kesuburan
48
Kencan Ala Sultan
49
Jack and Rose
50
Rencana Bulan Madu
51
Honeymoon part.1
52
Badai Salju
53
Valentine's day in Tokyo
54
Keisengan Ruby
55
Bualan Dewa
56
Pelajaran Singkat dari Ibu Mertua
57
Kemarahan Dewa
58
Aku pulang ya!
59
Salah kirim
60
I Love You, more!
61
Pasar Malam
62
Ide menakjubkan
63
Alasan Dewa
64
Di luar Ekspektasi
65
Tahun kedua
66
Sepenggal kisah di Venesia
67
insiden
68
Syok Anafilaktik
69
Menikmati hidup berdua
70
Bulan Madu Part. 2
71
Miracle
72
Calon Presiden
73
TAMAT
74
Sepatah kata dari Otor Soleha

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!