"Ayah, kakak, kapan kalian mau pulang? ibu sudah menunggu di rumah," ucap Lara lembut.
Kehadiran wanita itu dengan seketika membuat semua orang terkagum-kagum oleh pesona yang memancar dari dalam dirinya.
Lara adalah anak ke 5 tuan Raga. Dia merupakan wanita cantik yang lumpuh itu. Auranya selalu menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya. Kini dia sudah dewasa, dan umurnya sekarang, 18 tahun.
Dia bersekolah di sekolah menengah atas, tepatnya di sekolah elite 1 yang berada di wilayah Republik ke 2. Sekarang dia sudah naik tingkat ke kelas 11, atau kelas 2.
Pada awalnya dia ingin sekali masuk ke sekolah elite yang berada di wilayah Republik ke 1, dikarenakan dia ingin bertemu dan tinggal bersama Aksara. Berhubung identitas Aksara itu bersifat rahasia, jadi tidak banyak orang yang mengetahui keberadaan Aksara sekarang ini.
Aksara menatap haru adik kesayangannya itu, sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik sekali. Rambut panjang sepunggung itu masih terlihat sama seperti dulu, warna rambut kuning terang itu pun semakin bersinar saja, ditambah dengan bando berwarna putih yang pernah ia berikan dulu kepada adiknya itu, ternyata sampai saat ini masih dia gunakan.
"Asya! sekarang kamu telah tubuh menjadi wanita cantik," ucap Aksara dalam hati menatap haru sang adik.
Lara menghampiri ayahnya dan juga kakaknya di sana sambil sesekali memperhatikan orang yang ada di samping Azka itu. Ia tidak sadar dan belum menyadari bahwa di samping Azka itu adalah Aksara.
Lara hanya memeluk lembut lengan Azka seraya membujuk mereka berdua untuk pulang ke rumahnya. Sementara Aksara hanya bisa terdiam melihat semua pemandangan indah ini.
Aksara belum pernah merasakan arti kehangatan senyaman ini, dan kini kepergiannya membuat dia lupa diri, bahwa keluarga Mata Biru sekarang telah berubah menjadi keluarga yang harmonis.
"Ayah, kapan ayah pulang, memangnya acaranya masih lama ya?", tanya Lara lembut seraya memegang bahu ayahnya itu.
"Sebentar lagi sayang," ucap tuan Raga seraya tersenyum manis kepada Lara.
Pada saat itu Lara pun memperhatikan orang yang sedang berdiri di samping kakaknya itu. Lara sepertinya merasakan adanya energi baik yang sangat ia kenal sekali.
Dengan seketika Lara berlari dan lansung memeluk erat tubuh orang itu sambil ter isak-isak.
Tikkk ....
Waktu terhenti.
Aksara memetikan jarinya untuk menghentikan waktunya di sana. Ruangan seketika menjadi hening, semua orang berhenti bergerak, hanya Aksara, Lara, Azka, dan tuan Raga saja yang mampu menggerakan tubuhnya di dalam sana.
Perlahan seisi ruangan berubah, Aksara mengubah ruang waktu yang asli ke dalam ruang dimensi ciptaannya. Hanya ada cahaya kuning terang saja di dalamnya.
Lara masih saja menangis bahagia, dia terlihat begitu senang sekali, hingga pada akhirnya dia bisa menemukan sang kakak yang sudah lama menghilang dari kehidupannya.
Perlahan-lahan tangan Aksara bergerak dengan sendirinya, ia pun memegang lembut kepala sang adik. Air matanya mulai menetes, ia tak dapat menahan tangis harunya pada saat itu, namun sebagaimana sikap dingin Aksara, dia masih mempertahankan sikap elegannya itu.
"Kenapa, kenapa kakak meninggalkan Asya seorang diri di dunia yang kakak bilang tak stabil ini? apakah kakak sudah tidak menyayangi adik kakak sendiri?", tanya Lara masih memeluk erat tubuh Askara seraya mempertahankan isak tangisnya itu.
....
Aksara masih terdiam, dia ingin mendengarkan suara lembut sang adik lebih lama lagi. Aksara merasakan beberapa hal, ternyata yang merubah Lara terlihat lebih dewasa itu adalah penampilannya, sementara hati serta sifatnya masih tetap sama seperti anak-anak.
"Kenapa kakak diam saja?", tanya Lara kembali.
"Masih cengeng seperti biasanya. Saya kira kamu sudah berubah menjadi wanita kuat seperti ibu kamu," ucap Aksara dengan nada suara dinginnya.
"Kakak jahat! Asya benci kakak!".
"Saya tidak pernah meninggalkan kamu, saya selalu ada untuk melindungi kamu."
"Kamu telah tumbuh menjadi wanita dewasa, dan kamu juga sudah menentukan serta memilih jalan kamu sendiri. Sekarang kamu sudah bisa berjalan kembali, apakah ada yang memaksa kamu?".
"Itu semua karena kakak pergi, andai saja waktu itu kakak tidak pergi meninggalkan Asya, mungkin Asya tidak akan memilih jalan ini."
Askara tersenyum, ternyata hanya karena itu Lara mengingkari janjinya. Padahal dulu Aksara ingin sekali melihat adiknya bisa berjalan seperti orang-orang, namun karena ketakutan Lara yang membuat Lara menolak untuk disembuhkan.
"Maaf," ungkap Aksara singkat.
Lara semakin ter isak-isak ketika mendengar kata ungkapan permintaan maaf dari sang kakak.
"Kamu tidak perlu mengetahui lebih lanjut alasan saya pergi meninggalkan kamu di sini, tapi ada satu hal yang harus kamu ketahui," ucap Aksara seraya melepaskan pelukan adiknya.
Aksara memegang kepala Lara untuk memperlihatkan beberapa ingatan yang tidak pernah Lara sadari selama ini. Lalu di sana Lara melihat semua kisah yang pernah terjadi di dalam kehidupannya dulu dan sekarang.
"Sekarang kamu sudah melihatnya sendirikan? siapa di balik sosok elang putih yang dulu selalu datang menghampiri kamu itu."
"Sebenarnya dia adalah elang pengingai, saya selalu merubah wujud asli saya menjadi seekor elang untuk mengintai pergerakan para musuh dalam misi intelijen."
"Surat-surat yang dulu saya bawa itu merupakan surat yang saya tulis sendiri," ucap Aksara membuat Lara semakin terharu.
Dulu, ketika Lara berusia 10 tahun Aksara sering mengubah wujudnya menjadi seekor elang putih, bahkan sampai saat ini Aksara masih melakukan hal tersebut.
Kala itu Lara masih labil, dia tidak sadar bahwa elang tersebut memiliki mata ungu di sebelah kanannya, yang jelas mata itu hanya di miliki oleh Aksara seorang saja, dan surat-surat yang pernah Lara baca, merupakan tulisan tangan dari Aksara sendiri.
Sekarang Lara paham, ternyata Aksara tidak pernah meninggalkannya sedikit pun, bahkan tanpa Lara sadari bahwa selama ini orang yang selalu memahaminya itu adalah kakaknya sendiri.
Tidak ada orang yang mampu mengetahui akan hal itu, semuanya tidak menyadari kehadiran sosok Aksara di dalam lingkungan keluarga mereka.
Ternyata di sana ada sang elang dengan mata tajamnya itu yang selalu mengawasi mereka dalam diam. Itulah kehebatan sosok Aksara sekarang, kekuatannya sudah mengungguli orang-orang yang ada di keluarga bangsawan Mata Biru.
"Lantas mata hitam itu milik siapa?", tanya Lara bingung, bukan kah mata kakaknya yang sebelah kanan itu berwarna ungu, dan sementara di sebelah kirinya terdapat mata menyerupai mata elang.
"Ini semua adalah mata palsu, saya mengubah warna mata asli sayauntuk menutupi identitas asli saya," ungkap Aksara seraya mengubah warna mata palsunya itu ke mata aslinya.
"Mata kakak yang sekarang terlihat jauh lebih indah dan bersinar."
"Semuanya karena kamu."
Lara tersenyum bahagia, lantas Lara memeluk kembali tubuh Aksara untuk melampiaskan rasa rindunya yang telah lama menghilang itu. Tuan Raga dan Azka sangat senang sekali akhirnya bisa melihat Aksara kembali.
"Apakah kakak akan tinggal di sini lagi?", tanya Lara penuh harapan.
Aksara hanya menggelengkan kepalanya.
"Maafkan saya Asya, untuk saat ini saya tidak bisa pergi bersama kamu. Negara sedang membutuhkan saya, jika ada waktu luang, saya akan menemui mu di taman yang sering kita kunjungi dulu."
"Jaga diri baik-baik, walaupun misi saya mempertaruhkan nyawa saya sendiri, akan tetapi saya akan berusaha untuk tetap hidup demi kamu," ucap Aksara dalam hati seraya mengelus lembut rambut Lara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments