Heran sendiri

" VEROYA VOGT!!!!! "

Suara teriakan dari lantai satu mansion Vogt membuat telinga siapa saja yang mendengarnya langsung berdengung.

" HITUNGAN KETIGA!! KAU TIDAK TURUN, UCAPKAN SELAMAT TINGGAL PADA PERNIKAHAN MU!! "

Suara itu kembali melengking. Siapa lagi pelakunya jika bukan nyonya besar Vogt. Hanabi, rasanya sudah jengah menghadapi sifat putrinya yang hobi sekali ngaret. Janji yang dibuat jam delapan pagi, tapi lihatlah, sekarang sudah hampir jam sepuluh dan Veroya belum juga turun dari kamarnya.

" Ma... Pelan kan itu suaranya.. Ini bukan di hutan, ma. " Tegur Earnest, sang suami.

Hanabi mendelik, menatap horor suaminya itu, " Coba bicara sekali lagi!! Ayo!! Bicara sekali lagi. " Hanabi berkacak pinggang dengan raut wajah marah, siap menelan hidup-hidup suaminya.

" Hehe.. Nggak, ma.. Jangan marah ya.. Ve, nakal ya? Sampai bikin mama pagi-pagi sudah emosi.. Biar papa.. Biar papa yang negur Ve ya, ma.. " Earnest langsung menjelma menjadi kucing rumahan saat melihat tanda bahaya dari istri tercintanya ini.

" VEROYA EIKO VOGT... PAPA LEDAKAN KAMAR MU JIKA KAU TIDAK TURUN SEKARANG JUGAAAAAAAAAAA... "

Semakin tak karuan saja pagi hari di mansion Vogt karena ulah tuan putri cantik mereka. Teriakan Earnest bahkan lebih menggelegar dibanding teriakan sang istri tadi. Semua maid yang seliweran di sekitar pasangan suami istri ini harus menutup telinga mereka jika tidak ingin budek mendadak.

Lalu bagaimana yang diteriaki??

Tentu saja masa bodoh. Veroya mendengar teriakan kedua orang tuanya tapi memilih cuek dan melanjutkan acara mempercantik dirinya. Ya kali, seorang Veroya Vogt keluar mansion dengan tampilan sederhana atau jelek. Apa kata dunia nanti.

Benar sekali...

Veroya sudah bangun sejak masih jam lima tadi. Lalu apa yang dia kerjakan sejak pagi tadi. Jelas jawabannya mempersiapkan diri untuk acara fitting baju pengantin. Veroya bahkan sampai luluran, mandi kembang dengan aroma therapy yang menyegarkan, lalu sedikit rileksasi dengan meminta para pelayan untuk memijatnya.

Pokoknya, sudah mirip dengan kegiatan spa di sebuah calon kecantikan. Itulah kenapa dia tidak juga turun padahal waktu janjian dengan desainer ternama dunia untuk fitting baju pengantin yang akan dia kenakan saat pernikahannya dengan Griffin, sudah melewati jamnya.

" Cukup!! Aku rasa isi sudah cukup. Kalian boleh melanjutkan pekerjaan kalian. " Veroya menghentikan para maid khusus yang selama ini bertugas membantunya untuk urusan mempercantik diri. Maid yang sengaja Veroya siapkan untuk membantunya bersiap dalam acara apapun yang mengharuskan dirinya tampil cantik.

" Kami permisi dulu, fraulein Ve.." Veroya mengangguk. Berusaha terlihat berwibawa di depan para maid padahal ingin rasanya dia berteriak membalas teriakan papa dan mamanya.

" Ck.. Pria dan wanita tua di bawah sana itu sama sekali tidak memahami arti kecantikan yang hakiki. Selalu saja mengganggu. " Sungutnya kesal.

Tak ingin papanya merealisasikan niatnya meledakan kamar kesayangannya, dengan amat terpaksa Veroya pun keluar kamar dan segera menghampiri ibu ratu. Seseorang yang punya kedudukan paling berkuasa di mansion Vogt karena kepala rumah tangga, raja dan juga papanya itu adalah seorang suami yang sangat takut pada istrinya.

Di luar saja sikapnya dingin tak tersentuh, garang, kejam bagai singa yang siap memangsa buruannya. Tapi kalau di rumah, mirip kucing anggora yang hanya mengikuti langkah kaki tuannya. Ya begitulah papa Veroya itu.

" Oh.. Ini dia princess kita.. Akhirnya turun juga setelah sekian purnama. " Sindir Hanabi saat melihat putrinya turun dari lantai dua.

" Mama berlebihan. " Olok Veroya.

" Ya.. Mama memang berlebihan tapi kau lebih parah Ve.. King sudah menelepon mama sejak dua jam yang lalu dan kau masih bersantai di kamar. Kalau nanti tidak bertemu King jangan salahkan mama. " Ujar Hanabi.

" WHATTT?? KING?? " pekik Veroya kaget.

" King ikut fitting, ma? Kok Ve nggak tahu sih? " Tanya Veroya heboh. Aduh pujaan hatinya yang sudah dua minggu tidak bertatap muka langsung dengannya.

" Mama belum bilang ya?? Sorry kalau gitu tapi King memang sudah nunggu kamu di butik langganan mama. " Veroya menggeram kesal setelah mendengar alasan klise mamanya.

Lupa??

Daripada disebut lupa, lebih percaya lagi kalau disebut mamanya itu sengaja tidak mengatakan padanya. Sungguh menyebalkan sekali mamanya ini. Kalau saja papanya tidak takut pada sang istri, sudah Veroya amuk ini sang mama. Bagaimana kalau calon suaminya itu merajuk karena menunggu lama.

" Come on, ma.. Jangan lelet.. Waktu.. Waktu.. " Veroya langsung bergegas mengajak mamanya pergi ke butik tempat janjian.

Hanabi langsung mencebik. Tadi aja sok-sokan bilang kecantikan yang hakiki. Coba sekarang, mirip cacing kepanasan tuh..

*

*

Beberapa kali menghela nafas, Griffin sudah benar-benar tidak lagi bisa menunggu. Ditariknya dasi yang dia kenakan, rasanya sesak sekali karena menahan emosi sejak dua jam yang lalu.

Bayangkan saja, dua jam..

Selama dua jam Griffin dibuat menunggu oleh calon istrinya. Rencana fitting baju pengantin yang akan mereka berdua kenakan memang hari ini. Awalnya Griffin mengatakan belum tahu apakah bisa datang atau tidak. Tapi ketika dia datang dengan maksud ingin menyenangkan calonnya, lalu apa yang dia dapatkan.

Asisten Griffin sejak tadi hanya bisa melirik sembunyi-sembunyi tuannya. Kalau sampai salah bicara, bisa-bisa badannya dibuat melayang oleh sang tuan. Griffin dalam mode sensian begini, jangan didekati. Salah-salah bisa menjadi korban nantinya.

" Sial... " Umpat Griffin.

Tak ingin lagi menunggu, Griffin memilih beranjak hendak meninggalkan butik yang katanya langganan calon mama mertuanya itu. Dia sudah fitting pakaian yang akan dia gunakan saat pemberkatan dan pestanya. Urusan Griffin sudah selesai, daripada menunggu tanpa kepastian seperti ini lebih baik dia mengurus bisnisnya saja.

" Kita pergi.. " Griffin langsung melangkah keluar ruangan VVIP yang disediakan khusus untuk pelanggan VVIP butik ini.

" Tapi tuan.... " Asisten Griffin menelan kembali kata-kata yang hendak dia ucapkan. Tatapan tuan mudanya ini, menyeramkan sekali.

' Terserah lah.. Lebih baik aku diam, dengan begitu dompet ku aman-aman saja akhir bulan nanti. ' batin Dexon, asisten Griffin.

Baru beberapa langkah keluar dari ruang VVIP, langkah Griffin berhenti. Tatapan matanya menatap ke arah depan, dimana seseorang yang telah membuatnya menunggu ada di sana dengan wajah tanpa dosanya.

Griffin berdecih sinis, ingin sekali dia memaki gadis yang kini tersenyum manis sekali seperti gula. Padahal senyum itu justru terasa pahit untuk Griffin yang menanti selama dua jam tanpa kepastian. Kalau saja tidak mengingat wanita tua di samping gadisnya itu, sudah Griffin luapkan semua emosinya.

" King.. Maafkan mama ya.. Kami terlambat datang. " Hanabi meringis malu. Putrinya yang berulah, dia yang menanggung aibnya.

" It's okay, ma.. Aku sudah fitting dulu di awal tadi. Sekarang giliran Ve. " Ucap Griffin. Dia tahu, calon mama mertuanya ini tidak enak padanya. Tapi Griffin sendiri sudah tahu, siapa biang kerok penyebab dia harus menunggu berjam-jam.

" King.. Temani ya.. " Rayu Veroya. Tangannya sudah bergelendotan di lengan kekar milik Griffin.

" Hm.. " Griffin berdeham malas.

Keduanya pun masuk ke dalam ruang VVIP tadi. Dibantu oleh staf butik, Veroya dibawa masuk ke ruang ganti untuk mencoba dua dress yang akan dia kenakan saat hari pernikahannya nanti.

Meski Griffin sibuk dan tadi sempat dibuat kesal oleh Veroya yang lama datang, tapi Griffin tetap menunggu calon istrinya itu untuk mencoba dress yang akan dikenakan saat pernikahan mereka nanti. Meski sebenarnya pernikahan ini dia jalani dengan setengah hati lantaran belum ada keinginan untuk menikah, tapi Griffin mencoba menunjukan effort yang baik demi wanita yang selama ini terus mendesak masuk ke dalam hidupnya

" Ck... Semua karena ucapan Jade.. Sebenarnya ada apa dengan diri ku, kenapa ucapan Jade langsung membuat ku seperti orang gila saat itu? " Monolog Griffin heran sendiri dengan dirinya.

Episodes
1 Lamaran
2 Sudah ku duga
3 Sepertinya aku sudah gila
4 Menolak lamaran
5 Neraka termanis
6 Seperti soang
7 Tidak salah langkah
8 Mio Tesoro
9 Heran sendiri
10 Kulkas delapan pintu
11 Lagi?
12 Tidak menarik
13 Fokus pada pernikahan
14 Cegil
15 Perjanjian pranikah
16 Beberapa jam lagi
17 Sebelas?
18 Bibir manisnya
19 Ulat bulu burik
20 Kau menyakiti ku
21 Tak akan menunda
22 Kerja malam
23 Canduku
24 Mengibarkan bendera putih
25 Pingin terdampar
26 Dorothy
27 Bantu aku
28 Orang Sableng
29 Ada yang terbakar
30 Kenakalan istri
31 Gemetar
32 Menyukainya
33 Melangkah pergi
34 Rasakan
35 Lebih penting yang mana
36 Cintai diri sendiri
37 Pergi saja
38 Apapun untuk mu
39 Mungkin saja
40 Hampa tanpa mu
41 Jatuh tak cantik
42 Dalam genggaman ku
43 Sentimen
44 Menggoda siapa
45 Acara membosankan
46 Sesuatu yang dia inginkan
47 Masih akan terus
48 Luapkan semuanya
49 Curahan hati
50 Jambakan maut
51 Menepi sejenak
52 Mengisi energi
53 Sakit
54 Kehilangan
55 Pilihan yang sulit
56 Mempertahankan posisinya
57 Pola
58 Permasalahan yang rumit
59 Tertawa bersama
60 Berpisah sementara
61 Wanita penggoda
62 Veroya galau
63 Kabar yang ditunggu
64 Kenzio Hashimura
65 Fayre
66 Berbahagialah dahulu
67 Lawan yang sepadan
68 Transaksi menggiurkan
69 Di tangan yang tepat
70 Merinding geli
71 Mengantarkan kepergiannya
72 Lumayan senasib
73 Tak lebih baik dari ku
74 Neraka mu
75 Lupa sesuatu yang penting
76 Pamitan
77 Derita wanita ular
78 Eksekusi 1
79 Eksekusi 2
80 Nasib ular kadut burik
81 Demi yang tersayang
82 Harapan kecil
83 Datang dan pergi
84 Sunshine
85 Mama itu cacat
86 Wanita penggosip
87 Nyonya Cassano
88 Tidak suka
89 Kesialan pria tua
90 Mulut lemes
91 Cinta?
92 Janji menanti
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Lamaran
2
Sudah ku duga
3
Sepertinya aku sudah gila
4
Menolak lamaran
5
Neraka termanis
6
Seperti soang
7
Tidak salah langkah
8
Mio Tesoro
9
Heran sendiri
10
Kulkas delapan pintu
11
Lagi?
12
Tidak menarik
13
Fokus pada pernikahan
14
Cegil
15
Perjanjian pranikah
16
Beberapa jam lagi
17
Sebelas?
18
Bibir manisnya
19
Ulat bulu burik
20
Kau menyakiti ku
21
Tak akan menunda
22
Kerja malam
23
Canduku
24
Mengibarkan bendera putih
25
Pingin terdampar
26
Dorothy
27
Bantu aku
28
Orang Sableng
29
Ada yang terbakar
30
Kenakalan istri
31
Gemetar
32
Menyukainya
33
Melangkah pergi
34
Rasakan
35
Lebih penting yang mana
36
Cintai diri sendiri
37
Pergi saja
38
Apapun untuk mu
39
Mungkin saja
40
Hampa tanpa mu
41
Jatuh tak cantik
42
Dalam genggaman ku
43
Sentimen
44
Menggoda siapa
45
Acara membosankan
46
Sesuatu yang dia inginkan
47
Masih akan terus
48
Luapkan semuanya
49
Curahan hati
50
Jambakan maut
51
Menepi sejenak
52
Mengisi energi
53
Sakit
54
Kehilangan
55
Pilihan yang sulit
56
Mempertahankan posisinya
57
Pola
58
Permasalahan yang rumit
59
Tertawa bersama
60
Berpisah sementara
61
Wanita penggoda
62
Veroya galau
63
Kabar yang ditunggu
64
Kenzio Hashimura
65
Fayre
66
Berbahagialah dahulu
67
Lawan yang sepadan
68
Transaksi menggiurkan
69
Di tangan yang tepat
70
Merinding geli
71
Mengantarkan kepergiannya
72
Lumayan senasib
73
Tak lebih baik dari ku
74
Neraka mu
75
Lupa sesuatu yang penting
76
Pamitan
77
Derita wanita ular
78
Eksekusi 1
79
Eksekusi 2
80
Nasib ular kadut burik
81
Demi yang tersayang
82
Harapan kecil
83
Datang dan pergi
84
Sunshine
85
Mama itu cacat
86
Wanita penggosip
87
Nyonya Cassano
88
Tidak suka
89
Kesialan pria tua
90
Mulut lemes
91
Cinta?
92
Janji menanti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!