Kau menyakiti ku

Sesekali Veroya melirik ke arah meja dimana suaminya dan sepupu jauhnya yang ganjen itu duduk untuk berbincang entah membahas apa. Ingin rasanya Veroya menyusul, tapi dia tidak ingin terlihat menyedihkan di depan sepupunya bila terlihat terlalu kepo dengan urusan suaminya.

Veroya bahkan tak sadar sudah menghabiskan cukup banyak minuman beralkohol yang tersaji di mejanya. Masa bodohlah jika dia mabuk, perasaannya memang sangat kesal kini. Sepupu jauhnya itu susah mengibarkan bendera perang secara terang-terangan. Sungguh memuakkan.

" Cantik... " Veroya langsung menengok ke samping.

Di tempat yang tadi diduduki oleh Fayre, sekarang sudah diduduki oleh Jade. Entah kemana perginya ipar lucknut Veroya itu. Tapi melihat Jade yang tersenyum begitu lebar padanya, membuat perasaan kesal Veroya menguap seketika.

" Hai tampan... Apa yang kau lakukan disini? " tanya Veroya basa basi membalas sapaan Jade.

" Ingin bertemu dengan ratu pesta ini.. Andai aku bisa melihat mu dengan gaun-gaun pesta pernikahan mu. Pastinya kau terlihat sangat amat cantik, Ve.. " meski tersenyum, suara Jade terdengar getir.

" Makanya segera saja ikuti saran keluarga mu untuk menjalani operasi mata, Jade.. Aku berjanji, aku akan ada di saat kau membuka mata mu untuk pertama kalinya. " Jade terkekeh. Veroya memang selalu mampu menghidupkan suasana. Yang tadinya sedih menjadi lebih menyenangkan.

Jade menyodorkan sebuah kotak tepat ke depan Veroya. Sebuah kotak sedang, dengan warna pink tua juga ada pita yang besar di ujung kotak itu. Tampilannya sangat cantik, membuat Veroya gatal ingin tahu apa isinya.

Tak..

Tangan Jade langsung menghalangi tangan Veroya yang akan membuka kotak itu, " Jangan dibuka disini. Aku ingin kau membukanya nanti saat sudah sendiri. Jangan sampai Griffin dan lain tahu ya. This is our secret, Ve.. " Veroya berjengit kaget, kok bisa Jade tahu dia akan membuka kotak itu. Insting menyebalkan.

" Bisa kau berjanji pada ku bahwa ini hanya kita berdua yang tahu? " Veroya terlihat ragu. Tapi kemudian dia mengangguk saja, padahal Jade tidak akan bisa melihat anggukannya.

" Good Girl.. " Jade mengusap kepala Veroya penuh sayang.

" Tapi, bisakah kau memberikan bocoran pada ku apa isi kotak ini, Jade? " tanya Veroya berbisik.

" Kau akan tahu nanti. Tapi yang jelas, apa yang ada di kotak ini adalah sesuatu yang akan sangat membantu rencana yang sudah kau susun di otak cantik mu itu.. " Veroya mencebik. Gagal untuk menjawab rasa penasaran nya.

" Sudah ya.. Mata suami mu sudah hampir keluar karena melotot terus ke arah kita. " Jade pun beranjak pergi di bantu oleh asisten pribadinya.

Ucapan Jade langsung membuat Veroya menengok ke arah meja dimana Griffin berada. Benar saja, meski wajahnya terkesan datar tapi tidak dengan matanya. Ada sebuah rasa tak suka terlihat di mata Griffin saat memandangnya. Apakah mungkin pria itu cemburu?

' Hihihi... Suka bilang, bos.. Sok-sokan jual mahal tapi setiap aku dekat dengan Jade, dia akan kebakaran jenggot. ' batin Veroya terkikik senang.

Tapi rasa senang Veroya langsung lenyap saat matanya melihat Rukia yang kini justru senyum-senyum sendiri sembari menatap wajah Griffin. Keenakan sekali mata ulat bulu burik itu karena bisa menikmati keindahan ciptaan Tuhan di depannya.

" Ck... Suami ku itu. Kenapa kesannya wanita gatal itu ingin langsung menerkam King sih? Ingin rasanya aku colok saja matanya itu. " Veroya menghentakkan kakinya.

*

*

" Jika tidak ada yang ingin kau katakan lagi, aku permisi. " tanpa mendengar tanggapan Rukia, langsung saja Griffin berdiri dan pergi diikuti Dexon di belakangnya.

" Eh.. tung.... " ucapan Rukia menggantung karena posisi Griffin sudah cukup jauh darinya. Berteriak di tempat ramai seperti ini sangatlah tidak etis. Rukia sebisa mungkin harus menunjukkan sikap yang baik di depan keluarga Griffin.

' Masih banyak waktu untuk berdekatan dengan Griffin, Kia... ' gumamnya memberikan semangat pada diri sendiri dalam hati.

*

*

Griffin lekas menyusul Veroya yang ternyata sudah masuk ke dalam lift. Jam tangan mewah yang dikenakan Griffin sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam. Tak terasa saja, jika waktu telah berjalan sangat cepat.

Rasanya baru beberapa menit yang lalu pesta ini dimulai, tahu-tahu sudah tengah malam saja. Sepertinya Griffin menikmati jalannya pesta ini meski sempat kesal di bagian akhirnya karena ada pengganggu.

" Apa itu? " Griffin bertanya saat melihat kotak hadiah dari Jade tadi.

" Hm.. " Veroya menoleh, " Rahasia.. Jade bilang ini rahasia di antara kami berdua. " jawabnya.

Griffin melengos, cukup tak suka mendengar jawaban Veroya, " Kita berangkat besok siang dengan kereta. Kau bersiaplah malam ini. " ujarnya mencoba mengalihkan topik yang membuatnya kesal sendiri tanpa sebab.

" Dexon akan ikut? " Tanya Veroya yang langsung diangguki Griffin.

" Kalau begitu aku akan mengajak Adea. "

" Manager mu? "

" Hm.. Sekarang dia akan menjadi asisten pribadi ku. Bolehkan? " Veroya merasa perlu untuk meminta persetujuan Griffin sebagai suaminya.

" Boleh.. Biar nanti Dexon yang akan membantunya beradaptasi dengan pekerjaan barunya. " Veroya bertepuk tangan girang.

Keduanya langsung menuju ke pintu luar. Mobil yang akan membawa mereka ke hotel sudah menunggu di depan pintu keluar. Malam ini, merasa akan beristirahat di hotel sebelum besok pagi bertolak ke Paris menggunakan kereta api.

Veroya ingin suasana baru, berkendara dengan kereta api melintas negara pasti sangat menyenangkan. Banyak pemandangan menarik di sepanjang jalan yang akan dia temui. Hal inilah yang membuat Veroya ingin pergi dengan kendaraan darat saja.

Griffin tentu saja setuju, apapun itu asalkan Veroya senang. Semakin Veroya senang, semakin istrinya itu tidak akan mengganggunya dengan rengekan yang membuat telinga Griffin sakit. Bukan karena cinta mati ya, tapi memang Griffin tidak mau direcoki Veroya karena keinginannya tidak di turuti.

*

*

Masih di tempat pesta pernikahan Griffin dan Veroya. Di pojok meja yang paling dekat dengan sungai Spree, Fayre duduk dengan segelas vodka di tangannya. Memilih untuk mabuk, setidaknya rasa sakit di hati Fayre bisa melayang karena minuman yang di teguknya.

Melihat Veroya berhasil bersanding dengan kembarannya, ada sedikit sesak di hati Fayre. Bukan tidak suka, tapi lebih ke Fayre yang iri karena kisah cinta Veroya akhirnya bisa direngkuhnya, sangat berbeda dengan dirinya.

Cinta Fayre bertepuk sebelah tangan. Sudah puluhan kali dia disakiti oleh pria yang dia cintai itu. Tapi Fayre tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Dia yang ngotot untuk tetap jatuh cinta padahal dia tahu bahwa yang akan dia lewati adalah jalan penuh duri.

" Huft... kenapa rasa sesaknya tak kunjung hilang? " gumam Fayre frustasi.

" Padahal sudah berkali-kali disakiti tapi anehnya bukannya cinta ku berkurang padanya malah semakin bertambah. Disini yang gila aku atau dia sih? " racaunya.

Sepertinya Fayre sudah berada dalam pengaruh minuman beralkohol yang dikonsumsi olehnya. Fayre terlihat mulai mabuk saking banyaknya alkohol yang sudah di teguknya.

" Aduh... Kenapa dia muncul tiba-tiba begini sih? Pasti ini hanya halusinasi.. " Fayre menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh.

Pengaruh alkohol membuatnya berhalusinasi melihat pria yang dia cintai tepat duduk di depannya. Hal yang sangat jarang terjadi karena semenjak Fayre mengungkapkan perasaannya pada pria itu, sang pria justru mulai menjauhinya dan enggan berada di satu tempat yang sama.

" Bahkan ketika sedang berhalusinasi seperti ini kau tetap saja tampan.. Sepertinya aku sudah gila karena cinta. " Fayre terbahak.

" Kenapa kau terus bertahan meski hanya mendapat luka dari cinta sepihak mu? " tanya pria itu.

" Hehehe... Lalu harus apa aku? Melupakan mu jauh lebih sakit daripada tetap mencintai mu meski hanya aku saja yang cinta. " jawab Fayre jujur. Orang mabuk biasanya akan lebih jujur.

" Aku.... Tidak bisa... Bukan tidak cinta tapi aku mencoba melindungi mu. " ucap pria itu terdengar aneh di telinga Fayre.

" Melindungi ku? Dari apa? " Fayre meringsek maju hingga jarak antara dia dan pria itu tidak lebih dari sejengkal.

" Melindungi ku kau bilang? Nyatanya kau lah yang menyakiti ku paling banyak. " setelah mengatakan itu Fayre terhuyung menabrak tubuh pria ini dan langsung tak sadarkan diri.

Pria ini tertegun mendengar ucapan Fayre barusan. Apakah dirinya salah jika menjauh dari wanita yang sialnya mampu membuatnya gila ini.

Episodes
1 Lamaran
2 Sudah ku duga
3 Sepertinya aku sudah gila
4 Menolak lamaran
5 Neraka termanis
6 Seperti soang
7 Tidak salah langkah
8 Mio Tesoro
9 Heran sendiri
10 Kulkas delapan pintu
11 Lagi?
12 Tidak menarik
13 Fokus pada pernikahan
14 Cegil
15 Perjanjian pranikah
16 Beberapa jam lagi
17 Sebelas?
18 Bibir manisnya
19 Ulat bulu burik
20 Kau menyakiti ku
21 Tak akan menunda
22 Kerja malam
23 Canduku
24 Mengibarkan bendera putih
25 Pingin terdampar
26 Dorothy
27 Bantu aku
28 Orang Sableng
29 Ada yang terbakar
30 Kenakalan istri
31 Gemetar
32 Menyukainya
33 Melangkah pergi
34 Rasakan
35 Lebih penting yang mana
36 Cintai diri sendiri
37 Pergi saja
38 Apapun untuk mu
39 Mungkin saja
40 Hampa tanpa mu
41 Jatuh tak cantik
42 Dalam genggaman ku
43 Sentimen
44 Menggoda siapa
45 Acara membosankan
46 Sesuatu yang dia inginkan
47 Masih akan terus
48 Luapkan semuanya
49 Curahan hati
50 Jambakan maut
51 Menepi sejenak
52 Mengisi energi
53 Sakit
54 Kehilangan
55 Pilihan yang sulit
56 Mempertahankan posisinya
57 Pola
58 Permasalahan yang rumit
59 Tertawa bersama
60 Berpisah sementara
61 Wanita penggoda
62 Veroya galau
63 Kabar yang ditunggu
64 Kenzio Hashimura
65 Fayre
66 Berbahagialah dahulu
67 Lawan yang sepadan
68 Transaksi menggiurkan
69 Di tangan yang tepat
70 Merinding geli
71 Mengantarkan kepergiannya
72 Lumayan senasib
73 Tak lebih baik dari ku
74 Neraka mu
75 Lupa sesuatu yang penting
76 Pamitan
77 Derita wanita ular
78 Eksekusi 1
79 Eksekusi 2
80 Nasib ular kadut burik
81 Demi yang tersayang
82 Harapan kecil
83 Datang dan pergi
84 Sunshine
85 Mama itu cacat
86 Wanita penggosip
87 Nyonya Cassano
88 Tidak suka
89 Kesialan pria tua
90 Mulut lemes
91 Cinta?
92 Janji menanti
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Lamaran
2
Sudah ku duga
3
Sepertinya aku sudah gila
4
Menolak lamaran
5
Neraka termanis
6
Seperti soang
7
Tidak salah langkah
8
Mio Tesoro
9
Heran sendiri
10
Kulkas delapan pintu
11
Lagi?
12
Tidak menarik
13
Fokus pada pernikahan
14
Cegil
15
Perjanjian pranikah
16
Beberapa jam lagi
17
Sebelas?
18
Bibir manisnya
19
Ulat bulu burik
20
Kau menyakiti ku
21
Tak akan menunda
22
Kerja malam
23
Canduku
24
Mengibarkan bendera putih
25
Pingin terdampar
26
Dorothy
27
Bantu aku
28
Orang Sableng
29
Ada yang terbakar
30
Kenakalan istri
31
Gemetar
32
Menyukainya
33
Melangkah pergi
34
Rasakan
35
Lebih penting yang mana
36
Cintai diri sendiri
37
Pergi saja
38
Apapun untuk mu
39
Mungkin saja
40
Hampa tanpa mu
41
Jatuh tak cantik
42
Dalam genggaman ku
43
Sentimen
44
Menggoda siapa
45
Acara membosankan
46
Sesuatu yang dia inginkan
47
Masih akan terus
48
Luapkan semuanya
49
Curahan hati
50
Jambakan maut
51
Menepi sejenak
52
Mengisi energi
53
Sakit
54
Kehilangan
55
Pilihan yang sulit
56
Mempertahankan posisinya
57
Pola
58
Permasalahan yang rumit
59
Tertawa bersama
60
Berpisah sementara
61
Wanita penggoda
62
Veroya galau
63
Kabar yang ditunggu
64
Kenzio Hashimura
65
Fayre
66
Berbahagialah dahulu
67
Lawan yang sepadan
68
Transaksi menggiurkan
69
Di tangan yang tepat
70
Merinding geli
71
Mengantarkan kepergiannya
72
Lumayan senasib
73
Tak lebih baik dari ku
74
Neraka mu
75
Lupa sesuatu yang penting
76
Pamitan
77
Derita wanita ular
78
Eksekusi 1
79
Eksekusi 2
80
Nasib ular kadut burik
81
Demi yang tersayang
82
Harapan kecil
83
Datang dan pergi
84
Sunshine
85
Mama itu cacat
86
Wanita penggosip
87
Nyonya Cassano
88
Tidak suka
89
Kesialan pria tua
90
Mulut lemes
91
Cinta?
92
Janji menanti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!