Rayuan Maut

Di salon ternyata banyak antrian. Mama Dinda mendapat antrian lebih awal dari pada Ara. Ara yang memang sebenarnya kurang suka pergi ke salon terpaksa menunggu karena hari ini hari Sabtu jadi banyak pelanggan. Sambil menunggu giliran Ara memainkan ponselnya, tak berselang lama akhirnya Ara dapat giliran juga. Ara bukan cuma mengikuti perawatan wajah tapi juga rambut dan tubuhnya. Mama Dinda sudah selesai dilayani berganti menunggu Ara. Mama Dinda duduk di ruang tunggu, tak sengaja melihat seseorang yang di kenalnya.

"Mbak Fifi, sendirian aja?" Sapa mama Dinda sopan pada bu Fifi, mamanya Altaf.

"Eh iya, kamu di sini juga Din, duh lama ya kita nggak ketemu, kamu sama siapa?" Tanya bu Fifi pada mama Dinda.

"Sama Ara mba, Amara putriku, lagi di dalam belum selesai perawatan." Kata mama Dinda.

"Oh aku baru datang Din , pasti antri lama nih!" Kata bu Fifi agak kesal.

"Mama, Ara sudah selesai!" Kata Ara yang baru keluar dari ruang perawatan.

"Ara, sini! Ini kenalin temen mama, tante Fifi!" Kata mama Dinda.

"Loh tante, tante mau nyalon juga?" Tanya Ara sopan sambil mencium takzim tangan bu Fifi.

"Loh Ara sudah kenal sama tante Fifi!" Tanya mama Dinda heran.

"Iya ma, waktu tante Fifi ke sekolah, acara graduation kak Al, putranya tante Fifi."

"Tunggu....tunggu.....jadi Ara ini putrimu Din, putri pak David, kok waktu itu kamu nggak bilang to sayang, kalau kamu putrinya pak David. Al juga nggak pernah cerita. Tapi sekarang beda banget, tambah cantik aja!" Puji bu Fifi.

"Ah, tante bisa aja, kak Al memang belum tahu kok tan, kalau Ara anak papa David, tante jangan bilang sama kak Al ya tan, plisss. Tapi tante berlebihan deh mujinya, nanti Ara bisa terbang terus nyungsep lho tan!" Canda Ara.

Ha.....ha....ha....

"Jangan dong sayang, masa cantik-cantik nyungsep!" Jawab bu Fifi senang dengan Ara.

"Tapi beneran lho Din, putrimu cantik banget, sopan, periang, dan adabnya itu lho yang aku suka!" Puji bu Fifi lagi.

"Ah, mbak Fifi terlalu memuji, nanti Ara ke ge er ran!" Jawab mama Dinda.

"Habis ini kamu mau ke mana Din?" Tanya bu Fifi.

"Mau belanja mbak, mbak sendiri mau kemana setelah nyalon?" Mama Dinda balik bertanya.

"Mau langsung pulang, ada cucu di rumah, eh tapi kapan-kapan kalau kamu ada waktu kita jalan bareng yuk, bosan di rumah terus, nggak ada temen curhat!" Ajak bu Fifi antusias.

"Boleh mbak, aku juga kadang bosan ditinggal kerja mulu sama papanya Ara, Ara sibuk kuliah!"

"Ok deh! Nanti kamu kabari ya kapan kamu ada waktu, kalau aku mah banyak nganggurnya." Kata bu Fifi sambil tertawa.

Setelah itu mereka berpisah, Ara dan mamanya pergi masuk toko pakaian. Mama Dinda banyak mengambil pakaian perempuan untuk Ara. Ara mengambil dua kaos oblong warna navi dengan ukuran yang berbeda.

"Dek, kok beli kaos lagi sih, janjimu kan mau beli pakaian cewek, masak beli kaos lagi!"

"Ini aja mah, dua doang, ini lucu, Ara suka!"

"Tunggu-tunggu, kok belinya dua, bada size lagi, hayo ngaku satunya buat siapa?" Tanya mama Dinda curiga.

"Ada deh, mama mau tahu aja! Yuk lanjut belanja, pilih yang bagus-bagus ya buat Ara!" Kata Ara mengalihkan pembicaraan.

***

Malam harinya Ara datang ke kamar mamanya, papanya masih di ruang kerja.

"Mah, tante Fifi baik ya orangnya." Kata Ara membuka percakapan.

"Iya, memangnya kenapa?"

"Ma, seandainya mama punya besan kayak tante Fifi, mama suka nggak?"

"Suka dong, tante Fifi perhatian orangnya. Eh tunggu-tunggu, jangan bilang kamu pingin jadi mantunya tante Fifi?" Kata mama Dinda mengerutkan dahinya.

"Kalau iya nggak papa dong mah, pasti tante Fifi baik sama Ara, jadi mama nggak perlu khawatir sama Ara."

"Kamu masih kecil dek, jangan mikir nikah dulu deh, mikir kuliah dulu yang bener!"

"Nggak ma, Ara udah gede, boleh ya ma, Ara nikah muda plisssss!" Kata Ara sambil menangkupkan telapak tangannya.

"Emangnya anak tante Fifi mau nikah sama Ara, kalian pacaran?" Tanya mama Dinda curiga.

"Nggak ma, Ara nggak pacaran sama kak Al, tapi temen deket!"

"Ya tapi belum tentu anak tante Fifi, siapa namanya?

"Altaf ma, Altaf Alfarizi."

"Nah belum tentu Altaf mau sama kamu dek, kalau kamu cuma diangggap teman atau adik gimana?"

"Ya mama atur dong, jodohin Ara sama kak Al. Mama bicara sama tante Fifi untuk atur perjodohan Ara sama kak Al!"

"Tapi dek, papa juga belum tentu setuju kamu nikah muda. Harapan papa kamu jadi pengganti papa nanti, jadi harus sekolah yang tinggi!" Kata mama Dinda membujuk sang putri.

"Kan Ara masih bisa kuliah walaupun udah nikah!" Kata Ara tak mau kalah.

"Tapi dek...!"

"Mama plis... Ara mohon! Jodohin dulu Ara sama kak Al, nanti misal kak Al belum mau nikah sekarang, Ara nggak papa kok. Yang penting Ara nikahnya sama kak Al."

"Kamu yakin Al mau sama kamu?" Tanya mama Dinda.

"Kalau papa yang ngomong, Ara yakin kak Al nggak bakal nolak. Kak Al sangat patuh sama papa, ma."

"Ya tapi mama ngomongnya sama papa gimana!"

"Ya tinggal ngomong aja, mama pasti lebih tahu, gimana cara merayu papa!" Kata Ara dengan mode mata jahilnya.

***

Di tempat lain Altaf sedang bersenandung ria dengan gitarnya di balkon apartemen. Ponsel yang diletakkan di bangku sampingnya duduk bergetar. Nama Rena tertera di layar ponselnya.

"Ya Ren, ada apa?" Tanya Altaf setelah mengangkat telepon.

"Al, tolong jemput gua, ini gua ada di rumah sakit, ayah gua sakit. Tadinya mau nginep tapi nggak bisa, keinget terus sama si kembar!" Kata Rena lesu.

"Mas Alfin kemana?" Tanya Altaf pada Rena, karena tahu kalau dia yang menjemput Reba pasti akan ada keributan lagi.

"Gua telepon nggak di angkat Al, mungkin udah tidur, tadi siang aja bilang capek habis pulang dari Bogor. Mau naik taksi gua takut Al, ini udah malem banget!"Rena memberi penjelasan.

"Ya udah deh gua jemput, tunggu sebentar ya!" Kata Altaf yang langsung masuk untuk berganti pakaian. Setelah itu meluncur ke rumah sakit menjemput Rena dengan mobilnya.

Berkendara hampir dua puluh menit akhirnya Altaf sampai di depan rumah sakit dan Rena langsung masuk mobil. Melalui jalanan yang sudah lumayan sepi, mobil Altaf sampai dirumah mamanya setelah berkendara hampir setengah jam. Waktu menunjukkan jam sebelas empat puluh lima menit waktu Rena turun dari mobil.

"Al, lo nggak nginep sini aja, nggak capek apa bolak-balik?" Tanya Rena dan Altaf berpikir juga begitu. Badannya yang lelah dan matanya memang sudah ngantuk berat. Lalu Altaf ikut masuk rumah berniat menginap saja. Baru saja masuk rumah tiba-tiba...

BUKKKKKK

Satu pukulan mendarat pi pelipis Altaf. Altaf yang tak sempat menghindar hanya bisa meringis memegangi samping matanya.

"Mas!

"Kamu apa-apaan sih mas, main pukul aja!" Teriak Rena.

"Kamu yang apa-apaan, kenapa pulang sama Al, hah!" Marah Alfin yang dibakar api cemburu.

"Al cuma nolongin aku mas, aku minta jemput ke rumah sakit. Aku telpon kamu berkali-kali tapi kamu nggak angkat. Aku takut pulang naik taksi!" Kata Rena keras membuat mama dan papanya keluar dari kamar.

"Ada apa sih malam-malam ribut?!" Tanya mama Fifi.

"Kamu jangan banyak alasan Ren, tadi sore kamu bilang mau nginep di rumah sakit nemenin ibu, kenapa tiba-tiba pulang?!" Bukannya menjawab pertanyaan mamanya, Alfin tetap bertengkar sama Rena. Dengan langkah lesu Altaf naik tangga menuju kamarnya.

"Tunggu Al, lo mau kemana?!" Kata Alfin ngegas.

"Buat apa gua di sini mas, gua ngomong pun mas Alfin nggak akan percaya kan? Udah gua ngantuk mau tidur!" Kata Altaf yang melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Fin, bicarakan baik-baik besok sama Rena, jangan bertengkar tengah malam. Ren, gimana keadaan ayah kamu?" Tanya mama Fifi.

"Sudah sadar ma, tapi masih lemah." Jawab Rena lesu.

"Ya udah kamu istirahat, kelihatannya kamu capek banget!" Kata mama Fifi lagi.

"Iya mah, Rena ke kamar dulu ya!" Kata Rena, mama Fifi hanya mengangguk. Rena

meninggalkan mama, papa serta suaminya.

"Fin, jaga sikap kamu sama Al, mama nggak mau bela salah satu dari kalian. Kalau ada apa-apa jangan langsung emosi main pukul!" Mama Fifi menasehati Alfin, dan Alfin hanya bisa diam mencerna kata-kata mamanya. Setelah berkata itu mama Fifi kembali masuk kamar diikuti sang suami.

Episodes
1 Anak Manja
2 Teledor
3 Kesal
4 Gadis Tangguh
5 Menagih Janji
6 Ara yang Menang
7 Simpati
8 Terjebak Suasana
9 Salah Duga
10 Pergi ke Party
11 Dia Lagi Dia Lagi
12 Lelah
13 Tak Sengaja Nabrak
14 Sulit Dimengerti
15 Jawabannya
16 Kena Jitak kan
17 Kena Tangkap
18 Rayuan Maut
19 Hadiah
20 Drama
21 Mantul
22 Nah Lo Kena Kan?!
23 Pura-Pura
24 Wedding
25 MP
26 Bukti Cinta
27 Salting
28 Kepergok
29 Baru Tahu
30 Cocok
31 Lupa
32 Cemburu
33 Molor
34 Alasan
35 Kesal Sekali
36 Healing
37 Tanggap Darurat
38 Salah Lagi
39 Diam Seribu Bahasa
40 Slow Response
41 Gagal Couple
42 Tumbang
43 Kena Juga
44 Ngoyo (Memaksa Diri)
45 Damai
46 Balik Cerewet
47 Antik
48 Masa Lalu
49 Iri
50 Adil
51 Kamar Rahasia
52 Si Waginah
53 Tanding
54 Tragedi
55 Rawat Inap
56 Pulang
57 Teman Luknut
58 Mencari Tahu
59 Kacau
60 Luka
61 Mencari Jejak
62 Luluh
63 Suka Nempel
64 Dikejar Balik
65 Jujur
66 Suara Gagak
67 Kejutan
68 Jumpa Kangen
69 Tidak Wajar
70 Kesan Terakhir
71 Pilu
72 Duka
73 Kaget
74 Kehilangan Lagi
75 Batin Menjerit
76 Pupus
77 Tulus
78 Seribu Rayuan
79 Rambut Baru
80 Sabar Lagi
81 Curhatan Hati
82 Puncak Ego
83 Tak Terima
84 Pasrah
85 Pergi Jua
86 Terpaksa Bangkit
87 Pelukan Mama
88 Duren
89 Asisten Baru
90 Cerdik
91 Tamu Rahasia
92 Obat Kangen
93 Tantrum
94 Masih Sayang
95 Saingan
96 Pulang
97 Kejutan Kangen
98 Tanggung Sendiri
99 Teledor Lagi
100 Bingung
101 Masih Sayang
102 Tak Faham
103 Salah Paham
104 Kenyataan
105 Kesasar
106 Asisten Jahil
107 Ungkap Fakta
108 Asmara ke dua
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Anak Manja
2
Teledor
3
Kesal
4
Gadis Tangguh
5
Menagih Janji
6
Ara yang Menang
7
Simpati
8
Terjebak Suasana
9
Salah Duga
10
Pergi ke Party
11
Dia Lagi Dia Lagi
12
Lelah
13
Tak Sengaja Nabrak
14
Sulit Dimengerti
15
Jawabannya
16
Kena Jitak kan
17
Kena Tangkap
18
Rayuan Maut
19
Hadiah
20
Drama
21
Mantul
22
Nah Lo Kena Kan?!
23
Pura-Pura
24
Wedding
25
MP
26
Bukti Cinta
27
Salting
28
Kepergok
29
Baru Tahu
30
Cocok
31
Lupa
32
Cemburu
33
Molor
34
Alasan
35
Kesal Sekali
36
Healing
37
Tanggap Darurat
38
Salah Lagi
39
Diam Seribu Bahasa
40
Slow Response
41
Gagal Couple
42
Tumbang
43
Kena Juga
44
Ngoyo (Memaksa Diri)
45
Damai
46
Balik Cerewet
47
Antik
48
Masa Lalu
49
Iri
50
Adil
51
Kamar Rahasia
52
Si Waginah
53
Tanding
54
Tragedi
55
Rawat Inap
56
Pulang
57
Teman Luknut
58
Mencari Tahu
59
Kacau
60
Luka
61
Mencari Jejak
62
Luluh
63
Suka Nempel
64
Dikejar Balik
65
Jujur
66
Suara Gagak
67
Kejutan
68
Jumpa Kangen
69
Tidak Wajar
70
Kesan Terakhir
71
Pilu
72
Duka
73
Kaget
74
Kehilangan Lagi
75
Batin Menjerit
76
Pupus
77
Tulus
78
Seribu Rayuan
79
Rambut Baru
80
Sabar Lagi
81
Curhatan Hati
82
Puncak Ego
83
Tak Terima
84
Pasrah
85
Pergi Jua
86
Terpaksa Bangkit
87
Pelukan Mama
88
Duren
89
Asisten Baru
90
Cerdik
91
Tamu Rahasia
92
Obat Kangen
93
Tantrum
94
Masih Sayang
95
Saingan
96
Pulang
97
Kejutan Kangen
98
Tanggung Sendiri
99
Teledor Lagi
100
Bingung
101
Masih Sayang
102
Tak Faham
103
Salah Paham
104
Kenyataan
105
Kesasar
106
Asisten Jahil
107
Ungkap Fakta
108
Asmara ke dua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!