Menagih Janji

Dalam bulan ini kesibukan Ara luar biasa, tiap habis kelas mengikuti latihan basket setelah itu belajar untuk persiapan ikut olimpiade. Sedikit waktu luang selalu digunakan Ara untuk mengerjakan latihan soal.

Sesuai janji papanya kalau menjadi nomor satu terbaik, Ara boleh memilih hadiahnya.

"Pa, Ara mau nagih janji papa!" Kata Ara sambil bergelayut manja di lengan papanya.

"Tuh kan ma, anakmu ini kalau lagi ada maunya nempel-nempel sama papa. Emangnya Ara mau minta apa?" Tanya papa David. Lalu Ara membisikkan sesuatu di telinga papanya.

"Mana boleh sama mama Ra, mama pasti nggak ngizinin!" Kata papa David setelah Ara bisikkan sesuatu.

"Boleh ya ma, plis.......!" Kata Ara dengan telapak tangan disatukan di depan dada.

"Minta apa ya sih dek?" Tanya mamanya.

"Bilang boleh dulu, baru Ara kasih tahu!" Jawab Ara.

"Ya ngomong dulu, baru mama jawab!"

"Mama.......!

"Ara minta motor sport ma, minta Ninja warna merah!" Kata papa David to the poin.

"Eh, enggak....enggak....! Nggak boleh, kamu itu cewek dek, lagian kan udah ada motor matic, yang kecil ada yang besar juga udah punya. Lagian mama nggak suka nanti kebut-kebutan di jalan. Trus kamu kesekolah pakai rok, masa mau naik motor, nggak ah, nggak elok!" Kata mama Dinda menolak keinginan putrinya.

"Ma, nggak dipakai ke sekolah kalau lagi pakai rok ma, Ara mau pakai buat jalan. Plis dong ma, boleh ya, papa udah janji lho, kalau Ara terbaik kesatu boleh minta apa aja!"

"Ya tapi nggak motor cowok juga dek!"

"Mama plis ......!" Kata Ara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ya udah deh, kalau Ara maksa, mama bisa apa, tapi janji jangan dipakai balapan! Nih pasti papa juga ikut senang kalau mama izinin." Kata mama Dinda yang menyerah dengan keinginan putrinya.

"Ye......mama emang paling top!" Kata Ara sambil memeluk mamanya dan mengedipkan mata pada papanya.

***

Sekarang disini Ara berada, di gasebo disamping masjid sekolah. Ara duduk sendiri dengan laptop di depannya. Jari tangannya lincah mengetik sesuatu di keyboard laptopnya sambil sesekali mengambil cemilan di sampingnya. Bu Lilis datang tanpa di sadari Ara.

"Amara, kamu belum pulang?" Tanya bu Lilis, guru BK yang berumur sekitar empat puluhan dengan, perempuan cantik dengan hijab menutup kepalanya.

"Oh, bu Lilis, belum buk. Hari ini ada jadwal basket, sambil nunggu jam latihan Ara ngerjain soal-soal mtk, dan sebelum latihan mau sholat Asar dulu." Jawab Ara sopan sambil menutup laptopnya.

"Wah jadwal kamu padat banget, kayak mentri aja!" Canda bu Lilis sambil tertawa.

"Ah, ibuk bisa aja, ya mau gimana lagi buk, basket hobi, mtk ajang prestasi, ya Ara jalani aja dengan happy." Kata Ara dengan senyum manisnya.

"Ya, udah lanjut belajarnya, kapan-kapan kita ngobrol lagi, semangat ya!" Kata bu Lilis sambil mengacungkan jotos dan disambut Ara.

"Iya buk, terima kasih." Jawab Ara dan bu Lilis langsung meninggalkan Ara. Ara melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Waduh, udah masuk waktu asar nih, bisa kena semprot kak Al kalau Ara terlambat lagi." Kata Ara yang langsung buru-buru membereskan buku, laptop dan Snack nya ke dalam tas ranselnya. Lalu Ara lari menuju tempat wudu dengan membawa paper bag mukenanya. Setelah menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim, Ara lari tanpa alas kaki menuju lapangan basket.

Dengan tas ransel di pundaknya, tangan kanannya membawa sepatu pantofel nya, tangan kirinya menenteng papar bag mukena, dengan sepatu basket diikat jadi satu dan dikalungkan di lehernya.

"Amara Calista! Kamu terlambat lagi! Lekas lakukan pemanasan sendiri dan lakukan hukumanmu sekarang!" Kata Altaf dengan nada marahnya.

"Baik kak!" Jawab Ara tak membantah karna tahu salah. Dengan cepat Ara memakai sepatunya, lalu melakukan apa yang diperintahkan Altaf. Melakukan stretching, lari tujuh kali mengelilingi lapangan basket dan scoutjump dua puluh kali. Itu hukuman yang diterima Ara setiap terlambat. Setelah melakukan hukumannya Ara duduk di tepi lapangan.

"Lo tadi kemana Ra, habis kelas, gua ingat ini sudah ketiga kalinya lo terlambat!" Kata Daffa sahabat Altaf yang mengejutkan Ara.

"Eh, kak Daffa, tadi Ara ada perlu kak, trus ke kamar kecil!" Jawab Ara tak bohong karena ia berganti pakaian di kamar kecil masjid sekolah.

"Lain kali yang di disipin, gua kasian sama lo, kena hukuman terus!"

"Nggak papa kak Daf, itung-itung pemanasan, lagian Ara kan kuat!" Kata Ara dengan senyum songongnya.

"Iya tahu, tapi disiplin itu penting!" Kata Daffa yang lalu meninggalkan Ara. Ara mengikuti latihan dengan serius.

***

Hari telah berganti, seperti biasa Ara melakukan kegiatannya di gasebo samping Masjid sekolah sebelum latihan basket. Tak peduli terus mendapat hukuman setiap terlambat, Ara tetap melakukan kewajibannya. Saat duduk sendiri ada sepasang mata mengawasinya dari jauh. Altaf memperhatikan setiap apa yang dilakukan Ara. Setelah selesai dengan kegiatannya Ara seperti biasa Ara lari menuju lapangan basket dengan bertelanjang kaki. Tak sengaja kaki Ara menginjak kerikil tajam dan terluka. Namun tak di pedulikannya dan terus berlari walupun agak terpincang-pincang sampai darah yang keluar mengenai lantai yang di lewatinya.

"Dasar gadis unik yang bodoh! Kaki terluka bukanya berhenti diobati malah tetep lari. Kenapa sih nggak ngomong kalau selalu terlambat karena sholat dulu!" Altaf menggerutu dalam hati.

"Amara, berhenti!" Kata Altaf memangil Ara.

"Ya kak, maaf Ara terlambat lagi." Kata Ara dengan nada takut kena marah lagi.

"Kenapa harus lari!?!" Tanya Altaf.

"Takut terlambat lagi kak!"

"Duduk!" Perintah Altaf tegas.

"Tapi kak Ara sudah terlambat ini!"

"Duduk Amara, dengar nggak! Kaki kamu harus diobati!" Kata Altaf tegas dan Ara hanya bisa nurut, duduk di bangku, di sudut lapangan.

Altaf mengambil tasnya lalu mengeluarkan kotak kecil dari dalam tasnya. Altaf duduk di bawah depan Ara, dengan telaten mulai membersihkan luka di kaki Ara dan memberinya obat, serta menempelkan plester.

"Kak Al siaga banget, kemana-mana bawa kotak obat." Kata Ara.

"Karna ini penting Ra, olah raga itu rawan dengan cidera!" Kata Altaf tanpa melihat ke wajah Ara. Ara yang diobati memperhatikan wajah ganteng Altaf. "Wah kak Al ni ganteng banget, ternyata dibalik sikap dinginnya dia baik juga.

"Kenapa nggak bilang kalau alasan kamu selalu terlambat karena solat dulu?!" Tanya Altaf.

"Ya karna Ara nggak ingin ada yang tahu aja!" Jawab Ara asal.

"Dasar bodoh, harusnya bilang biar nggak aku hukum!" Kata Altaf dan Ara tidak menjawab.

"Sudah, nggak usah ikut latihan!" Kata Altaf membuat Ara melongo.

"Lho nggak bisa gitu dong, Ara udah nunggu dari tadi kok dilarang ikut latihan!" Kata Ara tak terima.

"Kaki kamu robek Ara, kalau kamu loncat-loncat nanti lukanya kebuka lagi, keluar darah lagi!"

"Tapi kak Ara nggak .....!" Ara tidak bisa menyelesaikan kata-katanya karna Altaf sudah memotongnya.

"Jangan bandel, duduk diam atau pulang! bimbingan mtk nya kapan-kapan saja!"

"Ya udah, Ara nunggu di sini, jadi penonton aja, habis latihan ajari Ara mtk ya!" Kata Ara dengan cemberut.

"Hem!" Jawab Altaf lalu meninggalkan Ara. Daffa yang sedari tadi memperhatikan Ara, rasanya tidak senang dengan kedekatan Ara dan sahabatnya sendiri yaitu Altaf. Walaupun Ara sering mendapat gunjingan dari banyak siswa lain karena fisik dan penampilan Ara yang apa adanya, namun ada Daffa tetap mengaguminya, karena ada yang istimewa dari Ara yang Daffa sendiri kurang tahu apa itu.

Setelah latihan selesai Altaf mengajak Ara ke lab seperti biasa untuk membimbing Ara soal matematika. Dengan sabar Altaf mengajari Ara. Tidak sulit bagi Altaf mengajari Ara karena Ara cepat paham dengan apa yang disampaikan Altaf.

"Gadis ini, bodoh, nggak peka, atau gimana sih, kok nggak pernah telepon atau nggak minimal kirim pesan kek, tanya apa gitu. Apa dia nggak pernah ada kesulitan dalam belajar." Kata Altaf dalam hati.

"Ra, kita udahan ya belajarnya!" Kata Altaf yang bosan menunggu Ara.

"Lho kok cepet banget, biasanya kan sampai malam!" Jawab Ara heran.

"Aku capek Ara, gini aja, nanti kita bimbingannya lewat VC aja, kamu hubungi aku kalau ada kesulitan!" Kata Altaf menjelaskan.

"Iya deh, Ara ikut kakak aja!"

"Kakinya masih sakit?" Tanya Altaf khawatir.

"Dikit, Ara kan kuat, luka gini mah kecil!" Kata Ara sambil menunjukan jari kelingkingnya.

"Kamu memang gadis tangguh tanpa banyak ngeluh ra, sederhana tapi istimawa!" Kata Altaf dalam hati.

Lalu mereka berjalan ke parkiran untuk pulang.

Episodes
1 Anak Manja
2 Teledor
3 Kesal
4 Gadis Tangguh
5 Menagih Janji
6 Ara yang Menang
7 Simpati
8 Terjebak Suasana
9 Salah Duga
10 Pergi ke Party
11 Dia Lagi Dia Lagi
12 Lelah
13 Tak Sengaja Nabrak
14 Sulit Dimengerti
15 Jawabannya
16 Kena Jitak kan
17 Kena Tangkap
18 Rayuan Maut
19 Hadiah
20 Drama
21 Mantul
22 Nah Lo Kena Kan?!
23 Pura-Pura
24 Wedding
25 MP
26 Bukti Cinta
27 Salting
28 Kepergok
29 Baru Tahu
30 Cocok
31 Lupa
32 Cemburu
33 Molor
34 Alasan
35 Kesal Sekali
36 Healing
37 Tanggap Darurat
38 Salah Lagi
39 Diam Seribu Bahasa
40 Slow Response
41 Gagal Couple
42 Tumbang
43 Kena Juga
44 Ngoyo (Memaksa Diri)
45 Damai
46 Balik Cerewet
47 Antik
48 Masa Lalu
49 Iri
50 Adil
51 Kamar Rahasia
52 Si Waginah
53 Tanding
54 Tragedi
55 Rawat Inap
56 Pulang
57 Teman Luknut
58 Mencari Tahu
59 Kacau
60 Luka
61 Mencari Jejak
62 Luluh
63 Suka Nempel
64 Dikejar Balik
65 Jujur
66 Suara Gagak
67 Kejutan
68 Jumpa Kangen
69 Tidak Wajar
70 Kesan Terakhir
71 Pilu
72 Duka
73 Kaget
74 Kehilangan Lagi
75 Batin Menjerit
76 Pupus
77 Tulus
78 Seribu Rayuan
79 Rambut Baru
80 Sabar Lagi
81 Curhatan Hati
82 Puncak Ego
83 Tak Terima
84 Pasrah
85 Pergi Jua
86 Terpaksa Bangkit
87 Pelukan Mama
88 Duren
89 Asisten Baru
90 Cerdik
91 Tamu Rahasia
92 Obat Kangen
93 Tantrum
94 Masih Sayang
95 Saingan
96 Pulang
97 Kejutan Kangen
98 Tanggung Sendiri
99 Teledor Lagi
100 Bingung
101 Masih Sayang
102 Tak Faham
103 Salah Paham
104 Kenyataan
105 Kesasar
106 Asisten Jahil
107 Ungkap Fakta
108 Asmara ke dua
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Anak Manja
2
Teledor
3
Kesal
4
Gadis Tangguh
5
Menagih Janji
6
Ara yang Menang
7
Simpati
8
Terjebak Suasana
9
Salah Duga
10
Pergi ke Party
11
Dia Lagi Dia Lagi
12
Lelah
13
Tak Sengaja Nabrak
14
Sulit Dimengerti
15
Jawabannya
16
Kena Jitak kan
17
Kena Tangkap
18
Rayuan Maut
19
Hadiah
20
Drama
21
Mantul
22
Nah Lo Kena Kan?!
23
Pura-Pura
24
Wedding
25
MP
26
Bukti Cinta
27
Salting
28
Kepergok
29
Baru Tahu
30
Cocok
31
Lupa
32
Cemburu
33
Molor
34
Alasan
35
Kesal Sekali
36
Healing
37
Tanggap Darurat
38
Salah Lagi
39
Diam Seribu Bahasa
40
Slow Response
41
Gagal Couple
42
Tumbang
43
Kena Juga
44
Ngoyo (Memaksa Diri)
45
Damai
46
Balik Cerewet
47
Antik
48
Masa Lalu
49
Iri
50
Adil
51
Kamar Rahasia
52
Si Waginah
53
Tanding
54
Tragedi
55
Rawat Inap
56
Pulang
57
Teman Luknut
58
Mencari Tahu
59
Kacau
60
Luka
61
Mencari Jejak
62
Luluh
63
Suka Nempel
64
Dikejar Balik
65
Jujur
66
Suara Gagak
67
Kejutan
68
Jumpa Kangen
69
Tidak Wajar
70
Kesan Terakhir
71
Pilu
72
Duka
73
Kaget
74
Kehilangan Lagi
75
Batin Menjerit
76
Pupus
77
Tulus
78
Seribu Rayuan
79
Rambut Baru
80
Sabar Lagi
81
Curhatan Hati
82
Puncak Ego
83
Tak Terima
84
Pasrah
85
Pergi Jua
86
Terpaksa Bangkit
87
Pelukan Mama
88
Duren
89
Asisten Baru
90
Cerdik
91
Tamu Rahasia
92
Obat Kangen
93
Tantrum
94
Masih Sayang
95
Saingan
96
Pulang
97
Kejutan Kangen
98
Tanggung Sendiri
99
Teledor Lagi
100
Bingung
101
Masih Sayang
102
Tak Faham
103
Salah Paham
104
Kenyataan
105
Kesasar
106
Asisten Jahil
107
Ungkap Fakta
108
Asmara ke dua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!