Kena Tangkap

Sampai di apartemen Altaf mengambil kotak obat untuk mengobati luka gores Ara. Tapi bukan Ara kalau nggak ngajak debat dulu. Sampai Altaf bingung menghadapi sikap Ara.

"Ra, buka jaketnya sekarang!" Kata Altaf.

"Hah, nggak mau nanti kakak lihat punggung Ara!"

"Ya jelas kakak lihat lah, kalau nggak gimana ngobatin nya, diraba-raba?" Tanya Altaf jahil.

"Kakak...! Tuh kan mesum otaknya!" Kata Ara ngegas.

"Ya habis ngobatin nya gimana kalau nggak dilihat, kalau kakak merem ya nggak pas ngoles obatnya!"

"Nggak usah diobatin aja deh, nanti juga sembuh sendiri!" Kata Ara masih dengan ngeyelnya.

"Rara....! Itu luka kena kuku, bisa infeksi!" Altaf mencoba membujuk Ara.

"Nggak usah kak, Ara udah biasa kok terluka, ini cuma luka ringan, bentar juga sembuh sendiri!" Kata Ara tambah ngeyel.

"Nggak usah bandel bisa nggak! Kakak udah biasa lihat punggung orang, nggak terang**ng juga, sini cepat!" Kata Altaf mode hilang sabarnya dengan menarik tangan Ara.

"Kakak ih....! Nggak mau, kakak suka lihat punggung siapa hayo?!" Tanya Ara tambah ngegas.

"Punggung Leo, dia suka minta dikerokin kalau masuk angin di kost an sendiri!" Kata Altaf membuat Ara tertawa lebar.

Ha....ha.....ha....

"Ya jelas lah kakak nggak terang**ng, orang badan laki, masa iya kakak minat kak Leo! Terong ketemu terong dong!" Kata Ara tanpa filter.

"Hus.....nggak boleh ngomong gitu, Rara masih kecil! Sini cepat kakak obati!" Kata Altaf makin jengkel.

"Kecil dari mananya kak, badan Ara segede ini!"

"Bisa diam nggak! Badan Rara emang gede, tapi masih dibawah umur!" Kata Altaf yang langsung membuat Ara diam dan cemberut.

"Udah, Ara mau pulang!" Kata Ara ngambek.

"Lho kok pulang, ngambek kakak bilang badan gede? Udah nggak usah ngambek, udah jelek ngambekan lagi! Lihat muka jadi bentuknya aneh gitu!" Kata Altaf yang membuat Ara mata melotot.

"Sini, nggak usah drama!" Kata Altaf mendekat ke tempat Ara berdiri dan spontan Ara menghindar.

"Rara! Sini nggak! Kakak paksa nih!" Ancam Altaf sambil mendekati Ara lagi, dan Ara terus menghindar, terjadilah kejar-kejaran seperti film India.

Akhirnya Ara tertangkap juga karena Altaf berhasil menarik jaket yang dipakai Ara, dan Ara terjatuh tertabrak Altaf.

"AUW.......!" Teriak Ara yang tertidih badan besar Altaf.

"Hih ...minggir! Badan segede hulk gitu main tubruk aja!" Kata Ara kesal.

"Ha.....ha....ha...! Makanya jangan bandel!

Kakak cuma mau obatin, nggak usah mikir macam-macam, atau memang mau kakak apa-apain hem?" Kata Altaf menggoda Ara.

"Mau Ara tabok!" Kata Ara galak.

"Ya udah, makanya sini dulu, nurut bentar bisa nggak sih!" Kata Altaf yang langsung mengunci tubuh Ara dengan tangannya hingga Ara tak bisa berbuat apa-apa selain nurut.

"Kak, kakak kok kayaknya nggak bisa bener-bener marah sama kak Dea, selalu aja baikan lagi!" Kata Ara saat Aktaf mengobati punggungnya.

"Karna kakak sama Dea udah temenan dari kecil Ra. Dea itu sepupunya mas Indra, temennya mas Alfin, dan mas Indra sendiri anak dari orang kepercayaan papa di kantor. Mas Alfin dan mas Indra temenan dari kecil sampai sekarang mas Indra jadi asistennya mas Alfin. Dulu Dea sering dibawa mas Indra main ke rumah begitu juga sebaliknya, kakak sering di ajak mas Alfin main ke rumah mas Indra. Jadi kami sudah akrab dari kecil." Altaf menjelaskan panjang lebar pada Ara, dan Ara hanya manggut-manggut.

"Tapi kayaknya kak Dea suka deh sama kakak, kak Rena juga!" Kata Ara lagi.

"Ya itu haknya Dea sama Rena, Ra, kakak nggak bisa ngelarang! Udah, masih sakit nggak?" Tanya Altaf yang sudah menyelesaikan acara pengobatannya.

"Dikit, cuma perih dikit!" Jawab Ara asal.

"Mau pakai kemeja kakak?" Tanya Altaf menawari kemejanya.

"Boleh, tapi Ara nggak mau minjem, nggak akan Ara balikin! Boleh?" Tanya Ara asal.

"Serah!" Jawab Altaf singkat.

"Kok serah doang jawabnya, kayak nggak ihklas?" Kata Ara lagi.

"Boleh Amara Calista! Puas?!" Kata Altaf membuat Ara tertawa ngakak. Dan Aftaf tersenyum sambil berjalan membawa kotak obat. Ara pulang setelah makan siang di apartemen Altaf.

Sejak itu Ara dab Altaf semakin akrab, terlihat Ara selalu ceria kalau dekat dengan Altaf. Ara semakin semangat menjalani program dietnya. Ara juga rutin perawatan di salon bersama mamanya. Malam ini Ara dan papa mamanya tengah makan malam bersama di rumah. Papa David dan mama Dinda senang dengan perubahan Ara.

"Dek, besok kita ke salon lho jangan lupa!" Kata mama Dinda mengingatkan.

"Iya mama, Ara nggak lupa!"

"Sekalian besok kita belanja, kayaknya baju-baju kamu harus ganti size deh!" Kata mama Dinda lagi.

"Bajunya udah kegedean Ra, udah sukses dietnya?" Tanya papa David.

"Menurut papa giamana?" Ara malah balik bertanya.

"Ada sih perubahan tapi dikit, cara berpakaiannya masih kayak laki! Kurang cocok!" Kata papa David membuat Ara kesal.

"Oh, jadi harus merubah penampilan juga! Kalau gitu sini uang papa, besok Ara mau belanja baju cewek yang banyak. Sampai saldo papa jebol!" Kata Ara sengaja memancing reaksi papanya. Lalu papa David berdiri dan masuk kamar. Membuat Ara dan mama Dinda heran dikira marah. Tapi tak berselang lama papa David keluar lagi.

"Ini buat Ara, Ara boleh beli apa aja yang Ara mau, asal berguna buat Ara!" Kata papa David sambil meletakkan satu kartu kredit di meja depan Ara.

"Beneran pa, nih papa mau nguji Ara apa gimana nih?" Tanya Ara.

"Beneran Ara, papa kasih itu buat Ara, buat siapa sih papa kerja siang malam kalau bukan buat Ara dan mama, kan ma?" Kata papa David sambil mengedipkan matanya jahil.

"Ih....tengkiu papa, papa memang terbaik!" Kata Ara sambil memeluk papanya.

"Mah besok Ara mau borong!" Kata Ara semangat.

Sesuai rencana pagi harinya Ara dan mama Dinda akan pergi ke salon di sebuah mall, salon langganan mama Dinda.

"Dek pakai ini, ini mama beliin udah lama tapi kamu belum pakai sampai sekarang!" Kata mama Dinda sambil mengulurkan satu dress warna marun.

"Ma, Ara nggak pede pakai yang begituan!" Jawab Ara merengek.

"Apa mau pakai hijab kayak mama, mama malah senang lho!"

"Ih mama, Ara belum siap ma!"

"Ya udah pakai ini, biar kelihatan cewek gitu lho, feminim!" Rayu mama Dinda lagi.

"Ya udah, sini Ara coba!" Kata Ara menerima dress yang di bawa mamanya. Ara memakai dress itu dan keluar kamar, mama Dinda yang menunggu di luar kamar takjub dengan penampilan sang putri.

"WOW.....Cantiknya anak mama!"

"Ih, mama nggak usah lebay deh, yuk berangkat!" Ajak Ara yang sudan membawa tas selempangnya, membuat penampilannya bertambah manis.

Episodes
1 Anak Manja
2 Teledor
3 Kesal
4 Gadis Tangguh
5 Menagih Janji
6 Ara yang Menang
7 Simpati
8 Terjebak Suasana
9 Salah Duga
10 Pergi ke Party
11 Dia Lagi Dia Lagi
12 Lelah
13 Tak Sengaja Nabrak
14 Sulit Dimengerti
15 Jawabannya
16 Kena Jitak kan
17 Kena Tangkap
18 Rayuan Maut
19 Hadiah
20 Drama
21 Mantul
22 Nah Lo Kena Kan?!
23 Pura-Pura
24 Wedding
25 MP
26 Bukti Cinta
27 Salting
28 Kepergok
29 Baru Tahu
30 Cocok
31 Lupa
32 Cemburu
33 Molor
34 Alasan
35 Kesal Sekali
36 Healing
37 Tanggap Darurat
38 Salah Lagi
39 Diam Seribu Bahasa
40 Slow Response
41 Gagal Couple
42 Tumbang
43 Kena Juga
44 Ngoyo (Memaksa Diri)
45 Damai
46 Balik Cerewet
47 Antik
48 Masa Lalu
49 Iri
50 Adil
51 Kamar Rahasia
52 Si Waginah
53 Tanding
54 Tragedi
55 Rawat Inap
56 Pulang
57 Teman Luknut
58 Mencari Tahu
59 Kacau
60 Luka
61 Mencari Jejak
62 Luluh
63 Suka Nempel
64 Dikejar Balik
65 Jujur
66 Suara Gagak
67 Kejutan
68 Jumpa Kangen
69 Tidak Wajar
70 Kesan Terakhir
71 Pilu
72 Duka
73 Kaget
74 Kehilangan Lagi
75 Batin Menjerit
76 Pupus
77 Tulus
78 Seribu Rayuan
79 Rambut Baru
80 Sabar Lagi
81 Curhatan Hati
82 Puncak Ego
83 Tak Terima
84 Pasrah
85 Pergi Jua
86 Terpaksa Bangkit
87 Pelukan Mama
88 Duren
89 Asisten Baru
90 Cerdik
91 Tamu Rahasia
92 Obat Kangen
93 Tantrum
94 Masih Sayang
95 Saingan
96 Pulang
97 Kejutan Kangen
98 Tanggung Sendiri
99 Teledor Lagi
100 Bingung
101 Masih Sayang
102 Tak Faham
103 Salah Paham
104 Kenyataan
105 Kesasar
106 Asisten Jahil
107 Ungkap Fakta
108 Asmara ke dua
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Anak Manja
2
Teledor
3
Kesal
4
Gadis Tangguh
5
Menagih Janji
6
Ara yang Menang
7
Simpati
8
Terjebak Suasana
9
Salah Duga
10
Pergi ke Party
11
Dia Lagi Dia Lagi
12
Lelah
13
Tak Sengaja Nabrak
14
Sulit Dimengerti
15
Jawabannya
16
Kena Jitak kan
17
Kena Tangkap
18
Rayuan Maut
19
Hadiah
20
Drama
21
Mantul
22
Nah Lo Kena Kan?!
23
Pura-Pura
24
Wedding
25
MP
26
Bukti Cinta
27
Salting
28
Kepergok
29
Baru Tahu
30
Cocok
31
Lupa
32
Cemburu
33
Molor
34
Alasan
35
Kesal Sekali
36
Healing
37
Tanggap Darurat
38
Salah Lagi
39
Diam Seribu Bahasa
40
Slow Response
41
Gagal Couple
42
Tumbang
43
Kena Juga
44
Ngoyo (Memaksa Diri)
45
Damai
46
Balik Cerewet
47
Antik
48
Masa Lalu
49
Iri
50
Adil
51
Kamar Rahasia
52
Si Waginah
53
Tanding
54
Tragedi
55
Rawat Inap
56
Pulang
57
Teman Luknut
58
Mencari Tahu
59
Kacau
60
Luka
61
Mencari Jejak
62
Luluh
63
Suka Nempel
64
Dikejar Balik
65
Jujur
66
Suara Gagak
67
Kejutan
68
Jumpa Kangen
69
Tidak Wajar
70
Kesan Terakhir
71
Pilu
72
Duka
73
Kaget
74
Kehilangan Lagi
75
Batin Menjerit
76
Pupus
77
Tulus
78
Seribu Rayuan
79
Rambut Baru
80
Sabar Lagi
81
Curhatan Hati
82
Puncak Ego
83
Tak Terima
84
Pasrah
85
Pergi Jua
86
Terpaksa Bangkit
87
Pelukan Mama
88
Duren
89
Asisten Baru
90
Cerdik
91
Tamu Rahasia
92
Obat Kangen
93
Tantrum
94
Masih Sayang
95
Saingan
96
Pulang
97
Kejutan Kangen
98
Tanggung Sendiri
99
Teledor Lagi
100
Bingung
101
Masih Sayang
102
Tak Faham
103
Salah Paham
104
Kenyataan
105
Kesasar
106
Asisten Jahil
107
Ungkap Fakta
108
Asmara ke dua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!