Denok Shock

"Ayo yah, Mas Dirga mau ngajak kita ke suatu tempat", ujar Bara sambil menggandeng tangan Bagas.

Laki-laki baru baya itu mengernyit heran, namun ia tetap mengikuti langkah kaki anak bungsunya ke mobil yang ada di halaman.

"Kita mau kemana, Nak Dirga?" tanya Bagas penasaran.

Dirga yang sudah duduk dalam mobil tersenyum simpul, dia dan Bara saling bertukar pandang dan tak luput dari tatapan heran Bagas.

"Kalian ini sedang merencanakan apa sih?" tanyanya bingung.

"Yang pasti ini kejutan untuk Ayah", sahut Dirga mantap.

"Bar, kita mau kemana?"

Tak berhasil bertanya pada Dirga, Bagas beralih pada anak bungsunya. Namun sayang, sepertinya Bara tak berniat memberitahu tujuan mereka dan sengaja mengangkat bahu.

"Tanya mas Dirga saja, Yah. Bara gak tahu apa-apa" jawabnya sambil memalingkan wajah

"Ya Allah, kalian ini ada-ada saja. Ayah jadi penasaran, mana ibu kalian di bawa Tari dan Mira", keluhnya sambil bersandar di sandaran jok mobil.

Sopir yang mengantar mereka membelokkan mobil ke sebuah rumah, dan setelah mobil berhenti dis dengan sigap mengeluarkan kursi roda Dirga. Laki-laki itu membantu Dirga turun dari mobil. Terlihat sudah terbiasa.

Bara dan Bagas sangat takjub melihat dengan keuletannya.

"Saya harus banyak belajar dari Pak Didin. Biar besok-besok bisa membantu Mas Dirga jika mau kemana-mana ", ujar Bara pelan.

"Jangan, Den Bara. Saya mah sudah terbiasa begini, di kota juga saya supir pribadinya Tuan Dirga", sahut Didin cepat.

"Kita ngapain ke rumah Pak Lurah, Nak?" tanya Bagas lagi.

Dia sedikit melirik ke arah kanan, dimana rumah Denok berada. Karena rumah Pak Lurah tidak mempunyai pagar, mereka bisa dengan leluasa melihat-lihat rumah tetangga.

Tak sengaja Bagas melihat Denok sedang menjemur pakaian. adiknya itu langsung beranjak mendekati mereka. Benar-benar mudah di tebak, karena Denok adalah orang yang suka kepo dengan urusan orang lain.

"Ngapain kamu disini, Mas?" tanya Denok dengan mata menyelidik, dia sekilas melirik Dirga dengan tatapan mengejek. "Mau minta bansos?" tanyanya lagi.

Bagas diam saja, karena jujur saja dia juga tidak tau apa maksud mereka datang kesini.

"Ayo Pak Didin, kita masuk kedalam!" ucap Dirga terdengar tegas. "Bar, ajak Ayah juga!" katanya sambil memberi isyarat pada Bara agar tidak meladeni Denok.

Mereka berempat berjalan maju, dan Pak Lurah sudah menunggu mereka di teras. Denok gegas ikut, dia tidak akan melewatkan apapun yang terjadi nantinya.

"Masuk, Mas Dirga. Pak Beni tadi menelpon saya, katanya Mas Dirga sendiri yang akan datang" sapa pak Lurah ramah. "Pak Bagas apa kabar? Saya belum sempat datang berkunjung kerumah pak Bagas yang baru. Kapan diadakan acar syukurannya?" tanyanya lagi dengan ramah.

"Rumah Tari, itu Pak. Bukan rumah saya", sahut Bagas cepat. " Insyaallah syukuran akan di adakan sehari sebelum resepsi pernikahan Mentari dan Nak Dirga, Pak".

"Saya tunggu undangannya", kata pak Lurah lagi. "Ayo silahkan masuk semuanya!"

Denok yang dari tadi juga ad disana diam saja, ia masih berusaha menyimak semua yang terjadi. Dari kemarin mereka semua sudah mengetahui bahwa rumah mewah yang ada di sebelah rumah Narti adalah rumah Mentari, walaupun masih belum menerima tapi mereka tidak bisa apa-apa.

Spekulasi sementara adalah Mentari di tipu oleh suami dan mertuanya. Mereka meminjam uang di Bank atau pada majikan mereka, dan nantinya Mentari akan ikut melunasi hutang keluarga suaminya dengan cara bekerja sebagai pembantu.

Denok dengan tidak tau malunya ikut masuk, semua pasang mata melihat kearahnya, tapi dia cuek saja. pak Lurah diam saja, karena dia tahu Denok adalah adiknya Bagas dan dia mengira bahwa Denok mungkin di undang mereka.

"Jadi, bagaimana Pak? Apakah setuju dengan harga yang saya tawarkan?" tanya Dirga tanpa basa-basi.

"Ya ampun, Mas. Mana mungkin saya gak setuju? Harganya pas begitu. Sesuai apa apa yang saya beritakan, bahkan Mas Dirga gak nawar". Pak Lurah jawab dengan cepat.

Dirga mengangguk dengan puas, dia hampir berbicara lagi sebelum seorang wanita datang membawa nampan berisi minuman dan cemilan.

"Diminum, semuanya ", ujarnya sambil tersenyum. Dia kemudian ikut duduk di samping Pak Lurah.

"Dinikmati dulu suguhan ala kadarnya dari kami, Pak, Mas. istri saya bakat bikin kue, loh", pak Lurah tersenyum kecil.

Sejenak kegiatan mereka terhenti dengan kegiatan mereka mencicip hidangan yang disediakan oleh istri Pak Lurah. Denok juga ikut menikmati cemilan itu dengan lahap.

"Bu Denok hadir juga, ya", ujar istri pak Lurah

"Eh, iya Bu", Denok sahut cepat. "ngomong-ngomong ada apa ini, Bu? Kok Mas Bagas kesini?", tanyanya kepo.

Istrinya pak Lurah mengernyitkan dahi, ia heran kenapa Denok bertanya padahal ia juga ikut kesini.

"Saya juga bingung, ada apa ya, Pak Lurah? Saya kesini sama sekali tidak tahu apa-apa, anak-anak saya ini suka sekali main rahasia-rahasia an", kata Bagas sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lah dalah, Mas. Kalau gak tahu ngapain mau ikut? Menantumu itu mau minta bansos loh, malu-maluin saja!" Cibir Denok.

"Apaan sih, Lek? Siapa juga yang mau minta bansos? Sok tahu banget", jawab Bara gemas. "kami dulu waktu susah juga gak mau menerima bansos, masak sekarang sudah senang minta bansos. Yo, Ndak mungkin?" jawabnya lagi.

"Hei, kamu itu masih kecil. Jangan sukanya ikut campur urusan orang dewasa, dasar gak punya adab!" sambar Denok kesal.

Dirga memasang wajah datar. Benar apa yang dikatakan Beni. Saudara mertuanya ini memang banyak omong, dan suka sekali merendahkan keluarga mertuanya. Benar-benar tidak pantas untuk dicontoh.

"Sudah-sudah, Bu Denok, kok malah bikin keributan, sih? Lagian siapa yang mau minta bansos? Mas Dirga datang kemari tidak ada urusannya dengan bansos", tukas pak Lurah cepat, takutnya Denok bikin ulah lagi. "Jadi akan saya jelaskan, bagi yang belum tahu seperti pak Bagas dan Bu denok. Saya itu sedang menjual kebun sawit yang ada di samping kebun Bu Denok ___",

Kenapa di jual, Pak? Kan, sayang. Manalagi produktif, hasilnya juga banyak ", Denok gegas memotong. "Lagian kebun pak lurah kan luas, siapa yang mau beli?", tanyanya lagi.

"Saya mau beli rumah dikota untuk anak saya, dan yang beli sudah ada kok. Jadi Bu Denok gak perlu khawatir ", sahut istri Pak Lurah cepat, kesal karena omongi suaminya di potong Denok. Sangat tidak sopan! Batinnya geram.

"Lah! Sudah ada yang beli? Siapa?" tanya Denok kepo.

"orangnya ada di sebelah Bu Denok, itu", sahut cepat pak Lurah.

"Hah?" Denok dan Bagas tanya kompak.

"sebenarnya Mas Dirga yang beli, tapi katanya suratnya mau di buat atas nama mertuanya yaitu pak Bagas", kata pak Lurah lagi.

"Apa?" Denok memekik kaget.

"Ya Allah, Nak" Bagas sampai tidak bisa berkata apa-apa.

"Jumlahnya 14 hektar ya, Mas. Kemarin pak Beni sudah survei lapangan dan juga sudah di ukur, sesuai dengan sertifikatnya. Selanjutnya tinggal proses balik nama", kata pak Lurah tenang.

"Baik pak, saya mengerti", sahut Dirga sopan.

"Nanti Pak Bagas tinggal ngasih data diri lengkap untuk surat-surat yang diperlukan", kata pak Lurah lagi.

"Baik, Pak. Tapi ini beneran Nak, Dirga? Apa tidak terlalu berlebihan?", Tanya Bagas tidak enak.

"Lah, berlebihan apanya, Yah? kalau kampung ini jual juga, akan saya beli untuk, Ayah", jawab Dirga sombong, dan dia terkekeh dalam hati saat melihat wajah Denok memucat.

...**********************...

Terpopuler

Comments

Christina Hartini

Christina Hartini

orang yang suka julid, iri dengki dan kepoan memang hrs dikasih sock terapi biar jantungan sekalian🤣

2025-01-05

0

febby fadila

febby fadila

sedikit harus menyombongkan diri buat bungkam orang2 yg suka iri hati

2024-12-08

0

lihat semua
Episodes
1 Calon Suami Lumpuh
2 Ejekan dari keluarga Part 1
3 Ejekan Dari Keluarga Part 2
4 Sifat keluarga besar yang di Luar Nurul
5 Hinaan dari Mantan
6 Akad Nikah Semua Orang Syok!!!
7 Tidak Ada Pelet!
8 Denok Kepo Uang Mahar Asli atau Palsu
9 Penasaran Dengan Pemilik Rumah Mewah
10 Melihat Rumah Baru
11 Obrolan Beni Dan Dirga
12 Pindahan
13 Tak Bisa Berkata-kata
14 Mega Terlalu Percaya Diri
15 Kejutan dari Dirga
16 Gendis mempermalukan dirinya sendiri.
17 Denok Shock
18 Dirga Cemburu
19 Anak Konglomerat
20 Identitas Dirga Sebenarnya
21 Memutus Kerja Sama
22 Berkunjung kerumah mertua
23 Bertengkar
24 Reza berusaha mendekati Mentari lagi
25 Peduli
26 Reza dan Gendis bertengkar
27 kebohongan
28 Di fitnah
29 Tamu tak diundang
30 Orang Asing yang tidak Penting
31 Perlawanan !
32 Meminta untuk Gadaikan SK
33 Ancaman Untuk Narti
34 Curiga
35 Mencecar Yanto
36 Mau terapi kembali
37 Narti bikin ulah
38 Di Serang Balik
39 Ines meminta bantuan Bella
40 Ancaman!!
41 Menginap
42 Misi Gagal
43 Di Bohongi Dewi
44 Mencari Cara
45 Di kerjain
46 Di Usir
47 Dirga Mulai Tertarik pada Mentari
48 Ingin Pinjam Uang
49 Sudah Salah, Masih Membela Diri!!
50 Bella di Hukum
51 Kata Sayang!!!
52 Menstalking
53 Kiriman Makana misterius
54 Gendis ketahuan
55 Pajangan Foto Segede gaban
56 Pindahan
57 Kecolongan
58 Gusar
59 Tak Punya Muka
60 Jemput Paksa
61 Bisa Berjalan Lagi
62 Mundur
63 Di fitnah
64 Bella di tolong Mentari
65 Makan malam
66 Menolak untuk membantu Ines
67 acara syukuran
68 Gagal
69 sudah di ujung tanduk
70 Mendatangi Rumah Mertua
71 Rencana Reno dan Soraya
72 Curhat
73 Keguguran
74 Menjenguk Gendis
75 Malam Pertama yang Tertunda
76 Meminta Maaf Pada Bella
77 Menggadaikan Sertifikat Rumah
78 Di Kira Hamil
79 Memeriksa CCTV
80 Tamu yang Mengejutkan
81 Ketahuan
82 Kecewa
83 Gendhis Masih belum berubah
84 Bersikap tegas
85 Bingung mencari bantuan
86 Terkena Adzab
87 Di Gadaikan Adik Ipar
88 Curiga
89 Ke Kota Bersama
90 Menawarkan Perabotan Rumah
91 Berunding
92 Ketahuan
93 Orangtua Ines Datang
94 Minta pertanggungjawaban
95 Grup WA
96 Datang ke kantor
97 Tak Sengaja Bertemu Teman SMP
98 Bernegosiasi
99 Pamer kekayaan
100 Mengantar Bekal Makan Siang
101 Jadi Bahan Hujatan Digrup Alumni
102 Ines sudah tidak waras
103 Tiga Persyaratan
104 Mengembalikan sertifikat
105 Gosip menyebar
106 Bertemu Temen Julid Lagi
107 Reunian
108 Semua orang tercengang
109 Mendatangi Rumah Mentari
110 Bertemu Ines di Mall
111 Alex kembali
112 Rencana perjodohan
113 Di paksa menerima lamaran Alex
114 Senjata makan tuan
115 Tidak percaya
116 Menghindar
117 Diskusi
118 Kembalinya Sang Mantan
119 Beratnya Syarat kedua dan ketiga
120 Rencana liburan
121 Ketemu dua demit
122 Mendorong motor
123 Nenek Lampir
124 Tiga bersaudara pergi ke rumah Bagas
125 Rencana Datang Kereunian Kampus
126 Tegasnya Laras
127 Ketahuan
128 Mempermalukan Ines
129 Pelakor tak punya malu
130 Bergosip
131 kecoak
132 selingkuh teriak selingkuh
133 Ketahuan.
134 Fitnah
135 Cinta boleh tapi jangan bodoh
136 Suka cari-cari masalah
137 Gosip beredar
138 Kehadiran Sang Nenek
139 Ancaman
140 Nenek julid
141 Di ajak ikut Arisan
142 Pamer kekayaan
143 Merasa tersaingi
144 Pertemuan yang tidak sengaja
145 Perdebatan yang cukup alot
146 Membeli perhiasan baru
147 Caper
148 Mencoba mempengaruhi Bagas Kemabli
149 Kedatangan Seruni ke Desa
150 Mengajak Mira tinggal bersama
151 Fira hamil
152 Pencuri sebenarnya
153 Laras di fitnah
154 Ingin pinjam mobil
155 Rencana mestop uang jatah
156 meminta bantuan pada Reza
157 Bertengkar
158 Narti mencoba menghasut Bagas
159 Menolak dijodohkan
160 Resepsi pernikahan Ines dan Alex
161 Gendhis belum bisa move on
162 Puspa berusaha membujuk Heny
163 seperti roller coaster
164 dengan tegas menolak
165 Mahar lima ratus ribu
166 memaksakan ingin mengadakan resepsi
167 Pinjam uang
168 berkunjung ke rumahnya Farhan
169 Minta dinikahi secepatnya
170 Tidak menginginkan anak-anak Farhan
Episodes

Updated 170 Episodes

1
Calon Suami Lumpuh
2
Ejekan dari keluarga Part 1
3
Ejekan Dari Keluarga Part 2
4
Sifat keluarga besar yang di Luar Nurul
5
Hinaan dari Mantan
6
Akad Nikah Semua Orang Syok!!!
7
Tidak Ada Pelet!
8
Denok Kepo Uang Mahar Asli atau Palsu
9
Penasaran Dengan Pemilik Rumah Mewah
10
Melihat Rumah Baru
11
Obrolan Beni Dan Dirga
12
Pindahan
13
Tak Bisa Berkata-kata
14
Mega Terlalu Percaya Diri
15
Kejutan dari Dirga
16
Gendis mempermalukan dirinya sendiri.
17
Denok Shock
18
Dirga Cemburu
19
Anak Konglomerat
20
Identitas Dirga Sebenarnya
21
Memutus Kerja Sama
22
Berkunjung kerumah mertua
23
Bertengkar
24
Reza berusaha mendekati Mentari lagi
25
Peduli
26
Reza dan Gendis bertengkar
27
kebohongan
28
Di fitnah
29
Tamu tak diundang
30
Orang Asing yang tidak Penting
31
Perlawanan !
32
Meminta untuk Gadaikan SK
33
Ancaman Untuk Narti
34
Curiga
35
Mencecar Yanto
36
Mau terapi kembali
37
Narti bikin ulah
38
Di Serang Balik
39
Ines meminta bantuan Bella
40
Ancaman!!
41
Menginap
42
Misi Gagal
43
Di Bohongi Dewi
44
Mencari Cara
45
Di kerjain
46
Di Usir
47
Dirga Mulai Tertarik pada Mentari
48
Ingin Pinjam Uang
49
Sudah Salah, Masih Membela Diri!!
50
Bella di Hukum
51
Kata Sayang!!!
52
Menstalking
53
Kiriman Makana misterius
54
Gendis ketahuan
55
Pajangan Foto Segede gaban
56
Pindahan
57
Kecolongan
58
Gusar
59
Tak Punya Muka
60
Jemput Paksa
61
Bisa Berjalan Lagi
62
Mundur
63
Di fitnah
64
Bella di tolong Mentari
65
Makan malam
66
Menolak untuk membantu Ines
67
acara syukuran
68
Gagal
69
sudah di ujung tanduk
70
Mendatangi Rumah Mertua
71
Rencana Reno dan Soraya
72
Curhat
73
Keguguran
74
Menjenguk Gendis
75
Malam Pertama yang Tertunda
76
Meminta Maaf Pada Bella
77
Menggadaikan Sertifikat Rumah
78
Di Kira Hamil
79
Memeriksa CCTV
80
Tamu yang Mengejutkan
81
Ketahuan
82
Kecewa
83
Gendhis Masih belum berubah
84
Bersikap tegas
85
Bingung mencari bantuan
86
Terkena Adzab
87
Di Gadaikan Adik Ipar
88
Curiga
89
Ke Kota Bersama
90
Menawarkan Perabotan Rumah
91
Berunding
92
Ketahuan
93
Orangtua Ines Datang
94
Minta pertanggungjawaban
95
Grup WA
96
Datang ke kantor
97
Tak Sengaja Bertemu Teman SMP
98
Bernegosiasi
99
Pamer kekayaan
100
Mengantar Bekal Makan Siang
101
Jadi Bahan Hujatan Digrup Alumni
102
Ines sudah tidak waras
103
Tiga Persyaratan
104
Mengembalikan sertifikat
105
Gosip menyebar
106
Bertemu Temen Julid Lagi
107
Reunian
108
Semua orang tercengang
109
Mendatangi Rumah Mentari
110
Bertemu Ines di Mall
111
Alex kembali
112
Rencana perjodohan
113
Di paksa menerima lamaran Alex
114
Senjata makan tuan
115
Tidak percaya
116
Menghindar
117
Diskusi
118
Kembalinya Sang Mantan
119
Beratnya Syarat kedua dan ketiga
120
Rencana liburan
121
Ketemu dua demit
122
Mendorong motor
123
Nenek Lampir
124
Tiga bersaudara pergi ke rumah Bagas
125
Rencana Datang Kereunian Kampus
126
Tegasnya Laras
127
Ketahuan
128
Mempermalukan Ines
129
Pelakor tak punya malu
130
Bergosip
131
kecoak
132
selingkuh teriak selingkuh
133
Ketahuan.
134
Fitnah
135
Cinta boleh tapi jangan bodoh
136
Suka cari-cari masalah
137
Gosip beredar
138
Kehadiran Sang Nenek
139
Ancaman
140
Nenek julid
141
Di ajak ikut Arisan
142
Pamer kekayaan
143
Merasa tersaingi
144
Pertemuan yang tidak sengaja
145
Perdebatan yang cukup alot
146
Membeli perhiasan baru
147
Caper
148
Mencoba mempengaruhi Bagas Kemabli
149
Kedatangan Seruni ke Desa
150
Mengajak Mira tinggal bersama
151
Fira hamil
152
Pencuri sebenarnya
153
Laras di fitnah
154
Ingin pinjam mobil
155
Rencana mestop uang jatah
156
meminta bantuan pada Reza
157
Bertengkar
158
Narti mencoba menghasut Bagas
159
Menolak dijodohkan
160
Resepsi pernikahan Ines dan Alex
161
Gendhis belum bisa move on
162
Puspa berusaha membujuk Heny
163
seperti roller coaster
164
dengan tegas menolak
165
Mahar lima ratus ribu
166
memaksakan ingin mengadakan resepsi
167
Pinjam uang
168
berkunjung ke rumahnya Farhan
169
Minta dinikahi secepatnya
170
Tidak menginginkan anak-anak Farhan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!