Ejekan dari keluarga Part 1

" Loh! Ini mana yang malu melamar? Kok tidak ada? Apakah Bapak ini yang akan menjadi calon suami keponakan kami?" tanya Bulek Narti.

"Kamu mau menikah sama Bapak-bapak itu, Tar? Aku tahu kalo kamu iri sama Gendis, karena dia sudah menikah duluan... Tapi tidak gini juga dong!" imbuhnya lagi.

Suara bisik-bisik mulai terdengar di telingaku. Terlihat jelas jika keluarga dari ayahku mengejekku. Karena mereka dari dulu tidak begitu suka kepada keluargaku. Apalagi sekarang mereka mengira aku akan di lamar oleh bapak-bapak. Padahal orang yang datang bersama Bu Dita bukanlah calonku, melainkan suaminya Bu Dita sendiri yaitu pak Revan.

"Kamu kalau kebelet kawin gak apa-apa sama buruh pabrik, tapi gak harus sama Om-om juga kali, Tari! Buat malu saja tau!" ujar Gendis dari pojokan dengan nada mengejek.

"Narti! Gendis! Kalian ini apa-apaan sih? jangan buat malu di depan tamuku!" ucap Ayah sambil menahan malu.

Lalu Ayah bangkit dari duduknya dan mempersilahkan Bu Dita dan Pak Revan masuk. Sepertinya mereka datang cuma berdua saja, tidak membawa rombongan.

"Maaf ya, Pak, Bu. Kalau perkataan keluarga saya terlalu ceplas-ceplos". Ucap bapak sambil menunduk, karena merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa, Pak. Tidak apa-apa". Jawab cepat Bu Dita.

meskipun sebenarnya, terlihat jelas dari raut wajahnya yang teramat enggan. Setelah semua orang duduk, Pak Revan yang dari tadi diam saja, mulai mengeluarkan suaranya, yang terdengar tegas dan juga berat. Jadi beliau terlihat tambah berwibawa.

"Pak, Bu. Saya dan istri saya malam ini ingin menyampaikan niat baik saya untuk melamar Mentari untuk putra saya. Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri saya dulu,

perkenalkan nama saya Revan dan istri saya Dita orang tua dari laki-laki yang akan melamar Mentari". Ucap Pak Revan dengan senyum kecil. "Jadi... Kalian disini jangan sampai salah menduga-duga kalau Mentari akan menikah dengan laki-laki tua seperti Saya". imbuh pak Revan.

"Sekali lagi, maafkan saudara-saudara saya, Pak. Saya benar-benar mohon maaf". Kata Ayah dengan raut wajah bersalah. Bagaimanapun Pak Revan dan Bu Dita adalah pemilik dari pabrik garmen tempat Ayah bekerja. Jadi mereka berdua adalah Bosnya Ayah.

"Tidak apa-apa Pak Bagas, yang terpenting saya sudah memberi tahu, agar tidak terjadi salah paham lagi". Jawab pak Revan dengan senyum kecil.

"Oh.. Jadi Bapak ini orang tua dari laki-laki yang akan melamar Mentari, toh? Jadi syukurlah, kalau Mentari tidak menikah dengan bapak-bapak tua karena kebelet kawin. Takutnya nanti gara-gara kehidupannya Mentari memprihatinkan jadi terpaksa mau menikah dengan Bapak-bapak tua, untuk memperbaiki kehidupannya". Kata Bulek Denok dengan nada mengejek.

Aku menunduk bukan karena malu, melainkan menahan amarah karena mendengar omongan pedas Bulek Denok. Andai disini tidak ada Bu Dita dan Pak Revan, pasti Aku sudah membalas omongan pedasnya Bulek Denok tadi.

Aku tidak habis pikir. Bagaimana bisa, ia ngomong seperti itu di depan orang lain? Padahal aku ini keponakannya sendiri.

"Nah, betul itu Pak! Wajarlah kalau kami tadi berfikiran seperti itu, karena bagaimana pun Mentari adalah keponakan kami. Jadi kamu tahu watak Mentari yang sebenarnya seperti apa? Karena Mentari itu iri sama Gendis yang sudah bahagia karena menikah duluan dengan Abdi negara. Jadi saat melihat Bapak tadi, kami langsung mengira bahwa Mentari rela menikah dengan Bapak-bapak asalkan keluar dari lingkaran kemiskinan!" ucap Bulek Dewi

"Astaghfirullah, Wi! Bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu?" ucap ibu dengan kesal.

Baru kali ini ibu meladeni ucapan mereka. Padahal sebelumnya Ibu tidak pernah meladeni ucapan mereka yang pedas itu. Mungkin ibu kesal dengan ucapan mereka yang sudah sangat keterlaluan.

"Kamu ini kenapa sih Mbak? Aku kan cuma bercanda saja, jadi gak perlu diambil hati juga kali!" ucap Bulek Narti santai. "Ya sudah lanjutkan lagi acaranya. Tapi, ngomong-ngomong kenapa putra kalian tidak ikut kesini?" Bulek Narti mengalihkan pembicaraan.

Aku mendongak dan langsung menoleh ke arah Pak Revan dan Bu Dita. karena aku juga begitu penasaran, kenapa Dirga tidak datang untuk melamar ku? Padahal aku juga pengen tahu seperti apa Dirga sebenarnya. Meskipun aku sudah tau, tapi melalui foto yang ditunjukkan oleh Bu Dita.

"Eh, tunggu dulu! Dari tadi Aku lihat-lihat sepertinya kalian ini bukan dari kalangan orang miskin, ya? Karena dilihat dari baju yang di pakai kelihatan mahal dan juga kesini bawa mobil lagi. Padahal kami mengira Mentari akan dilamar oleh seorang buruh pabrik". Ucap Bulek Denok dengan wajah mengejek.

"Iya, Alhamdulillah kami bekerja di tempat seorang pengusaha terkenal dan kami di ijinkan memakai mobilnya datang kemari untuk melamar Mentari ", sahut Bu Dita datar.

"Oh, ternyata pembantu,toh! Pasti suaminya seorang supir? Ternyata, calon suami Mentari adalah anak dari seorang sopir. Lebih baik sih dari pada buruh pabrik, tapi derajatnya masih lebih tinggi dari suami Gendis, yaitu seorang abdi negara". Ucap Bulek Narti sambil memuji-muji menantunya.

"Iya, saya adalah seorang sopir dan istri saya seorang pembantu di rumah Kakaknya yang mempunyai perusahaan garmen di desa ini". Pak Dirga menyahuti ucapan saudara dari ayah.

Aku, bapak dan juga Ibu, saling pandang. Kami heran dengan ucapan Pak Revan barusan. Kenapa mereka berbicara seperti itu. Padahal mereka berdua adalah pemilik perusahaan garmen sebenarnya yang ada disini.

Setahuku yang mengelola adalah adiknya Bu Dita sendiri. Tapi kenapa mereka harus berbohong?

padahal saat ini bisa dilihat langsung tatapan dari saudara-saudara Ayahku dengan tatapan mengejek kepada Bu Dita dan Pak Revan. Dan pastinya mereka merasa orang tua Dirga nantinya bisa di injak-injak.

"Wah! Ternyata kalian ini bekerja pada saudaranya Pak Beni, ya? Pak Beni adalah pemilik dari pabrik garmen yang ada disini.

Dan ternyata kalian bekerja pada saudaranya yang ada di pusat kota? Benar begitu kan? Baik sekali mereka, bahkan mereka Sudi meminjamkan mobilnya untuk melamar anak orang, agar kalian terlihat kaya malam ini". Terang-terangan Bulek Dewi mengejek.

"Ya.. Begitulah, Alhamdulillah majikan kami sangat baik". Jawab Bu Dita santai.

"Baiklah, pak. Bagaimana dengan lamaran kami? Apakah keluarga Pak Bagas menerimanya?" Tanya pak Revan.

"Kalau keluarga saya sih, semua jawaban kami serahkan kepada Mentari. Karena yang akan menjalaninya nanti juga Mentari". Ucap Ayah dengan lembut.

"Nak, Mentari. Ibu dan Bapak datang kemari ingin melamar kamu, seperti yang sudah kita bicarakan tempo hari lalu. Bagaimana? Apakah kamu mau menerima Dirga sebagai suamimu?" tanya Bu Dita kepadaku dengan senyuman.

"Iya, Bu. Saya menerima lamarannya Mas Dirga sebagai suamiku". Jawabku

Karena ku tahu ini hanyalah sebuah formalitas saja. Karena sebenarnya Aku, ayah, Ibu, dan Bu Dita sudah berbicara panjang lebar tentang hal ini, dan aku telah menerima Dirga sebagai suamiku.

Karena Bu Dita telah memintaku atau lebih tepatnya mengancam keluargaku. Jika aku tidak menerima lamarannya Dirga, maka Ayahku terancam akan di pecat dari pekerjaannya.

"Oh iya, Bu. Ngomong-ngomong anaknya kok tidak ikut datang kemari? kalau boleh tahu pekerjaannya apa ya?" tanya Bulek Denok tiba-tiba.

"Kebetulan putra saya tidak bekerja, Bu. Dia di rumah saja, karena dia memang lumpuh, kakinya tidak bisa di gerakkan". Jawab Bu Dita dengan wajah yang sulit aku artikan.

"HAHAHAHA". tiba-tiba terdengar suara gelak tawa yang memenuhi isi rumahku.

...****************...

Terpopuler

Comments

Yudi Sudiantoro

Yudi Sudiantoro

duh amit2 ada di circle keluarga modelan begitu ,,, mulutnya amit2 nyinyirnya ga ketolong

2025-01-06

0

langkitang

langkitang

punya keluarga kayak gini harus di apain ya enak nya 😏😏

2025-01-18

0

Nofta Putri

Nofta Putri

salah arti kn cuyy,,orky itu/Smile//Smile/

2025-02-28

0

lihat semua
Episodes
1 Calon Suami Lumpuh
2 Ejekan dari keluarga Part 1
3 Ejekan Dari Keluarga Part 2
4 Sifat keluarga besar yang di Luar Nurul
5 Hinaan dari Mantan
6 Akad Nikah Semua Orang Syok!!!
7 Tidak Ada Pelet!
8 Denok Kepo Uang Mahar Asli atau Palsu
9 Penasaran Dengan Pemilik Rumah Mewah
10 Melihat Rumah Baru
11 Obrolan Beni Dan Dirga
12 Pindahan
13 Tak Bisa Berkata-kata
14 Mega Terlalu Percaya Diri
15 Kejutan dari Dirga
16 Gendis mempermalukan dirinya sendiri.
17 Denok Shock
18 Dirga Cemburu
19 Anak Konglomerat
20 Identitas Dirga Sebenarnya
21 Memutus Kerja Sama
22 Berkunjung kerumah mertua
23 Bertengkar
24 Reza berusaha mendekati Mentari lagi
25 Peduli
26 Reza dan Gendis bertengkar
27 kebohongan
28 Di fitnah
29 Tamu tak diundang
30 Orang Asing yang tidak Penting
31 Perlawanan !
32 Meminta untuk Gadaikan SK
33 Ancaman Untuk Narti
34 Curiga
35 Mencecar Yanto
36 Mau terapi kembali
37 Narti bikin ulah
38 Di Serang Balik
39 Ines meminta bantuan Bella
40 Ancaman!!
41 Menginap
42 Misi Gagal
43 Di Bohongi Dewi
44 Mencari Cara
45 Di kerjain
46 Di Usir
47 Dirga Mulai Tertarik pada Mentari
48 Ingin Pinjam Uang
49 Sudah Salah, Masih Membela Diri!!
50 Bella di Hukum
51 Kata Sayang!!!
52 Menstalking
53 Kiriman Makana misterius
54 Gendis ketahuan
55 Pajangan Foto Segede gaban
56 Pindahan
57 Kecolongan
58 Gusar
59 Tak Punya Muka
60 Jemput Paksa
61 Bisa Berjalan Lagi
62 Mundur
63 Di fitnah
64 Bella di tolong Mentari
65 Makan malam
66 Menolak untuk membantu Ines
67 acara syukuran
68 Gagal
69 sudah di ujung tanduk
70 Mendatangi Rumah Mertua
71 Rencana Reno dan Soraya
72 Curhat
73 Keguguran
74 Menjenguk Gendis
75 Malam Pertama yang Tertunda
76 Meminta Maaf Pada Bella
77 Menggadaikan Sertifikat Rumah
78 Di Kira Hamil
79 Memeriksa CCTV
80 Tamu yang Mengejutkan
81 Ketahuan
82 Kecewa
83 Gendhis Masih belum berubah
84 Bersikap tegas
85 Bingung mencari bantuan
86 Terkena Adzab
87 Di Gadaikan Adik Ipar
88 Curiga
89 Ke Kota Bersama
90 Menawarkan Perabotan Rumah
91 Berunding
92 Ketahuan
93 Orangtua Ines Datang
94 Minta pertanggungjawaban
95 Grup WA
96 Datang ke kantor
97 Tak Sengaja Bertemu Teman SMP
98 Bernegosiasi
99 Pamer kekayaan
100 Mengantar Bekal Makan Siang
101 Jadi Bahan Hujatan Digrup Alumni
102 Ines sudah tidak waras
103 Tiga Persyaratan
104 Mengembalikan sertifikat
105 Gosip menyebar
106 Bertemu Temen Julid Lagi
107 Reunian
108 Semua orang tercengang
109 Mendatangi Rumah Mentari
110 Bertemu Ines di Mall
111 Alex kembali
112 Rencana perjodohan
113 Di paksa menerima lamaran Alex
114 Senjata makan tuan
115 Tidak percaya
116 Menghindar
117 Diskusi
118 Kembalinya Sang Mantan
119 Beratnya Syarat kedua dan ketiga
120 Rencana liburan
121 Ketemu dua demit
122 Mendorong motor
123 Nenek Lampir
124 Tiga bersaudara pergi ke rumah Bagas
125 Rencana Datang Kereunian Kampus
126 Tegasnya Laras
127 Ketahuan
128 Mempermalukan Ines
129 Pelakor tak punya malu
130 Bergosip
131 kecoak
132 selingkuh teriak selingkuh
133 Ketahuan.
134 Fitnah
135 Cinta boleh tapi jangan bodoh
136 Suka cari-cari masalah
137 Gosip beredar
138 Kehadiran Sang Nenek
139 Ancaman
140 Nenek julid
141 Di ajak ikut Arisan
142 Pamer kekayaan
143 Merasa tersaingi
144 Pertemuan yang tidak sengaja
145 Perdebatan yang cukup alot
146 Membeli perhiasan baru
147 Caper
148 Mencoba mempengaruhi Bagas Kemabli
149 Kedatangan Seruni ke Desa
150 Mengajak Mira tinggal bersama
151 Fira hamil
152 Pencuri sebenarnya
153 Laras di fitnah
154 Ingin pinjam mobil
155 Rencana mestop uang jatah
156 meminta bantuan pada Reza
157 Bertengkar
158 Narti mencoba menghasut Bagas
159 Menolak dijodohkan
160 Resepsi pernikahan Ines dan Alex
161 Gendhis belum bisa move on
162 Puspa berusaha membujuk Heny
163 seperti roller coaster
164 dengan tegas menolak
165 Mahar lima ratus ribu
166 memaksakan ingin mengadakan resepsi
167 Pinjam uang
168 berkunjung ke rumahnya Farhan
169 Minta dinikahi secepatnya
170 Tidak menginginkan anak-anak Farhan
Episodes

Updated 170 Episodes

1
Calon Suami Lumpuh
2
Ejekan dari keluarga Part 1
3
Ejekan Dari Keluarga Part 2
4
Sifat keluarga besar yang di Luar Nurul
5
Hinaan dari Mantan
6
Akad Nikah Semua Orang Syok!!!
7
Tidak Ada Pelet!
8
Denok Kepo Uang Mahar Asli atau Palsu
9
Penasaran Dengan Pemilik Rumah Mewah
10
Melihat Rumah Baru
11
Obrolan Beni Dan Dirga
12
Pindahan
13
Tak Bisa Berkata-kata
14
Mega Terlalu Percaya Diri
15
Kejutan dari Dirga
16
Gendis mempermalukan dirinya sendiri.
17
Denok Shock
18
Dirga Cemburu
19
Anak Konglomerat
20
Identitas Dirga Sebenarnya
21
Memutus Kerja Sama
22
Berkunjung kerumah mertua
23
Bertengkar
24
Reza berusaha mendekati Mentari lagi
25
Peduli
26
Reza dan Gendis bertengkar
27
kebohongan
28
Di fitnah
29
Tamu tak diundang
30
Orang Asing yang tidak Penting
31
Perlawanan !
32
Meminta untuk Gadaikan SK
33
Ancaman Untuk Narti
34
Curiga
35
Mencecar Yanto
36
Mau terapi kembali
37
Narti bikin ulah
38
Di Serang Balik
39
Ines meminta bantuan Bella
40
Ancaman!!
41
Menginap
42
Misi Gagal
43
Di Bohongi Dewi
44
Mencari Cara
45
Di kerjain
46
Di Usir
47
Dirga Mulai Tertarik pada Mentari
48
Ingin Pinjam Uang
49
Sudah Salah, Masih Membela Diri!!
50
Bella di Hukum
51
Kata Sayang!!!
52
Menstalking
53
Kiriman Makana misterius
54
Gendis ketahuan
55
Pajangan Foto Segede gaban
56
Pindahan
57
Kecolongan
58
Gusar
59
Tak Punya Muka
60
Jemput Paksa
61
Bisa Berjalan Lagi
62
Mundur
63
Di fitnah
64
Bella di tolong Mentari
65
Makan malam
66
Menolak untuk membantu Ines
67
acara syukuran
68
Gagal
69
sudah di ujung tanduk
70
Mendatangi Rumah Mertua
71
Rencana Reno dan Soraya
72
Curhat
73
Keguguran
74
Menjenguk Gendis
75
Malam Pertama yang Tertunda
76
Meminta Maaf Pada Bella
77
Menggadaikan Sertifikat Rumah
78
Di Kira Hamil
79
Memeriksa CCTV
80
Tamu yang Mengejutkan
81
Ketahuan
82
Kecewa
83
Gendhis Masih belum berubah
84
Bersikap tegas
85
Bingung mencari bantuan
86
Terkena Adzab
87
Di Gadaikan Adik Ipar
88
Curiga
89
Ke Kota Bersama
90
Menawarkan Perabotan Rumah
91
Berunding
92
Ketahuan
93
Orangtua Ines Datang
94
Minta pertanggungjawaban
95
Grup WA
96
Datang ke kantor
97
Tak Sengaja Bertemu Teman SMP
98
Bernegosiasi
99
Pamer kekayaan
100
Mengantar Bekal Makan Siang
101
Jadi Bahan Hujatan Digrup Alumni
102
Ines sudah tidak waras
103
Tiga Persyaratan
104
Mengembalikan sertifikat
105
Gosip menyebar
106
Bertemu Temen Julid Lagi
107
Reunian
108
Semua orang tercengang
109
Mendatangi Rumah Mentari
110
Bertemu Ines di Mall
111
Alex kembali
112
Rencana perjodohan
113
Di paksa menerima lamaran Alex
114
Senjata makan tuan
115
Tidak percaya
116
Menghindar
117
Diskusi
118
Kembalinya Sang Mantan
119
Beratnya Syarat kedua dan ketiga
120
Rencana liburan
121
Ketemu dua demit
122
Mendorong motor
123
Nenek Lampir
124
Tiga bersaudara pergi ke rumah Bagas
125
Rencana Datang Kereunian Kampus
126
Tegasnya Laras
127
Ketahuan
128
Mempermalukan Ines
129
Pelakor tak punya malu
130
Bergosip
131
kecoak
132
selingkuh teriak selingkuh
133
Ketahuan.
134
Fitnah
135
Cinta boleh tapi jangan bodoh
136
Suka cari-cari masalah
137
Gosip beredar
138
Kehadiran Sang Nenek
139
Ancaman
140
Nenek julid
141
Di ajak ikut Arisan
142
Pamer kekayaan
143
Merasa tersaingi
144
Pertemuan yang tidak sengaja
145
Perdebatan yang cukup alot
146
Membeli perhiasan baru
147
Caper
148
Mencoba mempengaruhi Bagas Kemabli
149
Kedatangan Seruni ke Desa
150
Mengajak Mira tinggal bersama
151
Fira hamil
152
Pencuri sebenarnya
153
Laras di fitnah
154
Ingin pinjam mobil
155
Rencana mestop uang jatah
156
meminta bantuan pada Reza
157
Bertengkar
158
Narti mencoba menghasut Bagas
159
Menolak dijodohkan
160
Resepsi pernikahan Ines dan Alex
161
Gendhis belum bisa move on
162
Puspa berusaha membujuk Heny
163
seperti roller coaster
164
dengan tegas menolak
165
Mahar lima ratus ribu
166
memaksakan ingin mengadakan resepsi
167
Pinjam uang
168
berkunjung ke rumahnya Farhan
169
Minta dinikahi secepatnya
170
Tidak menginginkan anak-anak Farhan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!