Tak Bisa Berkata-kata

Denok terjengkang kebelakang dan menimpa tubuh Narti, mereka berdua teriak kesakitan. Terutama Narti yang tertimpa tubuh Denok yang cukup berisi.

"Tolong! Aduh, Nok. Cepat bangun, kamu berat!" pekik Narti emosi.

"A___aduhhhh....!" Denok kesakitan, namun ia kesulitan untuk bangun. "Aku juga mau bangun, Mbak. Tapi kakiku sepertinya keseleo , sakit banget. Tolooong!!" pekiknya ikut minta tolong.

"Ya Allah, Denok. Bangun kamu! Berat banget!" Narti mendorong tubuh Denok, namun tubuh adiknya itu tidak bergeser sedikit pun.

"Kalian, kenapa?"

Tanya seseorang yang mengalihkan perhatian Denok dan Narti, mereka berebut menyambut tangan seseorang itu ketika dia mengulurkan tangan. Tak lama setelahnya, kedua kakak beradik itu sudah berdiri meskipun terseok.

"Syukurlah kamu datang, Wi. Kaldu tidak, aku bisa mati tertimpa tubuh, Denok", kata Narti ketus.

"Ya ampun, Mbak. Aku gak sengaja lho. Namanya juga kecelakaan", jawab Denok sambil meringis.

Dewi yang melihat hal itu, menggeleng prihatin. Untung saja ia datang kesini, kalau tidak mana ada orang mau membantu Narti dan Denok. Walaupun banyak orang yang lewat disini, tetap saja tidak ada yang berniat menolong mereka berdua.

"Aku langsung datang kemari, waktu kalian bilang rumah ini sudah ada yang menempati, Mbak. Aku ikut kepo dengan pemiliknya, maksudku .... Gak mungkin rumah ini milik Mentari, kan?" tanya Dewi sangsi. "Aku gak rela banget, jika mereka memiliki rumah lebih mewah ketimbang punya kita, Mbak".

"Halah, mana mungkin. Kalau kata Reza sih, Mentari hanya memanasi Gendis saja. Masuk akal apa yang dikatakan Reza, mana mungkin laki-laki lumpuh dengan orang tua yang bekerja sebagai pembantu dan sopir bisa memberikan mahar sebuah rumah yang mewah seperti ini? Iya kan?" Narti dengan senang membeberkan analisis menantunya itu. "Reza itu kan polisi, loh. Instingnya tajam, mana mungkin salah!" katanya lagi sambil membanggakan profesi menantunya itu.

Denok dan Dewi mengangguk-angguk saja, mereka begitu percaya dengan ucapan kakak kandung nya itu. Karena memang kenyataannya Narti memiliki menantu seorang polisi. Yang banyak orang kira, pandai dalam menganalisis sesuatu. Mereka tidak sadar bahwa menganalisis yang berasal dari hati yang buruk tidaklah akurat, sebab mereka hanya mencari kesalahan bukan kebenaran.

"Wi, motomu mana?" tanya Denok tiba-tiba.

"Ya, dirumah, Mbak Narti lah!" jawab Dewi cepat. "Jadi gimana ini? Kita tidak bisa melihat siapa pemilik rumah ini?" tanyanya lagi.

"Orang kaya kan memang aneh-aneh, Wi. Sukanya misterius dan membuat orang penasaran", cibir Denok sambil kesakitan.

"Jadi gimana ini? Kita pulang saja atau gimana ini?" Dewi menatap Narti dan Denok secara bergantian.

"Duh, rugi banget kalau kita pulang. Kita tidak bisa membuktikan kebohongan Mentari, dong", Narti menyahut cepat.

"Ya terus gimana, Mbak? Mau disini menunggu kayak orang bego? Aku mah O___"

KRIETTTT

Pagar besar yang mengelilingi rumah mewah itu terbuka, seorang satpam keluar dari sana, belum sempat Denok, Dewi dan juga Narti mengintip pagar besar itu, tapi sudah di tutup oleh satpam itu.

"Ibu-ibu ini kenapa ya? Saya dengar dari dalam kalian ribut banget. Ada masalah apa? Hah?", tanya satpam itu dengan wajah sangar.

Dia duduk di pos satpam di sebrang pagar dengan beberapa rekan kerjanya, dari tadi ia mendengar keributan dari luar. Dia berinisiatif untuk keluar melihat ada apa, dan ia menemukan ada tiga orang wanita disana dengan wajah yang mencurigakan.

"Saya tetangga, Pak. Rumah saya ada di sebelah sana", Narti menunjukkan rumahnya tepat di sebelah rumah mewah ini.

"Oh, begitu. Lalu ibu-ibu sekalian mau sekalian, mau apa kesini?" tanya si satpam heran.

"Kita mau lihat-lihat saja, Pak. Mau silaturahmi sama yang punya rumah", kata Dewi dengan semangat. Ia berharap di perbolehkan masuk oleh satpam tersebut.

Dewi dan Denok saling sikut, satpamnya ganteng walaupun kelihatan usianya di atas tiga puluh tahunan, dan jelas kelihatan bukan berasal dari Desa sini. Mungkin saja orang kaya pemilik rumah itu membawa para pekerjanya dari kota.

"Loh, pemilik rumah ini kan berasal dari Desa ini juga , ibu-ibu. Masak kalian tidak tahu sih? Ngapain kalian kenalan?", tanya satpam itu keheranan.

Satpam itu dan rekan-rekannya di pindahkan kerjanya kesini dari rumah utama yang ada di kota, Revan dan Dita menyuruh mereka untuk menjaga rumah Dirga. Tuan muda mereka baru saja menikah dengan gadis Desa sini, seharusnya mana mungkin ketiga orang yang ada disini tidak mengenalnya.

"Hah? O___orang kampung sini?"

"Iya, namanya ___",

KRIETTTT

Sekali lagi pintu pagar itu di terbuka, dan orang yang tidak pernah mereka sangka keluar dengan mengendari sepeda motor matic keluaran terbaru dengan sangat mengkilat.

"Pak, kata Pak Din di suruh bantuin pindahin pot bunga ke taman samping rumah", ujarnya menatap sang satpam.

"Ok, baik Den. Ibu-ibu saya masuk dulu ya". Satpam itu berlari masuk meninggalkan sosok empat orang yang saling pandang satu sama lain.

"Loh, Bulek? Ngapain disini?" tanya sesosok itu dengan keheranan.

"Bara? Ngapain kamu disini?" Narti bertanya dengan nada terkejut.

Bara adalah adik bungsu Mentari, di sangat tampan, dan saat ini baru tamat SMP. Tubuhnya tinggi dan dialah yang sering membantu Mentari dan Bagas untuk mencari uang tambahan. Dia sering ikut memanen sawit para tetangga dan upah seluruhnya akan ia berikan pada Laras.

"Kamu ikut nyari kerja disini?", tanya Denok melotot.

Bara meringis, " Nggak Bik, aku sama Ayah lagi___",

"Heh, kamu itu biasa kerja berat dan kasar. kamu itu tidak pantas kerja disini, nanti takutnya kamu merusak barang-barang mahal yang ada didalam rumah itu!" tukas Denok memotong kalimat Bara.

Bara menelan ludah, kesal juga rasanya karena kata-katanya terus di potong. Umurnya memang baru menginjak lima belas tahun, tapi ia sudah sangat tahu bahwa keluarganya selama ini sering mengalami hinaan dan cacian dari adik-adik Ayahnya itu.

Dulu Denok pernah mencari orang untuk memanen sawitnya, namun sewaktu Bara datang untuk meminta pekerjaan, dia malah di tertawakan oleh Denok. kalau ingat itu, Bara rasanya ingin memakinya.

"Ini lagi, kami pakai motor siapa, hah? Kenapa kamu berani-beraninya pakai motor mahal ini? Kalau rusak nanti bagaimana? Kamu gak bakalan mampu gantinya, Bar. Jangan sok jadi kaya deh, sadar diri!" Dewi melirik kilauan motor yang berwarna silver itu dengan wajah iri.

"Ini motornya Mbak___"

"Apapun alasannya, kamu itu gak berhak memakai sembarangan motor orang. Kalau di suruh-suruh, ya sudah jalan kaki saja", cibir Dewi lagi.

Bara menarik napas panjang. "Dengar ya, Bulek Narti, Bulek Denok, dan Bulek Dewi!", suara Bara terdengar tegas. "Aku disini sama Ayah, Ibu, Mbak Tari, dan Mbak Mira. Kami tidak mencari pekerjaan disini, kami pindahan. Sakali lagi aku bilang PINDAHAN!", Bara menekankan kalimat pindahan.

Narti, Denok, dan Dewi menganga, dan sebelum mereka menyahuti, Bara melanjutkan perkataannya.

"Ini juga bukan motor pinjaman, ya. Ini motor NMAX punya Mbak Mira, di beliin mas Dirga tadi malam dan baru datang tadi pagi. Bagus, ya? Bagus, dong! Motor aku KLX, tapi belum datang karena indent satu Minggu lagi!", Bara menaikkan ujung bibirnya mengejek.

Puas sekali melihat wajah-wajah ayahnya yang cengo seperti kehilangan jiwa, wajah pucat dan keringat dingin. Bara membayangkan wajah mas Dirga nya yang baik sekali padanya, bara jadi senang, ia seperti mendapatkan banyak kekuatan baru.

Bara sebelum pergi dari sana, ia menyempatkan diri kembali berbicara.

"Dan motor ini di beli secara CASH oleh mas Dirga, sama kayak motorku yang belum datang, looooohhhhh! Bye, Buleekk". Bara melajukan motornya meninggalkan Narti, Denok, dan Dewi yang mematung seperti orang bodoh.

"Mbak!!" Dewi menjerit saat melihat Narti pingsan.

...****************...

Terpopuler

Comments

Christina Hartini

Christina Hartini

nah lho stress gk tahu kekayaan Dirga anak pengusaha kaya bukan anak pembantu dan sopir😀, jangan disamakan dengan Reza Kebanggaan bulek² yg seorang aparat

2025-01-04

0

febby fadila

febby fadila

Emangx apa mungkin semua yg namax kampung tu pada suka gosip ya.. soalnya di kampung aku juga pada bgtu

2024-12-08

0

V-hans🌺

V-hans🌺

,di revisi lg ya thorr..bnyak bgt typo nya

2025-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Calon Suami Lumpuh
2 Ejekan dari keluarga Part 1
3 Ejekan Dari Keluarga Part 2
4 Sifat keluarga besar yang di Luar Nurul
5 Hinaan dari Mantan
6 Akad Nikah Semua Orang Syok!!!
7 Tidak Ada Pelet!
8 Denok Kepo Uang Mahar Asli atau Palsu
9 Penasaran Dengan Pemilik Rumah Mewah
10 Melihat Rumah Baru
11 Obrolan Beni Dan Dirga
12 Pindahan
13 Tak Bisa Berkata-kata
14 Mega Terlalu Percaya Diri
15 Kejutan dari Dirga
16 Gendis mempermalukan dirinya sendiri.
17 Denok Shock
18 Dirga Cemburu
19 Anak Konglomerat
20 Identitas Dirga Sebenarnya
21 Memutus Kerja Sama
22 Berkunjung kerumah mertua
23 Bertengkar
24 Reza berusaha mendekati Mentari lagi
25 Peduli
26 Reza dan Gendis bertengkar
27 kebohongan
28 Di fitnah
29 Tamu tak diundang
30 Orang Asing yang tidak Penting
31 Perlawanan !
32 Meminta untuk Gadaikan SK
33 Ancaman Untuk Narti
34 Curiga
35 Mencecar Yanto
36 Mau terapi kembali
37 Narti bikin ulah
38 Di Serang Balik
39 Ines meminta bantuan Bella
40 Ancaman!!
41 Menginap
42 Misi Gagal
43 Di Bohongi Dewi
44 Mencari Cara
45 Di kerjain
46 Di Usir
47 Dirga Mulai Tertarik pada Mentari
48 Ingin Pinjam Uang
49 Sudah Salah, Masih Membela Diri!!
50 Bella di Hukum
51 Kata Sayang!!!
52 Menstalking
53 Kiriman Makana misterius
54 Gendis ketahuan
55 Pajangan Foto Segede gaban
56 Pindahan
57 Kecolongan
58 Gusar
59 Tak Punya Muka
60 Jemput Paksa
61 Bisa Berjalan Lagi
62 Mundur
63 Di fitnah
64 Bella di tolong Mentari
65 Makan malam
66 Menolak untuk membantu Ines
67 acara syukuran
68 Gagal
69 sudah di ujung tanduk
70 Mendatangi Rumah Mertua
71 Rencana Reno dan Soraya
72 Curhat
73 Keguguran
74 Menjenguk Gendis
75 Malam Pertama yang Tertunda
76 Meminta Maaf Pada Bella
77 Menggadaikan Sertifikat Rumah
78 Di Kira Hamil
79 Memeriksa CCTV
80 Tamu yang Mengejutkan
81 Ketahuan
82 Kecewa
83 Gendhis Masih belum berubah
84 Bersikap tegas
85 Bingung mencari bantuan
86 Terkena Adzab
87 Di Gadaikan Adik Ipar
88 Curiga
89 Ke Kota Bersama
90 Menawarkan Perabotan Rumah
91 Berunding
92 Ketahuan
93 Orangtua Ines Datang
94 Minta pertanggungjawaban
95 Grup WA
96 Datang ke kantor
97 Tak Sengaja Bertemu Teman SMP
98 Bernegosiasi
99 Pamer kekayaan
100 Mengantar Bekal Makan Siang
101 Jadi Bahan Hujatan Digrup Alumni
102 Ines sudah tidak waras
103 Tiga Persyaratan
104 Mengembalikan sertifikat
105 Gosip menyebar
106 Bertemu Temen Julid Lagi
107 Reunian
108 Semua orang tercengang
109 Mendatangi Rumah Mentari
110 Bertemu Ines di Mall
111 Alex kembali
112 Rencana perjodohan
113 Di paksa menerima lamaran Alex
114 Senjata makan tuan
115 Tidak percaya
116 Menghindar
117 Diskusi
118 Kembalinya Sang Mantan
119 Beratnya Syarat kedua dan ketiga
120 Rencana liburan
121 Ketemu dua demit
122 Mendorong motor
123 Nenek Lampir
124 Tiga bersaudara pergi ke rumah Bagas
125 Rencana Datang Kereunian Kampus
126 Tegasnya Laras
127 Ketahuan
128 Mempermalukan Ines
129 Pelakor tak punya malu
130 Bergosip
131 kecoak
132 selingkuh teriak selingkuh
133 Ketahuan.
134 Fitnah
135 Cinta boleh tapi jangan bodoh
136 Suka cari-cari masalah
137 Gosip beredar
138 Kehadiran Sang Nenek
139 Ancaman
140 Nenek julid
141 Di ajak ikut Arisan
142 Pamer kekayaan
143 Merasa tersaingi
144 Pertemuan yang tidak sengaja
145 Perdebatan yang cukup alot
146 Membeli perhiasan baru
147 Caper
148 Mencoba mempengaruhi Bagas Kemabli
149 Kedatangan Seruni ke Desa
150 Mengajak Mira tinggal bersama
151 Fira hamil
152 Pencuri sebenarnya
153 Laras di fitnah
154 Ingin pinjam mobil
155 Rencana mestop uang jatah
156 meminta bantuan pada Reza
157 Bertengkar
158 Narti mencoba menghasut Bagas
159 Menolak dijodohkan
160 Resepsi pernikahan Ines dan Alex
161 Gendhis belum bisa move on
162 Puspa berusaha membujuk Heny
163 seperti roller coaster
164 dengan tegas menolak
165 Mahar lima ratus ribu
166 memaksakan ingin mengadakan resepsi
167 Pinjam uang
168 berkunjung ke rumahnya Farhan
169 Minta dinikahi secepatnya
170 Tidak menginginkan anak-anak Farhan
Episodes

Updated 170 Episodes

1
Calon Suami Lumpuh
2
Ejekan dari keluarga Part 1
3
Ejekan Dari Keluarga Part 2
4
Sifat keluarga besar yang di Luar Nurul
5
Hinaan dari Mantan
6
Akad Nikah Semua Orang Syok!!!
7
Tidak Ada Pelet!
8
Denok Kepo Uang Mahar Asli atau Palsu
9
Penasaran Dengan Pemilik Rumah Mewah
10
Melihat Rumah Baru
11
Obrolan Beni Dan Dirga
12
Pindahan
13
Tak Bisa Berkata-kata
14
Mega Terlalu Percaya Diri
15
Kejutan dari Dirga
16
Gendis mempermalukan dirinya sendiri.
17
Denok Shock
18
Dirga Cemburu
19
Anak Konglomerat
20
Identitas Dirga Sebenarnya
21
Memutus Kerja Sama
22
Berkunjung kerumah mertua
23
Bertengkar
24
Reza berusaha mendekati Mentari lagi
25
Peduli
26
Reza dan Gendis bertengkar
27
kebohongan
28
Di fitnah
29
Tamu tak diundang
30
Orang Asing yang tidak Penting
31
Perlawanan !
32
Meminta untuk Gadaikan SK
33
Ancaman Untuk Narti
34
Curiga
35
Mencecar Yanto
36
Mau terapi kembali
37
Narti bikin ulah
38
Di Serang Balik
39
Ines meminta bantuan Bella
40
Ancaman!!
41
Menginap
42
Misi Gagal
43
Di Bohongi Dewi
44
Mencari Cara
45
Di kerjain
46
Di Usir
47
Dirga Mulai Tertarik pada Mentari
48
Ingin Pinjam Uang
49
Sudah Salah, Masih Membela Diri!!
50
Bella di Hukum
51
Kata Sayang!!!
52
Menstalking
53
Kiriman Makana misterius
54
Gendis ketahuan
55
Pajangan Foto Segede gaban
56
Pindahan
57
Kecolongan
58
Gusar
59
Tak Punya Muka
60
Jemput Paksa
61
Bisa Berjalan Lagi
62
Mundur
63
Di fitnah
64
Bella di tolong Mentari
65
Makan malam
66
Menolak untuk membantu Ines
67
acara syukuran
68
Gagal
69
sudah di ujung tanduk
70
Mendatangi Rumah Mertua
71
Rencana Reno dan Soraya
72
Curhat
73
Keguguran
74
Menjenguk Gendis
75
Malam Pertama yang Tertunda
76
Meminta Maaf Pada Bella
77
Menggadaikan Sertifikat Rumah
78
Di Kira Hamil
79
Memeriksa CCTV
80
Tamu yang Mengejutkan
81
Ketahuan
82
Kecewa
83
Gendhis Masih belum berubah
84
Bersikap tegas
85
Bingung mencari bantuan
86
Terkena Adzab
87
Di Gadaikan Adik Ipar
88
Curiga
89
Ke Kota Bersama
90
Menawarkan Perabotan Rumah
91
Berunding
92
Ketahuan
93
Orangtua Ines Datang
94
Minta pertanggungjawaban
95
Grup WA
96
Datang ke kantor
97
Tak Sengaja Bertemu Teman SMP
98
Bernegosiasi
99
Pamer kekayaan
100
Mengantar Bekal Makan Siang
101
Jadi Bahan Hujatan Digrup Alumni
102
Ines sudah tidak waras
103
Tiga Persyaratan
104
Mengembalikan sertifikat
105
Gosip menyebar
106
Bertemu Temen Julid Lagi
107
Reunian
108
Semua orang tercengang
109
Mendatangi Rumah Mentari
110
Bertemu Ines di Mall
111
Alex kembali
112
Rencana perjodohan
113
Di paksa menerima lamaran Alex
114
Senjata makan tuan
115
Tidak percaya
116
Menghindar
117
Diskusi
118
Kembalinya Sang Mantan
119
Beratnya Syarat kedua dan ketiga
120
Rencana liburan
121
Ketemu dua demit
122
Mendorong motor
123
Nenek Lampir
124
Tiga bersaudara pergi ke rumah Bagas
125
Rencana Datang Kereunian Kampus
126
Tegasnya Laras
127
Ketahuan
128
Mempermalukan Ines
129
Pelakor tak punya malu
130
Bergosip
131
kecoak
132
selingkuh teriak selingkuh
133
Ketahuan.
134
Fitnah
135
Cinta boleh tapi jangan bodoh
136
Suka cari-cari masalah
137
Gosip beredar
138
Kehadiran Sang Nenek
139
Ancaman
140
Nenek julid
141
Di ajak ikut Arisan
142
Pamer kekayaan
143
Merasa tersaingi
144
Pertemuan yang tidak sengaja
145
Perdebatan yang cukup alot
146
Membeli perhiasan baru
147
Caper
148
Mencoba mempengaruhi Bagas Kemabli
149
Kedatangan Seruni ke Desa
150
Mengajak Mira tinggal bersama
151
Fira hamil
152
Pencuri sebenarnya
153
Laras di fitnah
154
Ingin pinjam mobil
155
Rencana mestop uang jatah
156
meminta bantuan pada Reza
157
Bertengkar
158
Narti mencoba menghasut Bagas
159
Menolak dijodohkan
160
Resepsi pernikahan Ines dan Alex
161
Gendhis belum bisa move on
162
Puspa berusaha membujuk Heny
163
seperti roller coaster
164
dengan tegas menolak
165
Mahar lima ratus ribu
166
memaksakan ingin mengadakan resepsi
167
Pinjam uang
168
berkunjung ke rumahnya Farhan
169
Minta dinikahi secepatnya
170
Tidak menginginkan anak-anak Farhan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!