"Apa tuan Morgan tahu vidio yang sudah anda tonton?" tanya Max, Randra melirik lelaki yang masih diikat.
Wajah Morgan sangat dingin, sekujur tubuhnya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Kenapa dua pria ini tahu tentang vidio yang sudah lama dirinya musnahkan.
"Kenapa diam saja tuan Morgan. Cepat katakan kamu kan yang melakukan ini kepada orang tua saya." cecar Randra membuat lelaki itu menatap, gimana bisa.
"Ja–jadi kalian anak dari Brama." ucapnya dengan tatapan terkejut, tidak hanya itu saja Lily dan keluarga Morgan sama-sama terkejut mendengarnya.
Morgan menggeleng, "Gak mungkin. Itu semua gak mungkin! Saya sudah memastikan kalau kalian sudah mati, kenapa kalian masih hidup."
Randra menaiki satu kakinya ke atas paha Morgan, lelaki itu berteriak saat sepatu yang dikenakan Randra melukai kulit paha. Randra mencengkram wajah Morgan dengan kuat, dengan tatapan yang sulit di artikan. Rasanya dia ingin membalas perbuatan pria ini, tapi ia merasa kasihan dengan keluarganya termasuk dua anak laki-laki yang terus menangis.
"Saya bukan orang kejam seperti kamu, tapi saya bisa kejam kalau kamu tidak berkata yang sebenarnya tentang kecelakaan orang tua saya. Dan bisa memaafkan kesalahan orang lain, kecuali orang itu penyebabnya."
Randra meminta anak buahnya untuk membawakan benda tajam, ia memperlihatkan benda tajam itu di depan wajah Morgan begitupun dengan istrinya.
"Saya mohon tuan, jangan sakiti suami saya. Suami saya gak salah, jangan bunuh dia kasihani saya beserta kedua anak saya yang masih butuh ayahnya." ucap wanita yang menangis dan melihat kondisi Morgan.
Randra terdiam, ia sama sekali tidak berani untuk melukainya. Apalagi melihat tangisan anak kecil dan perempuan, ia sama sekali tidak tega melakukannya. Max menghela nafas melihat sikap adiknya, itulah Randra walau kejam kalau sudah mendengar tangisan anak kecil dan wanita pasti tidak bakal sanggup lagi.
Max melangkah mendekati Randra, ia mengambil benda tajam itu dan...
Set!! Set!! Benda tajam itu mengenai kedua wajah Morgan secara bergantian, membuat istrinya berteriak histeris saat melihat suaminya. Begitupun dengan Lily, Lily merasa tidak tega melihat kondisi pamannya.
"Lepasin ikatannya. Sekalian lepaskan dua sandra yang ada di sana." pinta Randra kepada anak buahnya, keluarga Morgan berlari menghampiri Morgan.
Randra masih melihat kearah Morgan, "Kali ini saya akan melepaskan kamu beserta keluarga kamu. Asalkan kamu mau membantu saya untuk mencari bukti tentang ayah saya selama ayah saya hidup."
"Baik tuan Randra. Saya janji saya akan melakukannya."
"Terima kasih tuan." ucap wanita itu, Randra pergi begitu juga dengan Max.
Morgan memang yang melakukan rencana jahat itu, tapi ia tidak yakin kalau Morgan yang melakukan ini sendirian pasti ada seseorang lagi yang membantunya.
"Kenapa lu malah lepasin mereka. Lu tahukan dikit lagi kita bisa mendapatkan bukti, harusnya lu hancurkan dia beserta keluarganya bukan malah melepaskannya." ujar Max yang geram dengan sifat Randra.
Randra menghela nafas mendengar perkataan kakaknya, "Gua yakin dia pasti di suruh orang lain. Gua hanya minta dia untuk bicara yang sebenarnya, kalau memang dia jujur gua bakal ngelepasinnya tapi kalau dia gak berpihak dengan gua, jangan harap gua bisa ampuni dia."
Selama di tempat yang beda Randra selalu berusaha mendapatkan bukti tentang orang tuanya. Dia selalu bolak-balik untuk mendapat informasi mengenai Morgan, satu persatu Morgan menceritakan semuanya. Randra mulia sadar kalau ada orang lain yang lebih kuat dari Morgan.
"Kali ini saya percaya saya ucapan kamu, tapi kalau ucapan kamu tidak sesuai dengan kenyataannya jangan harap kamu bisa hidup di dunia lagi." mendengar ancaman dari Randra membuat Morgan ketakutan.
"Saya janji tuan. Saya gak pernah membohongi siapapun, hanya itu informasi yang saya dapatkan mengenai pesaing ayah kamu saya tidak tahu apapun. Saya hanya di suruh sama mereka, setelah itu saya mendapatkan bayaran dari mereka." ungkap Morgan dengan jujur.
***
Randra meminta Max untuk mencarinya, ia tinggal menunggu bukti dari Max sedangkan dirinya sibuk menghubungi seseorang. Seseorang yang kini melamun di dekat jendela perusahaan memandangi orang-orang.
Tok! Tok!
Mendengar suara pintu diketuk Amelia tersadar, ia melihat ada Marta membawa satu buket bunga besar beserta bungkusan. Amelia mengerutkan kening melihat Marta meminta seseorang membawakan dua benda itu, termaksud dengan buket yang menurutnya sangat besar.
"Terima kasih." ucap Marta kepada dua laki-laki yang membawa pesanan.
"Kamu dapat ini dari siapa?" tanya Amelia melihat kearah buket dan melihat pengirimannya.
"Siapa lagi kalau bukan Jackie." Amelia tersenyum saat tahu siapa yang memberikan ini, tidak hanya itu saja Jackie memberikan makan siang kesukaannya.
Marta melipat kedua tangannya, "Enak ya dibawain hadiah spesial, sedangkan gua gak ada. Beruntung banget sih lu dapatin Jackie, gua juga mau Lia."
Amelia terkekeh mendengar ucapan Marta, dia memang wanita beruntung mendapatkan Jackie. Selama menikah ia tidak pernah diperlakukan seperti ini, tapi kali ini dia diperlakukan istimewa sama laki-laki yang umurnya lebih muda darinya.
"Sana cari pacar." sindir Amelia membuat Marta cemberut, Amelia tertawa melihat wajah Marta.
"Terima kasih hadiahnya. Kapan kamu pulang?" Jackie tersenyum melihat pesan dari Amelia, ia dengan cepat membalasnya.
"Aku kurang tahu, nanti saya kabarin kamu setelah urusan saya di sini selesai."
"Baiklah."
"Siapa? Jackie." tanya Marta melihat Amelia tersenyum menatap handphone, Amelia mengangguk cepat.
Randra tersenyum saat mendapat informasi dari Max, ia dengan cepat datang menghampiri lokasi yang diberikan Max. Randra turun dari mobil memandangi bangunan tinggi di depan.
"Apa ini lokasinya?" pikir Randra, Randra datang menghampiri Max saat lelaki melambaikan tangan.
"Dia ada di kamar 8021." kata Max saat mereka tiba di sebuah hotel mewah, mereka berdua segera datang memasuki hotel tersebut.
Keduanya mencari nomor kamar yang dikatakan Max, walau karyawan di sana terus menahan Randra tetapi mereka takut saat Randra membawa benda tajam.
Dia juga mengatakan kalau dirinya seorang polisi, dulu memang dia pernah menjadi tentara untuk mengabdi untuk negara tapi ia memutuskan untuk berhenti dan fokus ke dunia bisnis.
"Cepat buka." pinta Randra kepada karyawan wanita yang membawakan kunci kamar, wanita itu membuka dan di sana sudah ada tiga laki-laki yang mau kabur.
Saat mereka kabur anak buah Randra berhasil menangkap, ketiganya dibawa ke tempat yang aman begitupun dengan Randra dan juga Max yang ikut bersama mereka.
Randra menatap ketiganya saat mereka sama sekali tidak bicara, ia meminta anak buahnya untuk melakukan supaya diantara mereka ada yang mau bicara. Randra tersenyum saat dari mereka mengangkat suara, Randra mengerutkan kening melihat mimik wajah mereka.
Mungkin Max tidak bisa membaca pikiran orang lain tapi tidak dengannya. Melihat orang itu bicara saja dia sudah tahu kalau orang tersebut berbohong dan mengarang cerita.
"Baik, kalau kalian hanya bicara tentang kebohongan lebih baik kalian tinggal di sini sampai membusuk. Atau tubuh kalian akan aku bawa ke salah satu binatang peliharaan saya. Gimana apa kalian tidak mau bicara yang sebenarnya?" ucap Randra, saat ia meminta anak buahnya membawa satu macan dan satu dua harimau yang paling ganas.
"Binatang peliharaanku sudah tiga hari belum di kasih makan, mumpung ada kalian bertiga jadi kalian bisa menjadi santapan mereka. Gimana apa kalian setuju?" ucapnya kembali menatap ketiganya, saat ketiga binatang buas itu mengaung dengan keras.
Ketiga sandra itu melihat ketakutan, saat tiba-tiba saja pintu kandang binatang buas itu hampir di buka.
"Oke, oke. Saya akan mengatakan yang sebenarnya." Randra tersenyum mendengarnya, Randra mengangguk saat ketiganya mulai bicara.
"Baiklah, karena kalian sudah bicara saya bakal melepaskan kalian tapi bersama dengan hewan peliharaan saya." tutur Randra, ia meminta semuanya meninggalkan tempat kecuali seseorang yang membuka dua kandang hewan peliharaan Randra.
Ketiganya mulai ketakutan saat tiga binatang buas itu mulai mendekati ketiganya, dan berhasil ketiganya dicabik-cabik oleh binatang buas tersebut.
"Kita ke lokasi tempat dimana kecelakaan." pinta Randra kepada supir pribadinya, Max sudah terbiasa melihat kejamnya Randra.
Max akui kalau adiknya begitu kejam dalam hal apapun, apalagi menyangkut nyawa ataupun selamat seseorang. Kali ini Randra sibuk mencari bukti kedua orang tuanya, pasti adiknya akan mencari bukti itu sampai akhir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments