Rindu Yang Memanas

Selama satu hari Amelia tidak ingin berjauhan dengan Jackie, walau pria itu sedang pergi Amelia selalu mengikutinya. Jackie merasa Amelia memiliki kebiasaan yang buruk, dulu wanita ini tidak seperti ini tapi entah kenapa Jackie merasakan hal yang aneh kepada Amelia.

"Kamu kenapa sayang? Ada yang tidak enak sampai kamu terus mengikuti ku." kata Jackie saat langkahnya terhenti membuat Amelia hampir terbentur tubuh kekar Jackie.

"Aku tidak tahu. Aku merasa kalau kamu tidak boleh jauh-jauh dariku." Amelia memeluk tubuh kekar Jackie dari belakang, membuat Jackie tersenyum sambil mengelus kedua tangan Amelia yang sibuk memeluknya.

"Kalau seperti ini terus gua gak bisa melakukan rencana lain. Kenapa wanita ini harus deket-deket buat gua risih aja." gumam Jackie dalam hati, seakan ia mengutuk dirinya sendiri.

Jackie melepaskan tangan Amelia, ia menghadap menatap wajah cantik Amelia. Setiap hari Jackie tidak pernah bosan dengannya, apalagi Amelia selalu berpenampilan cantik dan seksi membuatnya semakin bergairah.

Amelia terus menatap wajah Jackie tanpa berkedip, membuat Amelia ingin meraih wajah itu dengan tangannya. Amelia mendorong tengkuk Jackie, membuatnya terkejut saat Amelia mencium bibirnya.

Amelia berusaha menyamakan tinggi badan Jackie walau dirinya sedikit kesusahan, Jackie dengan cepat menarik pinggang Amelia dan menggendong tubuh mungil wanita yang sedang menikmati bibirnya.

Jackie membawa Amelia ke meja berbentuk marmer, ia menduduki Amelia di atas marmer berwarna hitam mengkilat. Ciuman panas mereka masih saja beradu, sampai ciuman tersebut terlepas saat Amelia merasakan kalau tangan Jackie mulai masuk ke dalam tubuhnya.

"Ahhh..." jerit Amelia saat Jackie sedikit memberikan gigitan kecil di lehernya, Jackie tersenyum melihat karya yang menempel di bagian tubuh Amelia.

Seperti memiliki maha karya yang tidak pernah Jackie lepas, Jackie mengangkat satu kaki Amelia untuk ia cium. Sedangkan Amelia menikmati apa yang dilakukan Jackie, sampai tatapan mereka bertemu kembali.

"Malam ini akan aku buat kau mendes@h hebat. Sampai kamu tidak pernah melupakan kejadian yang sudah kita lalui bersama." bisik Jackie dengan lembut dengan memberikan sedikit sentuhan.

Suara indah dari Jackie maupun Amelia sangat mendominasi satu ruangan, dapur bersih yang mereka gunakan untuk bercinta sangatlah hebat. Sampai Jackie ingin melakukannya lagi dan lagi, itupun Amelia yang membuatnya bergairah setiap saat.

Itulah tujuan utama Jackie, memiliki seorang anak dari Amelia. Setelah itu ia akan menghilang dan menghancurkan Amelia secara bertubi-tubi.

Semua ruangan sudah digunakan untuk bercinta di antara mereka berdua, tidak ada satupun ruangan yang tertinggal untuk keduanya. Sampai kegiatan panas tersebut berpindah ke ranjang, di sanalah Jackie terus memainkan Amelia saat Amelia sudah merasakan kenikmatan yang selalu diberikan Jackie.

Jackie tersenyum melihat Amelia tertidur lelap, Jackie mengambil laptop yang sempat ia ambil di ruang kerja Amelia. Dia membuka laptop tersebut, jari tangannya terus mengetik sampai akhirnya proses yang dia lakukan selesai membuat Amelia membuka mata.

"Kamu kenapa jam segini belum tidur?" tanya Amelia saat matanya melihat Jackie saat pria itu masih asik dengan laptop.

Jackie melirik dan tersenyum, "Aku ganggu kamu tidur. Maaf udah buat kamu bangun." Jackie mengelus kepala Amelia dengan lembut, Amelia malah meringkuk memeluk tubuh Jackie.

Amelia memutuskan bangun melihat Jackie menutup laptop dengan cepat, untung saja Amelia hanya melihat beberapa catatan tentang materi kuliahnya dulu. Coba kalau di saat Amelia bangun ia sedang melakukan rencananya, bisa-bisa hidupnya akan kelar kalau Amelia mengetahui niatnya.

***

"Dari kemarin kamu belum selesai juga sama tugas kuliahmu?" Amelia melirik kearah catatan tersebut lalu menoleh kearah Jackie.

"Kamu tahukan akhir-akhir ini aku sibuk banget, sampai lupa sama tugas yang dosen berikan kepadaku. Jadi maaf kalau suatu saat aku gak ada waktu buat kamu." kata Jackie dengan lembut, Amelia mengangguk paham dia juga pernah merasakan posisi yang dialami Jackie.

Mungkin dulu dia berjuang sendiri tapi sekarang ia harus berada di samping Jackie, dia tidak ingin Jackie merasakan hal yang sama seperti dirinya dulu.

"Kalau kamu butuh bantuan kamu bisa minta tolong sama aku." Jackie tersenyum ia menyimpan laptop ke tempat yang aman, sekarang ia fokus melihat Amelia yang fokus menatapnya.

"Kamu tenang aja aku tidak akan merepotkan kamu. Lagian wanitaku ini sudah capek bekerja masa ia aku menyusahkan pacarku yang cantik ini." Amelia terkekeh saat Jackie mencubit ujung hidungnya.

"Sudah kita lanjut tidur lagi." Amelia mengangguk, tubuh Amelia ia tarik ke dalam pelukan dengan selimut yang menutupi tubuh keduanya.

Jackie melambaikan tangan saat dia sudah mengantarkan Amelia masuk ke dalam kantor, ia melajukan motor dengan cepat. Jackie tiba di sebuah perusahaan yang kini dia jalani selama belasan tahun, pria tersebut masuk dengan tegas dan berwibawa.

Pesona yang dimiliki Jackie membuat wanita manapun tidak akan pernah teralihkan, mereka tahu kalau Jackie adalah Randra tetapi orang luar tidak mengetahui identitas Jackie sebenarnya.

Jackie masuk ke ruangan, ia memberikan satu chips yang sudah disalin ulang melalui flashdisk. Satu hari bersama dengan Amelia ia terus mendapatkan peluang untuk membuat Amelia hancur, semua ide perusahaan bisnis yang Amelia jalani terus diceritakan olehnya.

Saat itu juga Jackie memiliki peluang untuk mengambilnya, Amelia memang tidak menyadarinya tetapi Jackie sangat licik untuk wanita bodoh seperti Amelia.

Lelaki tampan yang baru saja masuk memberikan sebuah tepukan, satu tepukan membuat Randra dan orang kepercayaannya menatap lelaki tersebut.

Max dialah orang yang masuk ke dalam rencana Randra, "Gua gak nyangka ternyata saudara kembar gua lebih licik dari gua. Gak sia-sia lu ngerayu wanita bodoh itu, ada manfaatnya juga lu masuk ke dalam hidupnya."

Randra tersenyum licik mendengar ucapan Max, "Itulah dunia bisnis. Bisnis tidak sebanding dengan cinta, tetapi uang dan kekuasaan. Kelemahan wanita ialah cinta dan perasaan, jadi gua manfaatin perasaan makanya gua yang mendapatkan keuntungan."

"Gua akui lu sangatlah hebat. Tapi apa lu yakin kalau dia gak sakit hati dengan perbuatan lu ini?" Max meminta asisten Randra pergi dari ruangan, sedangkan mereka berdua berada di satu ruangan saat Max memutar kursi kearah Randra.

Randra tertawa, "Gua gak peduli. Tujuan gua ialah balas dendam, karena apa yang mereka lakukan di masa lalu membuat hidup gua dan hidup lu menderita. Apa lu gak inget itu semua."

Randra menatap Max, sudah dua puluh tahun Randra mengingat kejadian dimana orang tuanya hancur. Itu yang membuat Randra trauma, saat itu juga Max bersusah payah menjaga Randra dari lingkungan ataupun media.

Saat mereka dewasa akhirnya pembalasan akan dimulai, "Tapi apa lu yakin kalau orang tua wanita itu yang menyebabkan kehancuran keluarga kita?" Max menatap Randra, Max tidak yakin kalau orang tua Amelia yang menyebabkan ini semua.

"Gua yakin seratus persen. Karena gua ngeliat bukti di depan mata, dan itu semua sudah gua anggap dendam hidup gua." Max mengangguk, dia mengerti bagaimana perasaan Randra.

Saat itu juga ia merasakan hal yang sama, yang paling terluka ialah adiknya Randra. Membuat Randra mengalami trauma yang amat dalam, setelah kejadian itu Max dan juga Randra di bawa pergi dari Indonesia. Mereka berada di kota X untuk belajar, dan mereka bertekad untuk mengambil apapun yang orang tuanya miliki.

Dan sekarang balas dendam yang akan dilakukan keduanya, Randra diam-diam masuk ke dalam kehidupan Amelia sedangkan Max membantu Randra dari belakang. Itupun orang lain tidak mengetahuinya kalau keduanya adalah kembar.

Randra tertawa puas di dalam hati, melihat kehancuran Amelia yang semakin hari semakin terpuruk. Ide bisnis yang wanita itu jalani bersama dengan Marta, hampir saja hancur kalau Jackie tidak tahu semuanya. Kehancuran inilah yang ingin dilihat oleh Jackie begitupun dengan Max.

"Bu, ibu tidak apa-apa?" Marta membawa satu gelas air putih saat melihat tubuh Amelia di angkat oleh satpam, saat mengetahui kalau seseorang sudah mengambil ahli bisnis yang Amelia jalani.

Marta memberikan segelas minuman, ia juga membantu Amelia untuk menenangkan diri.

"Apa ibu sudah tenang?" tanya Marta membuat Amelia mengangguk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!