"Gimana lu udah tahu titik lokasinya?" ucap Randra saat dia sibuk menelpon sambil menyetir mobil dengan tenang.
"Gua udah ketemu lokasinya, tapi di sini tempatnya sepi apa lokasinya sudah pindah." ucap lelaki itu saat berusaha masuk ke dalam lokasi, Randra mengerutkan kening mendengar perkataan dari Max.
"Pindah? Tidak mungkin. Gua udah cari tahu sebelumnya coba lu cek siapa tahu ada bukti yang tertinggal di sana." pinta Randra kepada Max.
"Oke, gua tutup dulu nanti gua hubungi lu lagi." Max menutup panggilan membuat Randra mempercepat menyetir, lelaki itu dengan cepat dan cekatan sampai di lokasi.
Di sana sudah ada kembarannya yang keluar dari lokasi tersebut, "Gimana lu menemui bukti?"
"Semua bersih tanpa sisa gua cuman dapat ini." Max memberikan bukti yang ukurannya sangat kecil membuat Randra mengerutkan kening, walau hanya satu bukti Randra bisa menebak kalau bukti ini adalah sebuah rekaman Cctv yang terbelah.
Randra menyimpan bukti ke dalam jaket, "Sekarang kita kemana lagi tuan Randra."
"Cih dasar menyebalkan." gumam Randra membuat Max terkekeh, dia sangat suka menjahili saudara kembarnya.
Randra dan juga Max masuk ke dalam mobil, mereka akan ke salah satu rumah yang satu ditemukan oleh Randra dalam perjalanan. Nanti malam ia akan menghadiri pesta pertemuan yang diselenggarakan oleh orang lain.
Randra meminta Max untuk mendapatkan kartu undangan untuk masuk ke dalam pesta, tanpa diminta Max sudah mendapatkan dua kartu undangan. Di pesta itulah Randra akan mencari tahu siapa pembunuh orang tuanya.
Randra dan Max tiba di sebuah acara, acara yang diselenggarakan oleh ketua yang menyuruh anak buahnya membunuh orang tuanya. Randra memang tidak menemukan bukti apapun, walau begitu ia menemukan titik lokasi pertemuan ketua dari pembunuh orang tuanya.
"Apa lu siap?" tanya Max menoleh saat Randra menjawab dengan anggukan. Keduanya masuk ke dalam dengan memberikan kartu undangan.
"Yang mana orang yang lu maksud." kata Max penasaran dengan penemuan yang diperintahkan oleh anak buah Randra.
"Lu tenang dulu sebentar lagi dia akan datang." balas Randra mengambil satu gelas minuman.
Baru saja Randra mengatakannya orang yang dia maksud sudah tiba, banyak sekali orang yang mengaguminya termasuk para pejabat tinggi. Randra tersenyum sinis melihat bagaimana orang itu tersenyum, rasanya dia ingin menembak orang itu tepat di wajahnya.
Tapi rasanya tidak menyenangkan kalau hanya membunuh tanpa mencari tahu kebenaran.
"Apa dia yang lu maksud?" kata Max melihat tatapan dari adiknya.
"Hem." Randra meneguk minuman tanpa kadar alkohol yang tinggi, lelaki itu terus melihat kearah orang yang dimaksud Randra.
"Bisa-bisanya dia tertawa lepas sedangkan kita merasakan kepahitan atas kejahatan yang ia perbuat. Apa gua hancurkan dia sekarang?"
"Tenang dulu. Jangan sekarang dan bukan waktunya lu menghabis orang itu, kita ikuti permainannya baru lu bisa mengambil ahli." timpal Randra kepada Max, Max menurut ia tidak sabar menunggu kehancuran dari lelaki yang sibuk tertawa.
Randra melangkah untuk mengenal siapa lelaki itu, ia tersenyum saat mereka saling berhadapan.
"Selamat malam tuan. Malam ini tuan sangat mengagumkan." ucap Randra membuat lelaki di depannya tersenyum lebar.
"Kamu ini anak muda pandai menjilat." ucapnya dengan kekehan, Randra membenci senyumannya.
"Tuan, apa tuan tidak mengundang tuan Randra?" tanya seseorang yang datang di antara mereka berdua.
"Randra? Siapa dia, aku baru mendengar namanya." ucap lelaki itu kepada orang kepercayaannya.
"Tuan Randra. Pengusaha muda yang sukses, saya jamin tuan kalau bertemu dengannya pasti tuan akan menjadi kaya raya."
"Apa itu benar?" orang kepercayaannya mengangguk saat si pria bodoh ini memikirkan ucapan dari anak buahnya.
***
Randra meninggalkan pria bodoh itu, ia memutuskan menghampiri Max.
"Apa dia sedang membicarakan mu?" tanya Max pelan.
"Hem." itulah jawaban dari Randra, lelaki bodoh itu sangat menginginkan kekuasaan makanya dia menginginkan kerjasama dengannya.
Max memilih pergi, Randra tersenyum bahagia saat menghadiri pesta. Max terus mencari bukti sedangkan Randra duduk menikmati pesta, laki-laki yang baru saja bicara dengannya datang menghampirinya.
"Apa anda tuan Jackie sahabat sekaligus orang kepercayaan tuan Randra." kata lelaki itu melihat Jackie menikmati minuman bersama dengan wanita sewaan.
Jackie tersenyum mendengarnya, lelaki bodoh itu duduk tanpa diminta. Ia juga meminta pelayan untuk melayani Jackie.
"Cih, dasar penjilat." batin Jackie melihat bagaimana ramahnya lelaki di depannya, Jackie tidak peduli yang ia pedulikan hanya wanita disekelilingnya.
"Tuan sangat menyukai wanita di keliling tuan. Apakah tuan mau merasakan wanita yang lebih nikmat lagi?" Jackie melirik sekilas saat pria ini memberikan sebuah tawaran.
Jackie melirik tanpa menjawab, lelaki itu berusaha membawa satu wanita untuk menjadikannya umpan. Wanita itu adalah ponakan dari pria ini, Jackie mengetahuinya karena sebelum datang ia sudah mencari tahu tentang orang ini.
Jackie melihat penampilannya dari bawah sampai kepala, sangat menawan dan seksi. Pakaiannya begitu menggoda, apalagi leher jenjangnya sangat menggairahkan.
Jackie meminta wanita itu datang menghampirinya, tanpa memiliki rasa malu wanita tersebut langsung datang menghampiri Jackie. Wanita ini sungguh berpengalaman dari pada Amelia, walau begitu ia menyukai yang namanya tubuh wanita.
"Tuan kenalin dia ponakan saya yang paling saya sayangi. Tuan bisa bicara dengannya, saya rasa tuan akan jatuh cinta dengan tuan karena dia sangat berpengalaman." bisik lelaki itu membuat wanita tersebut terkekeh, Jackie tersenyum mendengarnya.
Dia meminta wanita yang lain untuk pergi hanya ada mereka bertiga, "Tuan kenapa bisa ada di tempat ini. Dimana tuan Randra, apa dia tidak datang bersama tuan?"
"Bos saya sedang dalam perjalanan bisnis makanya saya yang menghadiri pesta ini. Sebelum bos saya datang menemui anda gimana saya nikmati ponakan kamu terlihat dahulu, siapa tahu bos saya suka dengan ponakan anda." tutur Jackie kepada lelaki di depannya.
"Tapi tuan, harusnya ponakan saya yang bersama dengan tuan Randra bukan anda." Jackie terkekeh mendengarnya, pria ini takut kalau nantinya wanita ini akan dipermainkan.
"Tuan tenang aja tuan Randra tidak seperti itu. Kalaupun ponakan tuan sudah saya cicipi tuan Randra masih menginginkan ponakan anda." kata Jackie membuat lelaki itu tersenyum begitu juga dengan wanita di sebelahnya.
"Tuan, apakah tuan Randra menyukai kecantikan saya?" Jackie menoleh kearah wanita ini, sangat cantik dan menggoda tapi ia tidak respek dengan wanita ini.
Jackie menyentuh dagu wanita ini, "Dia pasti akan menyukaimu cantik. Kamu ini tidak sebanding dengan wanita manapun, apalagi kamu terpilih untuk bersanding dengan bos saya."
Wanita ini tersenyum manis mendengar perkataan dari Jackie, "Tuan bisa aja."
"Siapa namamu?" tanya Jackie menatap wanita cantik di sampingnya.
"Lily tuan."
"Lily sangat indah tidak seindah perilakunya." batin Randra lalu ia kembali menoleh kearah pria itu kembali.
"Jadi ada yang bisa saya bantu untuk bos saya tuan. Selagi ada saya, saya bisa menyampaikan keinginan tuan."
"Hahaha, anda ini tahu saja keinginan saya. Lagian saya tidak terlalu buru-buru, saya ingin bertemu dengan bos anda lebih dulu baru menyampaikan keinginan saya." ujar lelaki itu membuat Randra tersenyum, dia sudah menebak pasti pria ini menginginkan sesuatu darinya.
"Baiklah, saya akan menghubungi bos saya. Saya akan tanyakan dia udah sampai mana, nanti saya minta dia datang kemari." mendengar itu pria ini langsung bahagia begitupun dengan ponakannya.
Dia tidak tahu orang yang ia cari sudah ada di depan mata, Jackie meminta Max untuk menjadi dirinya ia akan bermain peran untuk mengetahui rencana keduanya.
Jackie berdiri, "Saya akan menjemput bos saya tuan Randra, silakan anda bisa menunggu dan saya tidak akan datang lagi ke sini."
"Baiklah." Jackie berjalan keluar, Lily dan juga lelaki itu tersenyum senang saat mengetahui orang yang mereka inginkan datang.
Jackie menemui Max, lelaki itu membuka topeng wajah dan menyimpan benda tersebut di dalam mobil.
"Gimana lu udah siap?" tanya Jackie melihat Max sudah berpenampilan rapih.
"Aman. Gua bakal melakukan sesuatu kepada mereka berdua."
"Tapi lu harus ingat jangan kasar-kasar." ucapnya yang memperingati Max, tertawa mendengar ucapan dari Randra.
"Gua bukan lu yang bermain halus. Gua bakal tunjukin kalau gua berbeda dari lu, gimana dengan ponakannya apa cantik dan seksi?" kali Max bertanya mengenai wanita di samping adiknya, Jackie sempat mengirim foto Lily tanpa sepengetahuan keduanya.
"Dia sangat sempurna pasti lu suka dengan Lilly." balas Randra, Max masuk ke dalam sedangkan Randra duduk di dalam mobil sambil mendengarkan percakapan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments