Setelah naik kereta selama beberapa jam dari Cardia, akhirnya Sara tiba di kota Montegi. Sesampainya Sara di Montegi dirinya bediri dan bertekad di dalam hati.
“Mulai sekarang, aku harus bekerja keras untuk menghidupi diriku dan anakku, ayo Sara! Jadilah kuat, dan melangkahlah ke depan,” ucap Sara penuh tekad menyemangati dirinya sendiri.
Setelah beberapa jam berjalan menyusuri kota Montegi, Sara mulai merasa lelah, dirinya tidak menyangka jika Montegi ternyata jauh lebih luas, dan modern dibanding Cardia.
Hingga pada akhirnya gadis berusia 19 tahun itu, memutuskan untuk duduk dan beristirahat sejenak karena lelah berjalan. Bukan hal aneh dengan keadaannya yang sedang hamil besar, membuatnya lebih mudah merasa capek. Sara sengaja tidak naik taksi dan memilih berjalan kaki supaya bisa lebih berhemat, pasalnya saat ini dirinya belum punya pekerjaan. Setelah sebentar duduk kini Sara kembali meneruskan perjalanannya.
Karena tidak memiliki kenalan di kota ini sama sekali, Sara agak bingung kemana harus mencari Penginapan yang sesuai isi kantongnya. Alhasil dirinya hanya bisa mencari penginapan murah dengan bertanya-tanya pada orang sekitar, namun tetap saja hasilnya nihil, hal itu dikarenakan biaya hidup di Montegi memang lebih tinggi dibanding di kota Cardia.
“Nak.., kau sabar dulu ya, Mami pasti bisa menemukan tempat tinggal terbaik untuk kita, oleh karena itu kau beri mami kekuatan dari dalam perut ya," ucap Sara sambil memegangi perutnya.
Sialnya saat perjalanan mencari tempat menginap, tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya.
“Oh tidak! Hujan..."
Sara segera mengeluarkan payung merah mudanya yang untungnya ia beli untuk berjaga-jaga, mengingat sudah mau masuk musim dingin jadi pasti akan sering hujan.
Sara Chen yang kini tengah hamil 9 bulan harus berjalan seorang diri, di bawah payung merah jambu yang melindunginya dari guyuran hujan.
Bagi Sara, saat ini dirinya sudah tidak tahu harus pergi atau pulang kemana, pasalnya setelah Bibi dan sepupunya tega mengusir dirinya yang tengah hamil besar. Kini Sara tidak lagi memiliki tempat untuk pulang.
Hari pun sudah semakin malam, Sara masih terus berjalan dengan keadaannya yang tengah hamil besar, dan terlebih tiba-tiba perutnya terasa lapar (mungkin bawaan bayinya).
Bagi Sara dirinya mungkin tidak lapar, tapi bayinya tetap harus makan, dan beruntungnya di persimpangan jalan di pinggiran kota. Sara melihat ada sebuah restoran lokal yang sepertinya masih buka.
Sara memutuskan melangkah memasuki restoran tersebut, suasana restoran tersebut sangat nyaman namun tidak ada pengunjungnya (mungkin karena sudah hampir tengah malam), yang ada hanya sepasang pria dan wanita paruh baya, yang kemungkinan pemilik restoran ini.
“Selamat datang..!” sapa sepasang pria dan wanita itu.
“Selamat malam,” balas Sara tersenyum sambil melipat payungnya dan menaruhnya di tempat yang memang disediakan.
“Diberkati Tuhan, tak disangka jam segini restoran ini masih dikunjungi oleh pelanggan, silahkan duduk nona," ucap wanita itu dengan ramah
Sara pun tersenyum membalas perlakuan wanita itu, kemudian dirinya menarik kursi dan duduk perlahan.
“Bibi, bisakah aku pesan segelas susu hangat?” pinta Sara yang kini telah duduk
“Tentu saja sayang, akan segera ku buatkan.”
Bibi itu pun langsung bergegas membuatkan Sara susu hangat yang ia minta. Sambil menunggu susunya datang Sara menggosok-gosokan kedua telapak tangannya guna mengurangi rasa dingin.
Beberapa menit kemudian Bibi pemilik restoran itu datang dan membawakan segelas susu hangat untuk Sara.
“Ini minumlah, supaya kau terasa lebih hangat," ujar bibi pemilik restoran.
Saat Sara meneguk segelas susunya, bibi pemilik restoran baru menyadari saat melihat secara seksama jika perut Sara tengah hamil besar dan ia bertanya.
“Nak, apa kau sendirian? Boleh aku tahu dimana suamimu?" tanya bibi yang terlihat agak khawatir melihat Sara yang tengah hamil jam segini sendirian di jalan.
Sara meletakan gelas kosong di tangannya, dirinya hanya memalingkan wajahnya dan diam tanpa kata, sorot mata Sara menggambarkan betapa dirinya mencoba untuk tidak menangis di hadapan orang lain. Menyadari hal itu bibi pemilik restoran pun langsung minta maaf.
“Ma.., maafkan aku Nona, tidak seharusnya aku nanyakan hal yang pribadi pada pelanggan, kau tidak usah memikirkan kata-kataku yang tadi, dan sebagai permintaan maafku, akan aku buatkan kau sup ayam jahe,” ucap bibi pemilik restoran yang merasa tidak enak.
“Eh, kau tidak perlu repot-repot Bi, aku.., aku hanya ingin menumpang istirahat sebentar saja. Lagi pula, jujur saja aku tidak punya cukup uang untuk membayar makanannya jadi, kau tidak perlu repot-repot. Dengan kau izinkan aku beristirahat disini saja sudah lebih dari cukup," ucap Sara pada bibi pemilik restoran itu.
“Dengar nak, kau itu sedang hamil. Anakmu butuh asupan nutrisi, dan kau juga tidak perlu bayar makanannya, karena aku tulus melakukannya semata-mata untuk membantumu,” jelas bibi pemilik restoran itu.
“Ya, kau tidak perlu merasa tidak enak hati, justru kami sangat senang, ternyata masih ada orang yang mau datang ke restoran kami ditengah malam begini," sahut paman pemilik restoran yang dari tadi mendegarkan percakapan Sara dan istrinya itu.
Bersambung...
🌹🌹🌹🌹
Like, vote, comment
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 324 Episodes
Comments
Eti Hermayanti
sedih banget 😭 bacanya
2021-04-14
0
Marya Juliani Jawak
Semoga menjadi awal yg baik...
2021-03-26
0
Novellette (akun thor hiatus)
baru bc
2020-11-13
1