Mimpi aneh

Dini tengah terlelap karena kantuk usai bertugas malam tadi, ia tidur tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.

"Tolong! Tolong!" seorang wanita berpakaian perawat bernama Reina berlari dari kejaran seorang pria yang tengah mabuk. Ia bersembunyi di pantry Pustu masuk ke dalam lemari tempat penyimpanan barang pecah belah.

Pria yang sedang mabuk mencari keberadaan wanita tersebut dengan jalan sempoyongan.

"Cantik, keluarlah. dimana kamu hei! Kita bermain sebentar saja." ucap salah seorang pemuda bernama Baron, Baron merupakan anak dari ketua RT kampung kenanga. Pemuda itu hobi membuat onar di kampung ini, tak ada siapapun yang berani memarahinya atau sekedar menegur kelakuan bejat pria berusia 24 tahun tersebut. Pria bernama asli Damar Liarino tersebut kerap di sapa Baron karena memang ia yang memberikan sendiri nama alias untuknya.

Sedang Reina anak dari seorang petani karet yang baru 3 bulan lalu lulus dari akademi keperawatan dan baru beberapa Minggu ini bertugas di Pustu ini.

Baron memang menyukai Reina sejak Reina beranjak remaja. Paras nya yang cantik dan berkulit putih bersih membuat Reina berbeda dari gadis lain di kampungnya yang memiliki kulit sawo matang.

Reina kerap menolak ajakan Baron untuk menjalin hubungan karena ia ingin fokus mengangkat derajat orang tuanya yang hanya petani karet dengan lahan yang tak seberapa luas. Di bandingkan warga lainnya, orang tua Reina adalah warga yang paling miskin karena tidak memiliki kebun kopi. Hanya kebun karet beberapa meter saja itupun jarang sekali menghasilkan getah karet yang berkualitas baik. Untuk menyambung hidupnya, ayah Reina biasanya menjadi buruh petik kopi milik tetangganya, sedangkan ibunya membuat kue yang di titipkan ke beberapa warung untuk biaya makan sehari-hari.

Reina anak semata wayang dari pasangan Rahmat dan Warni. Mereka tidak bisa memiliki anak lagi karena setelah melahirkan Reina rahim Warni harus di angkat akibat pelengketan plasenta yang mengakibatkan rahimnya hancur dan terpaksa harus di angkat.

Reina ketakutan setengah mati karena mendengar Baron mendekati tempat persembunyiannya.

"Ya Allah bantu aku!" ucap Reina dalam hati dengan tubuh gemetar dan air mata berlinang membasahi wajah cantiknya.

"Rein, aku mencintaimu! Ayolah, kita bermain sebentar aku janji tidak akan menyakitimu jika kamu menyerahkan dirimu sukarela." teriak Baron.

Baron berhenti tepat di depan lemari tempat Reina bersembunyi. Ia berjongkok di depan pintu lemari dengan bibir membentuk seringai devil.

Kemudian tangannya membuka pintu tersebut dan melihat Reina sedang meringkuk dengan tubuh gemetar.

"Sayang! Kemarilah, kita bersenang-senang malam ini. Aku tidak akan menyakitimu." ucap Baron sambil memegang tangan Reina yang memeluk kakinya.

Reina menangis histeris karena takut. "Tolong jangan apa-apakan saya! tolong saya lepaskan saya!" rengek Reina dengan wajah memohon.

Baron menggertakkan rahangnya dan menarik paksa Reina hingga tubuh Reina terjatuh diatas lantai.

"Aku sudah mengatakan jika aku tidak akan menyakitimu jika kamu mau menurutiku bukan. Jangan sok jual mahal Reina, aku bisa membayar mu dengan bayaran mahal jika kamu mau melayaniku malam ini." ujar Baron dengan mencengkram kuat dagu Reina hingga Reina mendesis kesakitan.

"Sssshhhhh, sakiitt!" lirih Reina dengan air mata mengalir deras. Ia mendorong tubuh Baron hingga Baron terjerembab kebelakang. Saat Baron terjatuh, Reina berusaha melarikan diri menuju pintu keluar.

Tapi sial, Baron telah mengunci semua pintu keluar.

"Tolong! Tolong! Tolong!" Reina mengetuk pintu jendela yang terkunci berharap ada orang yang mendengarnya.

Di luar ia melihat dokter Rinto dan penjaga Pustu sedang duduk di pos jaga. Mereka melihat Reina yang meminta tolong dengan menggedor pintu kaca, tapi karena mereka telah di ancam oleh Baron, mereka takut untuk menolong Reina.

"Ha ha ha! Mau lari kemana kamu sayang. Aku sudah katakan jika tidak akan ada yang menolongmu!" kata Baron yang sudah berada di belakang Reina. Ia mencengkram kuat kedua bahu Reina.

"Tolong lepaskan, ini sakittt!" keluh Reina dengan tangan berusaha melepaskan cengkraman Baron.

Tanpa mendengarkan rintihan Reina, Baron menyeret Reina menuju kamar tempat para petugas beristirahat.

Ia menghempaskan tubuh Reina keatas ranjang dengan kasar hingga kepala Reina terhantuk pinggiran ranjang.

Brakk.

"Aaarrgghhh, sakittt!" Reina memegang kepalanya yang terhantuk ranjang dan terkejut karena melihat darah keluar dari kepalanya.

"Daraaah!" lirih Reina dengan tangan gemetar karena melihat darah di tangannya.

Baron melihat kepala Reina berdarah namun ia tak memperdulikannya. Ia menerjang tubuh lemah Reina dan langsung merobek pakaian yang Reina pakai. Reina berontak dengan sekuat tenaga dan berteriak meminta tolong. Letak Pustu yang jauh dari rumah warga dan cuaca yang sedang hujan deras di luar membuat aksi bejat Baron tak bisa di halangi.

Lagipun ia yakin jika dokter Rinto dan penjaga Pustu tak ada yang berani mengganggu kesenangannya. Ia memberikan sejumlah uang pada mereka dan mengancam akan membuat celaka keluarga mereka jika berani mengganggunya.

Malam ini Reina di ruda paksa oleh Baron berkali-kali hingga Reina kehilangan kesadaran. Jerit kesakitan Reina tak di dengar oleh Baron, ia malah semakin berhasrat mendengar rintihan dan teriakan Reina.

Reina berkali-kali mencakar dan memukul tubuh besar Baron yang mengungkungnya. Karena kesal akhirnya Baron berkali-kali menampar, memukul dan mencekik leher Reina.

Saat sudah merasakan puas, Baron berbaring di samping Reina yang sudah tak bernyawa. Ia memegang dada Reina untuk merasakan detak jantungnya.

Karena tak mendengar degup jantung Reina, Baron kalang kabut. Ia gegas turun dari ranjang dan memakai kembali pakaiannya, ia menutupi tubuh Reina yang sudah banyak bekas membiru karena ulahnya.

Ia lalu keluar menuju pos penjaga dan meminta dokter Rinto untuk memeriksa kondisi Reina.

"Baron, Reina sudah meninggal sudah sekitar 1 jam yang lalu! Kamu telah membunuhnya!" ucap Rinto serak dengan air mata berlinang. Ia menyesal karena tak menolong anak buahnya ketika tadi Reina meminta pertolongan.

"Aaaaarrrrggghhh! Sial! Kenapa bisa dia mati!" Baron berteriak frustasi sambil meremas rambutnya dan menendang kaki ranjang.

Dokter Rinto menangis tergugu melihat tubuh Reina yang kaku dan dingin.

"Anjing! Berarti gw main sama bangkai, sialan!" umpat Baron lagi.

Ia menatap Rinto dan Penjaga Pustu dengan tatapan tajam. "Jangan sampai ada yang tau mengenai hal ini!" kata Baron tegas.

"Bagaimana bisa kami menyembunyikan penyebab kematian Reina, aku memang tidak tau apa yang kau lakukan padanya, tapi aku bisa melihat jelas jejak kekerasan di tubuhnya." jawab Dokter Rinto.

"Aku tau! Aku akan menghubungi ayahku dan memintanya kesini!" ucap Baron, ia lalu keluar dan menghubungi ayahnya Untuk datang ke Pustu ini.

Tak menunggu waktu lama, akhirnya pak RT dan istrinya datang ke Pustu.

"Apa yang sudah kamu lakukan Danar, kenapa bisa wanita itu meninggal?" tanya Ayu ibunya dengan wajah tak percaya karena putra kesayangannya membunuh seseorang.

Sedangkan Pak RT melihat jasad Reina yang penuh lebam karena Baron memukul dan mencekik nya

Terpopuler

Comments

kuaci

kuaci

owalah anak pak RT to

2024-11-03

0

Roewina

Roewina

Baron baru jadi anak pejabat RT aja gayanya sok jagoan ,

2024-09-24

2

Heri Wibowo

Heri Wibowo

rupanya si cantik korban perkosaan dan pembunuhan

2024-09-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!