Kebenaran

"Begini mbak Sum, ada yang mau saya tanyakan sama kamu." kata Dini dengan suara pelan.

Sumi merasa ada yang tidak beres, ia sepertinya mengetahui hal apa yang akan Dini tanyakan.

"Tanya apa Bu dok?" tanya Sumi dengan senyum hambar.

"Sumi, aku mau tanya tentang Pustu itu!" kata Dini menatap mata Sumi intens.

Sumi mengangguk paham dan meminta Dini untuk masuk ke dalam rumah.

"Sini dok masuk, biar enak ceritanya!" ujar Sumi sambil menggendong anaknya masuk ke dalam rumah. Sementara Dini bangkit dari duduknya dan mengikuti Sumi masuk ke dalam rumah.

"Dok, sebenarnya pak RT melarang kami untuk membahas masalah mengenai Pustu itu. Tapi berhubung dokter yang bertugas di Pustu itu, sebaiknya aku beri tau dengan apa yang terjadi." kata Sumi memulai pembicaraan dengan suara pelan, karena takut ada yang mendengar ucapannya.

Dini mengangguk paham dan mencondongkan tubuhnya ke hadapan Sumi karena merasa sangat penasaran.

"Sebenarnya di Pustu itu pernah terjadi pembunuhan yang korbannya seorang perawat dok." Bisik Sumi pelan.

Dini membelalakkan matanya karena terkejut mendengar perkataan Sumi.

"Pembunuhan?" tanya Dini dengan wajah terkejut. Sumi mengangguk dan menatap kearah depan karena tiba-tiba melihat Andre sedang berjalan seperti mencari sesuatu.

Dini pun mengikuti arah pandangan mata Sumi dan menoleh kebelakang.

"Siapa itu?" tanya Sumi penasaran.

"Eeeh, itu temanku. Mbak Sumi, aku pulang dulu ya. Temanku sepertinya mencariku. Nanti kalau ada waktu aku kesini lagi. terimakasih sudah membuatku tidak penasaran lagi." ujar Dini sambil bangkit dari duduknya dan berjalan keluar.

Sumi ikut mengantar Dini sampai di teras dan menarik tangan Dini sebelum Dini pergi. "Dok, jangan kasih tau siapapun kalau aku kasih tau tentang ini ya." Sumi mengingatkan dengan suara pelan.

Dini tersenyum dan mengacungkan jempolnya. "Tenang saja, aman!" kata Dini dan berjalan mendekati Andre.

"Mas Andre cari siapa?" tanya Dini saat sudah berada di dekat Andre.

Andre yang sedang menatap hamparan kebun kopi di depannya lantas membalikkan badannya dan tersenyum.

"Cari kamu, dari mana memangnya. Aku bangun tidur kamu nggak ada?" tanya Andre.

Dini menoleh kearah rumah Sumi yang sudah tertutup dan menunjuknya. "Dari rumah tetangga buat minta tolong cuciin pakaian. Ya sudah masuk yuk, kita makan bareng. Aku belum sempat makan sejak tadi." ajak Dini dan membantu Andre berjalan karena jalannya masih tertatih.

Mereka masuk ke dalam rumah, dan meminta Andre untuk duduk di kursi sementara ia akan mengambil makanan yang sudah ia masak.

Dini meletalkan piring, nasi dan lauk yang sudah ia masak diatas meja. "Maaf ya mas, aku cuma masak ini aja. Stok bahan makanan di kulkas sudah habis. Mungkin besok aku akan pergi ke pasar karena besok aku libur." ucap Dini sambil mengisi piring Andre dengan nasi dan orek tempe juga telur dadar.

Andre tersenyum senang melihat Dini melayaninya. "Nggak papa, ini saja sepertinya enak. Aku makan ya!" kata Andre dan menatap Dini dengan senyum manis.

Dini mengangguk dan juga tersenyum kemudian ia mengambil makanan untuknya sendiri. "Gimana? Enak nggak mas?" tanya Dini sambil menuangkan orek tempe ke piringnya.

Andre merasakan masakan Dini sangat enak dan cocok di lidah nya seketika mengangguk dan menyunggingkan senyumnya. "Ini enak!" jawab Andre lalu kembali menyuapkan makanan ke mulutnya.

Dini tersenyum senang karena Andre menyukai masakannya. Dini kembali kepikiran dengan perkataan Sumi tadi, jika Pustu itu pernah terjadi Pembunuhan seorang perawat.

Jika memang benar, sepertinya pembunuhan itu tidak pernah di ungkap karena ia beberapa kali kerap di teror dengan sosok wanita berseragam perawat yang meminta tolong.

Malam itu Dini mendengar suara wanita yang menangis di depan Pustu, kebetulan saat itu ia sedang sendirian di Pustu karena Kanaya sedang di rumah salah satu warga yang akan melahirkan.

Dini keluar dari dalam dan melihat wanita berpakaian perawat yang sudah kotor duduk di kursi plastik dengan wajah pucat dan tubuh yang dingin.

Dini mendekati wanita itu dan menanyakan apa yang terjadi.

Wanita itu meminta Dini membantunya mendapatkan keadilan.

Saat itu Dini tidak mengerti apa maksud wanita itu, setelah mengatakan hal itu wanita misterius itu hilang hanya dalam satu kedipan mata. Dini mencari wanita itu ke sana kemari dan tak bisa menemuinya.

Ia juga mengingat beberapa pasiennya yang menginap selalu mendapatkan perawatan dari perawat misterius itu, seperti Andre semalam. Anehnya perawat itu selalu bisa menyembuhkan semua pasiennya yang terluka maupun yang sedang sakit.

Jika memang perawat itu yang di bunuh dan tak mendapatkan keadilan Dini bertekad akan mencari tau dan membantunya.

Namun saat ia menceritakan hal itu pada rekan-rekannya. Mereka semua tidak ada yang berani membahasnya, karena jika mereka membahasnya, pasti mereka akan di teror sepanjang malam. Maka dari itu, saat mereka sedang berada di Pustu, rekan-rekan Dini tidak mau membahas mengenai perawat misterius itu.

Andre yang melihat Dini melamun merasa heran, ia sudah menghabiskan makanannya, tapi Dini masih terdiam dengan piring di pangkuannya yang isi nya masih utuh.

"Dini!" Andre memanggil Dini dan mengibaskan tangannya ke wajah Dini.

Dini terkesiap dan tertawa karena melamun. "Ha ha ha, maaf mas. Aku malah melamun, makan lagi!" ucap Dini dan kembali menyuapkan makanannya.

Andre tersenyum menunjukan piringnya yang sudah kosong dan meletakannya diatas meja lalu menenggak air putih di dalam gelas hingga tandas.

"Iih, cepatnya sudah habis." Kata Dini meringis.

"Kamu yang kelamaan melamunnya, memangnya mikirin apaan sih?" tanya Andre sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Hehe, nggak papa mas. Cuma kangen mama papa aja." ujar Dini berbohong.

"Asal kamu dari mana memangnya?"

"Dari kota A mas!"

Andre menganggukkan kepalanya dan menatap Dini yang sedang mengunyah makanan.

"Aku juga tinggal di kota A, apa kamu mau ikut aku pulang? Katamu besok kamu libur kan?"

"Iya kah? Tinggal di daerah mana mas Andre?" Tanya Dini antusias.

Andre menganggukkan kepalanya dan mengubah posisi duduknya. "Di daerah C, kalau kamu dimana?"

"Aku di daerah D, waah nggak jauh rupanya ya!"

"Jadi gimana? Mau ikut aku pulang hari ini? Nanti pulang nya aku jemput!"

"Emm, boleh. Tapi gimana kondisi kaki mas Andre?"

"Masih lumayan sakit, tapi nanti aku minta anak buah aku untuk jemput kita. Aku titip motor di rumah kamu boleh ya?"

"Boleh mas, nanti aku minta penjaga Pustu anter ke rumah ya." kata Dini tersenyum.

Andre mengangguk dan tersenyum, ia terpesona melihat pipi Dini yang berlesung pipit saat tersenyum, wajahnya cantik terawat meskipun ia tinggal di kampung. Jelas saja karena Dini memang orang kota, ia tinggal di kampung karena pengabdiannya sebagai dokter umum.

Terpopuler

Comments

kuaci

kuaci

benih2 cinta mulai bersemi

2024-11-02

2

FiaNasa

FiaNasa

lanjutttt thor udah makin penasaran nih

2024-09-01

0

Heri Wibowo

Heri Wibowo

lanjut lagi thor.

2024-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!