Setelah beberapa hari berada di rumah orang tuanya, akhirnya kini Dini kembali lagi ke tempat tugasnya. Ia kembali di jemput oleh Andre menuju kampung kenanga.
Andre juga sudah menemui kedua orang tua Dini dan meminta restu untuk berhubungan dengan Dini. Kedua orang tua Dini menerima hangat maksud Andre.
Kini Dini dan Andre sudah berada di dalam rumah singgah Dini. Malam ini Dini akan kembali bertugas.
"Aku pulang dulu ya!" Andre yang sudah menaiki kuda besinya berpamitan pada gadis pujaan hatinya yang berdiri di ambang pintu.
Dini mengangguk dan mengulas senyum manis pada Andre. "Hati-hati mas!" ujar Dini mengingatkan.
Andre memakai helm dan melambaikan tangannya pada Dini dengan senyum menawan yang terukir di bibirnya.
"Iya sayang, ya sudah mas pergi sekarang ya. mungkin mas akan lama berkunjung kesini karena ada banyak pekerjaan yang mesti mas kerjakan!" kata Andre sebelum melajukan motornya.
Dini mengangguk paham dan membalas lambaian tangannya. Kemudian ia masuk setelah Andre berlalu.
Dini menghempaskan tubuhnya diatas ranjang yang terasa keras, sangat jauh berbeda dengan kasur miliknya yang empuk dan nyaman.
"Hhhh, kerja lagi. Semoga malam ini aman nggak ada gangguan. Jujur kalau ingat semua gangguan itu aku rasanya ingin mengajak mas Andre untuk segera menikahiku." Gumam Dini bermonolog. Ia lalu bangkit dari kasur dan berjalan menuju dapur. Ia akan membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena keringat.
.
Malam harinya Dini kembali berjalan menyusuri jalan setapak menuju ke Pustu tempatnya bertugas. Ia malam ini bertugas dengan Kanaya.
sesampainya di depan Pustu, Dini melihat Kanaya baru saja turun dari motor kekasihnya. "Kak!" teriak Kanaya yang melihat Dini berjalan menuju arahnya.
Dini melambaikan tangan dan tersenyum mendekati Kanaya, sementara kekasihnya sudah pergi meninggalkannya.
"Sudah pulang rupanya, aku pikir kakak belum akan kembali!" ucap Kanaya setelah Dini berada di dekatnya.
"Hhhh, aku sebenarnya malas kembali jika tidak memikirkan ini pilihanku." sahut Dini lemah.
Kanaya yang mengetahui jika Dini yang terobsesi ingin menjadi dokter padahal ayahnya memintanya menjadi CEO bagi perusahaan keluarganya.
"Kakak takut dengan teror di Pustu ini ya?" tanya Kanaya yakin.
Dini mengangguk lemah, mereka berdua masuk ke dalam pustu beriringan. Setelah bertukar shift dengan rekannya mereka mulai mengunjungi pasien di kamar rawat. Seorang wanita muda yang baru sore tadi melahirkan hanya di temani suaminya.
"Permisi mas, mbak. Perkenalkan saya Dini dan ini rekan saya Kanaya. Kami yang berjaga malam ini di Pustu ini. Jika nanti ada sesuatu bisa datangi ruangan kami yang berada di depan sana ya." Dini memberitahukan pasiennya jika tugas rekannya sudah usai dan bergantian dengannya.
Wanita yang sedang duduk diatas brangkar dan suaminya yang tengah menggendong bayi itu mengulas senyum dan mengangguk menanggapi Dini.
setelah berbasa-basi dengan pasiennya mereka akhirnya keluar dan duduk di ruangan mereka sambil menonton televisi.
Saat jam menunjukan pukul 11 malam. Dini mendatangi kamar Pasiennya dan melihat apakah pasiennya sudah tertidur atau belum. Ia membuka pintu kaca dan melihat pasien dan suaminya akan tidur.
"Ada apa Bu dok?" tanya suami pasien yang kembali duduk.
"Nggak apa mas, cuma ngecek aja. Apa ibunya ada keluhan?" tanya Dini dengan mengulas senyum manis di bibirnya dan mendekati ranjang pasien.
Wanita tersebut ikut tersenyum dan menggeleng yakin. "Nggak dok, hanya saja mungkin beberapa jam lagi infusku habis. Apa bisa kalau aku minta di lepas saja." kata wanita itu.
Dini melihat botol infus yang hanya tersisa seperempat saja. "Bisa, nanti kalau habis bisa panggil saya atau rekan saya di ruangan ya pak!" jawab Dini dan mengusap lembut pipi bayi yang berada di dalam box.
"Baik dok!"
"Ya sudah, kalau begitu saya keluar. istirahat yang cukup ya mbak, biar besok pagi bisa langsung pulang."
Ia tersenyum dan menutup pintu ruang perawatannya lalu kembali ke ruangannya dimana Kanaya berada.
"Nay, aku merem sebentar ya, setengah jam saja. Aku benar benar lelah!" izin Dini karena ia memang lelah karena telah melakukan perjalanan panjang siang sampai sore.
Kanaya yang sedang duduk membelakanginya hanya mengangguk tanpa menatap Dini. Dini merasa heran karena heran dengan respon Kanaya. Biasanya Kanaya selalu ramai, jarang sekali Kanaya diam seperti ini. Tapi karena terlalu lelah, akhirnya Dini memutuskan untuk masuk ke dalam kamar khusus untuk beristirahat.
Saat sudah beberapa menit menjelajahi alam mimpi, tiba-tiba Dini mendengar Pintu di buka. Ia mengerjapkan matanya dan melihat Kanaya melepaskan jaket dan mengikat rambutnya.
"Kak, makan dulu yuk. Aku ada beli nasi goreng barusan di perempatan sana!" kata Kanaya sambil menunjukan bungkusan plastik putih pada Dini.
Dini merasa herang mengerutkan keningnya. "Kapan kamu pergi?" tanya Dini penasaran.
"Tadi, waktu kakak periksa kamar pasien. sejak sore aku belum makan apapun, jadi perutku sangat lapar. aku menelpon pacarku untuk di jemput sebentar. maaf ya kak tadi nggak sempat pamit." ucap Kanaya ringan. sementara Dini yang mendengar cerita Kanaya merasa sesak karena jantungnya berdebar kencang.
"Lalu pada siapa tadi aku pamit?" gumam Dini pelan.
"Apa kak, kakak ngomong apa?" tanya Kanaya heran.
"Sebaiknya kita keluar sekarang, aku lapar mencium aroma nasi goreng itu." Dini menarik tangan Kanaya menuju nurse station di depan ruang khusus istirahat.
Dini tak melihat siapapun di sana, bahkan kursi yang berada disana juga kosong.
Kanaya mengambil 2 sendok dari pantry dan juga 2 gelas air putih untuknya dan Dini. "Nih kak!" Kanaya menyerahkan satu sendok pada Dini. Dini menerimanya dan mulai membuka bungkusan nasi goreng di dalam sterofom putih dan langsung menyantapnya setelah membaca doa.
"Nay, tadi setelah aku mendatangi kamar pasien, aku keluar dan melihatmu duduk di sini dengan wajah menatap jendela. Aku berpamitan padamu untuk istirahat sebentar karena lelah. belum ada 10 menit aku terlelap tiba-tiba kamu datang membawa nasi goreng." ujar Dini sambil mengunyah nasi goreng spesial miliknya.
Sementara Kanaya tersedak mendengar penuturan Dini.
Uhuk
Uhuk
Uhuk
"Kakak jangan bercanda. Aku sama sekali tidak mendengar kakak mengatakan itu!" ucap Kanaya ketakutan.
"Berarti bukan dirimu, sudah lah. tidak usah di pikirkan. Sebaiknya cepat makan." ucap Dini menenangkan Kanaya yang terlihat lemas.
.
Selesai makan mereka masuk ke dalam ruangan untuk sekedar merebahkan badan. Gedung ini lumayan besar untuk di jadikan sebagai Pustu, karena biasanya Pustu itu kecil. Dini merasa heran kenapa membuat Pustu di ujung kampung padahal jaraknya lumayan jauh dari pemukiman warga.
"Nay, aku istirahat sebentar ya. sebentar lagi infus pasien itu habis. Kau tangani jika nanti suaminya memanggil ya. aku benar-benar lelah."
"Tidur lah dok, aku yakin malam ini seperti malam-malam biasanya, tidak akan ada pasien lagi."
"Hmm, kau benar." ucap Dini lalu memejamkan matanya. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya Dini telah masuk ke dunia mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
kuaci
kayaknya itu arwah suster itu deh
2024-11-03
0
Shyfa Andira Rahmi
prasaan ko mlem trus tugasnya...
2024-11-28
0
Heri Wibowo
baru masuk kerja sudah mendapat gangguan.
2024-09-02
0