Ketika matahari merangkak semakin tinggi, mobil milik Andre sudah berada di pelataran rumah tempat tinggal sementara Dini. Ia meminta anak buahnya untuk menjemputnya di kampung kenanga dan memberikan alasan jika dirinya tidak bisa membawa motor untuk kembali ke kota.
"Sudah sampai man!" seru Andre yang melihat anak buahnya turun dari mobil kesayangannya. Ia menghampiri anak buahnya dengan jalan tertatih.
"Bagaimana keadaanya bos, apa perlu kita ke rumah sakit saat sampai di kota nanti?" tanya Firman dengan wajah serius dan menatap kaki Andre yang masih sedikit memar.
"Nggak perlu lah, ini udah mendingan karena habis di urut. Nanti kita antar temanku dulu ke rumah orang tuanya ya?" ujar Andre memerintah.
Firman mengangguk paham dan berjongkok di depan kaki Andre untuk melihat kondisinya yang sudah lumayan membaik.
Dini kini tengah mematut wajahnya di depan cermin, hanya sedikit memoles wajahnya menggunakan bedak padat dan lipbalm permen karet agar tidak kering. Meskipun ia mampu membeli rangkaian kosmetik mahal, Dini tidak ingin karena ia tidak suka berdandan, ia hanya memiliki 2 buah bedak padat dan tabur juga 3 buah lipstik dan beberapa lipbalm, ia lebih sering memakai lipbalm karena ringan di bibir. Bibirnya sendiri sudah berwarna merah alami jadi tanpa perlu polesan lipstik tidak masalah, hanya untuk mempertahankan kelembaban bibirnya maka dari itu ia lebih menyukai memakai lipbalm saja. Ia lebih memilih membeli rangakain skincare berharga mahal untuk menunjang penampilannya, jadi meskipun dirinya tidak menggunakan makeup wajahnya dan kulitnya akan tetap terlihat terawat.
Selesai mematut wajahnya, Dini menyisir rambutnya cepat dan kemudian memakai jedai di setengah rambutnya lalu menyemprotkan parfum ke bagian leher dan pergelangan tangan kemudian menggosoknya. Setelah itu ia mengambil Sling bag yang tergantung di capstok dan memasukkan dompet, ponsel, lipbalm favoritnya juga parfum berukuran kecil ke dalam slingbag yang memang ukurannya tidak besar.
Setelah siap, Dini keluar kamar dan tak mendapati Andre di ruang tamu, ia menatap kearah luar dan melihat Andre sedang mengobrol dengan seorang pemuda di samping mobil toyota Camry berwarna hitam metalik.
Dini melihat mobil Andre bukanlah mobil berharga murah, ia tau karena ayahnya pun memiliki satu seri mobil tersebut. Harganya hampir satu milyar, sepertinya Andre bukan orang biasa. Tapi Dini tak perduli, yang ia inginkan saat ini segera bertemu dengan orang tuanya. Karena setelah sebulan berada disini, baru kali ini ia bisa pulang ke rumahnya. Ia juga sudah mengajukan cuti tambahan selama 3 hari, jadi ia bisa menikmati beberapa hari bersama orang tuanya di kota.
Dini memastikan pintu dapur dan jendela semua dalam keadaan terkunci, ia juga sudah mencabut kabel kulkas dan yang lainnya karena akan ia tinggal selama beberapa hari. Di kulkas tidak ada apapun selain telur dan mi instan, ia mengeluarkan semuanya dan membiarkan di suhu ruang.
"Sudah semuanya?" tanya Andre yang tiba-tiba sudah berdiri di ruang tamu.
Dini menolehkan wajahnya dan tersenyum. "Sudah, mau berangkat sekarang?" tanya Dini.
Andre mengangguk dan tersenyum, ia melihat penampilan sederhana Dini namun tetap terlihat cantik. Dini hanya menggunakan kaos polos tangan panjang berwarna hitam dengan potongan kerah V, Andre bisa melihat kalung dengan bandul Rubby yang menjuntai di leher Dini, itu adalah salah satu koleksi perhiasan dari toko nya yang harganya lebih dari 50 juta. dan juga celana kulot yang juga berwarna hitam. Andre bisa mencium aroma bunga Lily dari parfum yang Dini semprotkan ke tubuhnya. Andre senang melihat Dini memakai salah satu koleksi perhiasan dari tokonya. Meskipun desain nya elegan dan simpel tetap tak menghilangkan kesan mewah dari kalung yang Dini pakai.
Andre benar-benar di buat terpesona dengan penampilan sederhana Dini, bibir merah alami milik Dini sejak awal sudah membuat Andre ingin melumatnya jika tidak ingat mereka baru berkenalan. Ia menyadari sesuatu bahwa dirinya telah tertarik dengan dokter cantik itu.
"Mas! Mas Andre!" Dini mengibaskan tangannya ke hadapan Andre dengan kening berkerut karena melihat Andre hanya terdiam menatapnya.
Andre mengerjapkan matanya karena terkejut dengan panggilan Dini beberapa kali.
"Aah, ya! Maaf! Ya sudah, kita berangkat sekarang ya!" kata Andre gugup, dan langsung berjalan keluar dengan kaki tertatih.
Dini kemudian menyusul Andre dan mengunci pintu rumahnya.
"Mas, aku pamit tetangga ku sebentar ya. takutnya nyariin." ujar Dini pada Andre yang akan membukakan pintu mobil.
Andre berbalik badan dan mengangguk. Kemudian ia lebih dulu masuk ke dalam kursi bagian depan sebelah Firman menyetir.
Ia memperhatikan Dini yang tengah mengobrol dengan seorang wanita berusia 30 an yang sedang menjemur pakaian di samping rumahnya.
Setelah itu Dini berjalan menuju mobilnya.
"Siapa dia bos, pengganti mbak Shita ya!" goda Firman pada Andre, karena melihat tatapan Andre sejak tadi tak lepas dari wanita cantik berkulit putih itu.
"Dia dokter yang semalam merawatku, ini rumah singgahnya, rumah aslinya di kota jakarta. Tepatnya di daerah xx." jawab Andre tanpa menatap lawan bicaranya, karena matanya masih fokus menatap Dini yang kembali bertegur sapa dengan seorang nenek.
Andre benar-benar terpesona menatap senyuman tulus Dini.
"Awas, jatuh itu air liurnya bos!" goda Firman lagi, karena melihat Andre menganga.
Andre kemudian mengalihkan wajahnya pada Firman. "Aku salah nggak sih, kalo suka sama perempuan lain, sementara istriku belum setahun meninggal." Tanya Andre dengan mata menatap sayu.
"Tentu nggak salah bos, bos masih muda, sudah pasti butuh menyalurkan hasrat biologis. Juga butuh seorang istri untuk melayani semua kebutuhan bos." jawab Firman yakin. Ia sendiri tidak menyalahkan bos nya jika menyukai wanita. Karena sejak 6 bulan kematian istrinya, Firman belum sekalipun melihat Andre dekat dengan wanita manapun. Padahal banyak dari karyawan wanita Andre yang terang-terangan menggoda Andre, bahkan beberapa dari mereka mengatakan jika rela di jadikan pemuas ranjang Andre, tapi Andre tidak merespon sama sekali.
Andre terlalu sibuk mengurus toko perhiasannya yang sudah memiliki 5 cabang. Bahkan Andre bekerja sama dengan sebuah perusahaan berlian untuk mengeluarkan perhiasan baru. Kini Andre sebenarnya tengah sibuk mengurus peluncuran perhiasan barunya dengan salah satu perusahaan berlian.
Andre datang ke desa sedap malam karena ibunya ingin kembali tinggal di desa itu, jika tidak terlalu sibuk ia menyempatkan untuk mengunjungi ibunya.
Dini kini telah masuk ke dalam mobil dan duduk di jok bagian belakang, sedangkan Andre sengaja duduk di depan karena ia ingin jantungnya tetap aman di tempatnya.
"Bos, malam pekan depan kita sudah sepakat akan menggelar peluncuran perhiasan baru kita. Modelnya pun sudah di sepakati dengan perusahaan Citra berlian. Kita akan memakai Jeniffer Larry sebagai modelnya bos." Kata Firman ketika mobil sudah berjalan beberapa meter dari rumah Dini.
Dini yang duduk di belakang hanya menyimak pembicaraan Andre dan Firman tanpa mau menyela, karena ia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan mereka.
Andre mengangguk paham. "Bagaimana bisa kita menggaet model wanita itu, bukannya katamu Jeniffer menolak kerja sama yang kita tawarkan?" tanya Andre heran.
"Hehe, aku meminta bantuan Tuan Doni untuk melobby Jeniffer bos, karena CEO Citra berlian ingin Jeniffer yang menjadi model perhiasan itu." jawab Firman sambil menyengir kuda.
Andre tau jika Doni memiliki banyak koneksi di berbagai kalangan, jadi tidak terlalu sulit meminta Doni untuk meminta bantuan Doni untuk memuluskan jalannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
kalea rizuky
oh ini andre yg suka istri nya doni kan lupa deh q namanya yg istri nya meninggal karena di jadikan tumbal
2024-11-13
0
Elizabeth Jane Sondakh
ternyata dugaanku bnr ini ada hubungan sma Lintang n Doni
2025-01-28
0
kuaci
jodohnya buk dokter nih
2024-11-03
0