Mulai tergoda

Setelah selesai Mandi, Dini langsung memakai pakaiannya di dalam kamar mandi karena jika ia tidak melakukan itu, ia merasa malu dengan Andre yang saat ini berada di ruang tamu, karena jika akan masuk ke kamar nya ia harus melewati ruang tamu terlebih dahulu.

"Maaf ya mas, kalo nunggu lama!" ujar Dini yang tiba-tiba muncul dari arah belakang.

"Aaah, nggak mbak! Aku malah nggak sadar kalau lagi nunggu kamu mandi, sambil nonton tv soalnya he he!" jawab Andre. Ia melihat Dini yang memakai kaos hitam tangan panjang dan celana kulot panjang berwarna hitam, dengan rambut panjang yang masih basah, dini mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil sambil berdiri di depan pintu.

"Mas, aku mau buat sarapan dulu ya. Maaf aku tinggal lagi, aku benar-benar kelaparan karena semalam tidak sempat makan malam." kata Dini dan kembali menuju ke belakang.

"Santai saja mas kalo sama aku." kata Dini tersenyum sebelum kembali ke dapur.

Andre ikut tersenyum dan berjalan mengikuti Dini dengan tertatih menggunakan tongkat.

"Mbak, aku boleh minta minum? Haus!" kata Andre.

Dini yang sedang membuka kulkas seketika menepuk jidatnya. "Astaga! Maaf ya mas, aku sampai lupa buat ambilin minum. Mau air putih biasa, kopi atau teh mas?" tanya Dini.

Andre sedikit tergelak melihat tingkah Dini.

"Apa saja mbak, semua yang mbak suguhkan saya pasti minum." ujar Andre.

Dini mengangguk dan dengan cekatan ia membuatkan teh manis untuk Andre. Ia juga mengambil beberapa potong kue dari kulkas keatas piring.

"Mas, ngomong-ngomong namanya siapa? Aku sejak semalam mau bertanya lupa hehe!" kata Dini sambil mengaduk teh di gelas.

"Nama saya Andre mbak, kalau mbak dokter sendiri namanya siapa?" tanya Andre yang berdiri dengan bersandar di dinding dapur.

Dini menolehkan wajahnya kearah Andre dan tersenyum. "Kita ini lucu ya, sejak semalam baru berkenalan. Nama saya Andini mas, panggil saja Dini." kata Dini.

Andre mengangguk paham. Mereka kemudian berjalan menuju ke ruang tamu, Dini membuat 2 cangkir teh untuknya dan juga Andre.

Dini meletakkan nampan diatas meja dan membantu Andre duduk di kursi.

Dini menatap Andre setelah Andre duduk, Andre juga menatap wajah Dini yang berada tepat di depan nya.

Mereka saling beradu pandang beberapa saat, Andre mendekatkan wajahnya ke wajah Dini ia menatap bibir pink alami milik Dini hembusan nafas segar milik Dini membuat Andre ingin mencium nya. Dini menutup matanya karena Andre semakin mendekatkan wajahnya. Sebelum akhirnya kedatangan tukang urut yang di panggil Dini datang membuyarkan keinginan mereka.

"Assalamualaikum!"

Dini langsung terkesiap dan berdiri, mereka berdua langsung canggung karena hampir saja mereka saling berciuman. Andre mengusap tengkuknya dan bersandar di kursi karena merasa malu sekali, hampir saja ia kurang ngajar mencium dokter cantik itu.

"Wa-Waalaikumsalam." jawab Dini dengan tergagap. Ia merapihkan rambutnya dan berjalan menuju ke depan.

"Mbak, saya di minta pak RT buat datang ke mari, katanya mbak butuh tukang urut ya." kata tukang urut yang merupakan wanita paruh baya.

"Eeh, iya Mbah. Mari masuk Mbah, teman saya semalam jatuh dari motor dan kakinya terkilir." jawab Dini dan membantu nenek tersebut masuk ke dalam rumahnya.

"Nah, ini teman saya mbah, kakinya terkilir karena semalam jatuh dari motor." Dini menunjuk Andre yang tersenyum kaku menatapnya.

"Mana sini coba Mbah liat." wanita bernama Mbah Sarti tersebut duduk di lantai dan memeriksa kaki Andre yang sudah membengkak.

"Aaah mbah sakit Mbah!" Andre berteriak kesakitan saat Mbah Sarti menekan pergelangan kaki Andre yang membengkak.

Dini menggelar karpet dan membantu Andre untuk duduk di bawah, ia juga menyiapkan minyak untuk mengurut.

Setelah itu ia kembali ke dapur untuk memasak. Dini tertawa geli mendengar Andre berteriak kesakitan saat sedang di urut.

Dini memasak sambil sesekali melihat Andre yang sedang di urut.

Setelah beberapa saat akhirnya Andre sudah selesai di urut Dini juga sudah selesai memasak.

"Ini bengkak nya sudah parah, coba semalam langsung di urut, mungkin tidak akan terlalu sakit saat di urut, sebaiknya jangan berjalan terlalu jauh dulu sampai besok, istirahatkan kakinya sampai tidak terasa sakit lagi, kompres pakai air es untuk menghilangkan bengkaknya. Kalau besok sudah tidak terlalu sakit lagi baru bisa di pakai berjalan jauh." kata Mbah Sarti sambil berdiri dan berjalan menuju kursi, ia duduk dan meminum teh yang di buatkan Dini.

"Baik Mbah, terimakasih sudah mau membantu teman saya!" kata Dini yang akan ikut berdiri namun tangannya di cekal oleh Andre.

Andre masih meringis kesakitan dengan keringat bercucuran. Ia mengambil dompet dari dalam saku celananya dan menyerahkannya pada Dini.

"Berikan upah pada Mbah Sarti ya, ambil beberapa lembar uang dari dompetku, aku mau tidur sebentar meresapi sisa rasa sakitnya." ujar Andre lalu merebahkan tubuhnya diatas karpet dan menutupi wajahnya dengan tangan.

Dini tersenyum dan menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Andre.

"Apa tak apa aku membuka dompetmu?" tanya Dini.

"Hmm!" Andre hanya berdehem dengan mata terpejam.

Dini lalu membuka dompet Andre dan langsung mengambil 1 lembar uang berwarna merah dari dalam dompet Andre.

"Mbah, terimakasih sudah membantu teman saya, semoga setelah di urut teman saya bisa jalan lagi. Tolong terima ini ya Mbah!" Dini menarik tangan Mbah Sarti dan memberikan uang itu padanya.

"Sama-sama dokter, kalo gitu mbah pulang dulu ya."

Dini mengantarkan Mbah Sarti sampai ke depan rumah lalu ia kembali masuk ke dalam rumah. Dini mendengar hembusan nafas Andre yang teratur yang sepertinya sudah tidur. Ia lalu meletakkan dompet milik Andre ke dalam kamar.

Dini mengumpulkan pakaian kotornya untuk ia berikan pada tetangganya, ia memang tidak pernah mencuci karena mencuci dan menyetrika adalah pekerjaan rumah yang paling ia tidak sukai, Selama tinggal di kampung ini, Dini selalu meminta Sumi untuk mencuci dan menyetrika pakaiannya.

Dini akan memberikan upah setelah Sumi membawa pakaiannya yang sudah di setrika keesokan harinya. Biasanya Dini memberikan upah dari 50 ribu sampai 100 ribu untuk sekali mencuci dan menyetrika, tergantung seberapa banyak pakaian kotornya. Seminggu 3 kali Dini membutuhkan tenaga Sumi untuk mencuci dan menyetrika pakaiannya.

Dini meninggalkan Andre yang sedang tertidur menuju rumah Sumi dengan membawa bak berisi pakaian kotornya.

"Mbak Sumi, aku mau nganter cucian nih!" Dini tersenyum melihat Sumi yang sedang menyuapi anaknya.

Sumi menyambut Dini dengan senyuman ramah.

"Sini dok, biar saya bawa kebelakang. nanti habis nyiapin anak-anak saya bawa ke sungai. Sekalian mau cuci seprai juga." kata Sumi dan meraih bak milik Dini.

Dini mengangguk dan duduk di depan teras Sumi. Setelah Sumi kembali dari belakang, Sumi memegang tangan Sumi dengan tatapan serius.

"Ada apa toh dok, kok liat saya kaya begitu." tanya Sumi heran.

Terpopuler

Comments

kuaci

kuaci

serius bngt kayak penting yg di omongin dini

2024-11-02

0

Ucii Ramadhani

Ucii Ramadhani

Andre m3sum jg ternyata

2024-12-30

0

Aishnina(✿ ♥‿♥)

Aishnina(✿ ♥‿♥)

sumi memegang tangan sumi?

2025-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!