Bab Sembilan Belas

Sore hari, Amanda membawa putrinya ke salah satu mal di kota itu. Dia juga ingin membeli sedikit ole-ole untuk karyawannya. Amanda memang selalu begitu, setiap pulang dari bepergian selalu membawa makanan buat dia makan bersama dengan karyawan lainnya.

Elsa meminta mainan saat melewati sebuah toko yang menyediakan berbagai macam mainan. Setelah mengambil beberapa, dia lalu membayarnya. Merasa haus dan lelah dia mengajak putrinya ke salah satu restoran.

Elsa yang di biarkan jalan sendiri, justru berlari masuk karena tak sabaran ingin makan es krim. Dia lalu memilih tempat duduknya. Amanda hanya tersenyum melihat tingkah putrinya.

"Bunda sini!" ucap Elsa sambil melambaikan tangannya.

Sepasang suami istri yang duduk tak jauh dari Elsa menatap wajah bocah itu tanpa kedip. Terutama sang pria.

"Kenapa Bang Tama memandangi anak itu? Apa Bang Tama mengenalnya?"

Ternyata itu Tama dan Salsa. Saat melihat Elsa, sebenarnya jantung wanita itu sudah berdetak lebih cepat. Dia masih mengenal bocah itu. Dia sengaja bertanya, ingin kejujuran sang suami, apakah dia mengenal sang putri.

Aditya sebenarnya ragu untuk menjawab. Dia mengenal wajah bocah itu dari setiap foto yang di kirim mamanya. Tapi dia takut menjawab, selain itu akan menjadi banyak pertanyaan bagi Salsa, dia juga tak yakin jika itu putrinya.

Langkah Amanda terhenti ketika melihat Aditya dan Salsa. Wanita itu mencoba tersenyum. Dia menarik napas dalam sebelum menyapa suaminya.

"Selamat sore, Mas. Akhirnya kita bisa bertemu lagi," ucap Amanda dengan penuh penekanan.

Aditya tampak sangat terkejut ketika memandangi wajah siapa yang menyapanya. Dia menatap Amanda tanpa kedip. Sebelum pria itu menjawab, dia berjalan ke arah putrinya dan meminta tetap duduk di sana. Tak ingin bocah itu melihat dia nanti berdebat. Dia langsung memesan es krim dan makanan lain untuk putrinya. Setelah itu kembali ke meja suaminya.

Salsa hanya bisa diam. Dia ingin menjadi pendengar saja. Bagaimana pun Amanda masih istri sah suaminya di hadapan negara.

"Apa kabar, Mas?" tanya Amanda dengan tersenyum. Dia berusaha menahan sebak di dada. Dia harus kuat. Tak boleh menangisi pria pecundang seperti Aditya.

"Seperti yang kamu lihat," jawab Aditya. Tampak dia sedikit gugup saat menjawab pertanyaan istrinya itu.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini. Aku ingin memberikan satu surat yang harus kamu tanda tangani," ucap Amanda dengan suara tegas.

Amanda mengambil selembar kertas dari dalam tas. Dia lalu menyerahkan pada pria itu. Aditya meraih dan membacanya. Dia lalu menatap Amanda. Sesekali melirik ke arah putrinya. Ingin rasanya memeluk buah hatinya itu.

"Apa harus diselesaikan dengan cara begini, Manda? Kita masih bisa bicarakan semua secara baik-baik," ucap Aditya pelan.

Salsa yang duduk di samping sang suami menatap pria itu dengan wajah cemberut. Dia tak paham atas ucapan suaminya itu. Bukankah kemarin pria itu bersikeras ingin berpisah, sekarang kenapa mengatakan ingin bicara baik-baik. Apa dia berubah pikiran setelah tahu jika istrinya pebisnis sukses? Tanya Salsa dalam hatinya.

"Bicara baik-baik bagaimana, Mas? Aku telah menunggu selama tiga tahun, berharap kau datang untuk menyelesaikan semua ini. Aku dulu berpikir, pria yang aku nikahi adalah pria sejati yang bertanggung jawab. Ternyata hanyalah seorang pecundang! Jika kau ingin memulai dengan yang baru, kenapa tak kau akhiri dulu hubungan kita. Sekarang aku yang meminta padamu, jika kau masih merasa sebagai pria, tanda tangani surat cerai itu. Dan jangan pernah hadir, agar semua selesai secepatnya!" seru Amanda dengan penuh penekanan.

"Manda, aku minta maaf atas semua yang telah aku lakukan. Aku memang pengecut. Seharusnya aku pamit denganmu secara baik-baik bukan langsung menghilang," ucap Aditya.

Amanda tersenyum sinis mendengar kata maaf dari pria itu. Apakah dia tak tahu bagaimana dirinya yang berjuang sendiri mencari keberadaan sang suami karena keluarga Aditya tak mendukung. Bodohnya dia tak curiga semua karena mereka telah tahu dimana keberadaan putranya.

"Aku ingin mendengar jawaban darimu, siapa yang memaksa kamu melamar ku, yang pasti bukan orang tuaku 'kan? Apa benar kamu tak pernah mencintaiku dan tak pernah merasakan kebahagiaan selama menikah denganku?" tanya Amanda dengan suara sedikit bergetar karena menahan sesak di dadanya.

Aditya memandangi Amanda dan Salsa bergantian. Sepertinya bingung mau menjawab apa. Dia tampak menarik napas berat.

"Aku tak mau menjawabnya. Aku tak mau ada yang tersakiti," ucap Aditya.

Di luar dugaan keduanya, Amanda tertawa mendengar jawaban dari suaminya itu. Dia lalu berdiri dari duduknya.

"Aku juga tak butuh jawaban darimu. Karena apa pun jawaban dari kamu, tak akan bisa merubah semuanya. Aku akan tetap dengan keputusan ini. Satu lagi yang harus kamu ingat, bayar uang yang kamu pinjam sebanyak lima ratus juta itu dan kembalikan mobilku atau segera ganti rugi. Aku beri waktu tiga bulan, sebelum aku lapor ke polisi!" ucap Amanda.

Amanda lalu berjalan, ingin menuju meja di mana anaknya sedang menikmati es krim. Namun, baru beberapa langkah, tangannya di tahan seseorang.

"Amanda, aku tau salahku terlalu besar padamu. Tapi aku mohon, maafkan aku. Semua yang aku lakukan karena tak ingin menyakiti kamu lebih dalam lagi. Aku tak mau kamu terluka karena sikapku. Percayalah, semua yang aku lakukan semua untuk kebaikan kamu," ucap Aditya.

Amanda lalu membalikkan tubuhnya menghadap sang suami. Matanya memandang ke arah pria itu dengan tatapan tajam.

"Jadi semua demi kebaikanku?" tanya Amanda. Aditya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Jadi seharusnya aku mengerti dengan keputusan kamu ini? Aku seharusnya minta maaf karena telah berprasangka buruk?" tanya Amanda sambil tertawa. Sebenarnya tawanya itu untuk menutupi luka hatinya.

"Kalau begitu aku minta maaf karena telah membuat kamu menikahi 'ku. Aku minta maaf karena tak bisa membuatmu bahagia saat menikah denganku. Aku minta maaf karena telah membuat kamu tertekan selama denganku. Aku minta maaf karena mengganggu waktumu hari ini!" ucap Amanda dengan penuh penekanan.

Setelah mengucapkan itu, dia kembali berjalan. Langsung menghampiri putrinya dan menggendongnya. Dengan langkah cepat dia berjalan keluar setelah melakukan pembayaran. Dia sudah muak melihat pria itu.

Amanda mengusap wajahnya. Dia tak mau air mata jatuh membasahi pipinya dan dia terlihat rapuh di depan pria itu.

Aku yang kau sakiti dan aku yang kau lukai, tapi karena darahku mengenai tubuhmu sehingga aku yang harus minta maaf. Sakit bukan, sakit yang tak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.

Terpopuler

Comments

Ila Lee

Ila Lee

hai lelaki dayus bayar lh hutang Amanda belum lgi hutang nafkah anak mu setan bikin aku naik darah bapanya /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Awkward/

2024-11-15

0

LENY

LENY

LAKI2 MOKONDO MODAL MULUT MANIS DOANG 😡😡

2025-03-06

0

Lala lala

Lala lala

3 tahun ud jatuh talak syah ..ngapain lg

2024-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!