"Kak, apa selama ini pernah melihat kami bertengkar atau selisih paham? Aku selalu menurut apa pun yang Mas Adit katakan. Sampai kemarin aku masih Manda yang sama, tak ada yang kami perdebatkan. Aku cuma bertanya, kenapa dia tak ke kafe. Bukankah sebagai pemilik kita harus mengawasinya," ucap Manda.
Amanda tak mau jujur mengenai perselisihan mereka tentang uang yang Adit ambil. Bisa-bisa nanti dia yang diceramahi Kak Dian. Nanti dia pasti dikatakan pelit atau perhitungan dengan suami sendiri.
"Adit tak ke kafe juga karena kamu, Manda!" seru Kak Dian.
Mama hanya diam mendengar Kak Dian dan Amanda mengobrol dengan sedikit ketegangan. Dia justru berdiri dan menggendong cucunya. Tak peduli anak dan menantunya berdebat.
"Karena aku? Kenapa denganku, Kak? Apa yang Adit katakan dengan Kak Dian?" Amanda bertanya dengan beruntun.
"Karena kamu itu terlalu manja. Dia takut meninggalkan kamu di rumah sendirian. Apa kamu tak sadar selama ini jika kamu itu telah menjadikan adikku babu. Mama saja tak pernah minta di layani seperti kamu. Dari mencari uang, memasak, dan melayani kamu seperti tuan putri dia lakukan. Dia pasti capek sehingga memilih pergi!" ucap Kak Dian dengan ucapan ketus.
Amanda menarik napas berat. Berarti selama ini suaminya itu sering mengeluh dengan Kak Dian atau mungkin juga dengan mamanya. Padahal dia tak pernah minta diratukan begitu, Aditya saja yang melakukannya.
"Kak, aku tak pernah meminta Mas Adit untuk melakukan itu. Setiap aku mau mengerjakan semua, Mas Adit melarang," ucap Amanda tak terima di katakan manja.
"Sudahlah! Kalian bukannya mencari keberadaan Adit malah bertengkar. Tak akan Adit ditemukan dengan perdebatan kalian berdua," ucap Mama Sari.
Amanda mengucapkan istighfar mendengar ucapan mama Sari. Seharusnya dia tak membalas semua ucapan kakak iparnya. Tak semestinya dia terbawa emosi.
"Ma, aku boleh titip Elsa. Aku ada bawa ASI yang telah aku bekukan. Mama bisa berikan nanti pada anakku. Aku mau ke kantor polisi membuat laporan orang hilang dan setelah itu mencoba mencari keberadaan Mas Adit ke tempat-tempat yang bisa dia datangi," ucap Amanda.
Mama Sari hanya mengangguk sebagai jawaban. Kak Dian yang tampak tak suka dengan pendapatku. Dia langsung mengajukan protes.
"Kenapa harus melapor pada polisi? Kamu mau mencemarkan nama baik Adit?" tanya Kak Dian.
Mendengar ucapan Kakak iparnya itu tentu saja membuat Amanda mengerutkan dahi. Merasa aneh dengan pertanyaan wanita itu.
"Kak Dian ini bagaimana, sih? Bukankah aku memang harus melapor pada polisi agar mereka bisa membantu pencarian Adit? Kenapa bisa jadi mencemarkan nama baik?" Amanda balik bertanya.
"Tentu, hal itu sama saja mencemarkan nama baik. Nanti orang akan tau jika Adit pergi dari rumah dan mereka pasti mencari tau penyebabnya. Aku tak mau Adit nanti jadi bahan omongan, apa lagi disalahkan!" seru Kak Dian.
"Apa yang dikatakan Dian itu benar, Manda. Kita coba cari sendiri saja dulu. Kalau perlu kamu sewa detektif. Dengan uang simpanan dari warisan orang tuamu, mama rasa bukan hal sulit bagimu untuk bisa menggunakan jasa mereka. Uangmu ada miliyaran, jadi di ambil sedikit mama rasa tak akan mengurangi isi tabunganmu," balas Mama Sari.
Dahi Amanda sedikit berkerut mendengar ucapan mama mertuanya. Dari mana Mama Sari tahu uang simpanannya, pastilah Aditya yang mengatakan.
"Ma, aku akan sewa orang juga untuk mencari keberadaannya Adit, tapi laporan ke polisi tetap aku lakukan!" seru Amanda.
'Kamu pikir laporan kamu akan di proses? Belum ada dua puluh empat jam, Manda. Lagi pula jadi istrinya itu harus bisa nyenangin hati suami, biar betah di rumah, tak kabur!"
Amanda menarik napas untuk meredakan amarah. Dia tak boleh terbawa emosi. Wanita itu langsung berdiri dari duduknya.
"Ma, aku pamit. Semoga ada titik terang keberadaan suamiku," ucap Manda.
"Semoga saja. Hubungi mama jika telah ada petunjuk di mana dia berada," balas Mama Sari.
"Baik, Ma. Semoga saja usahaku berhasil."
Amanda lalu menyalami tangan mertuanya. Mengecup pipi putrinya.
"Sayang, kamu dengan Oma dulu ya. Bunda mau mencari keberadaan ayahmu. Semoga usaha bunda berhasil," ucap Amanda dengan sang buah hati.
Setelah itu dia melangkah pergi meninggalkan rumah mertuanya. Tempat pertama yang akan dia tuju adalah tempat bermain bilyard seperti pamitnya kemarin malam.
Amanda melajukan mobilnya menuju tempat bilyard itu. Berharap dari sana ada petunjuk kemana perginya sang suami.
Satu jam perjalanan, sampailah Amanda. Dia langsung keluar dari mobil. Beruntung sekali tempat bilyard itu terbuka. Salah satu pekerja tampak sedang melakukan pembersihan. Dia langsung berlari menuju gedung itu, takut wanita itu menutup bilyard kembali. Amanda mendekati wanita yang akan membuang sampah.
"Mbak, aku boleh tanya sesuatu?" tanya Amanda dengan sopan.
"Ada apa ya, Mbak?" Wanita itu balik bertanya.
"Apa Mbak melihat pria ini tadi malam di sini?" Amanda bertanya dengan menunjukan foto Aditya yang ada di ponselnya.
"Mas Adit?" Kembali wanita itu bertanya.
"Berarti Mbak kenal dengan suami saya ini. Apa tadi malam dia ada di sini?" tanya Amanda lagi.
"Ada, tapi hanya sebentar. Dia datang hanya untuk menemui Pak Toni. Tidak main bilyard. Jadi Mbak ini istrinya Mas Adit?"
"Iya, Mbak. Siapa Pak Toni itu? Apa dia ada di sini sekarang?" Kembali Amanda mengajukan pertanyaan.
"Pak Toni itu pemilik bilyard ini. Dia datang hanya malam hari," jawab wanita itu.
Amanda menarik napas dalam. Sepertinya dia harus kembali lagi ke sini nanti malam.
"Terima kasih, Mbak. Kalau begitu saya pamit saja. Nanti malam datang lagi agar bisa bertemu Pak Toni."
Wanita itu mengangguk tanda setuju. Amanda lalu memberikan uang seratus ribu untuknya.
"Terima kasih," ucap wanita itu sambil menundukkan kepalanya.
"Sama-sama, Mbak. Aku pamit." Kembali Amanda mengucapkan pamit.
Amanda berjalan menuju mobilnya yang terparkir. Saat dia akan masuk ke dalam mobil, sebuah mobil datang memasuki halaman gedung bilyard ini. Dia kaget melihat mobil yang sangat dikenalnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Dewa Rana
mendingan bayinya dibawa aja, buat apa dititip mertua
2024-12-18
0
sherly
kenapa aku merasa si Dian nih malah istri si adit
2025-02-25
0
guntur 1609
dasar keluarga toxic. gak sadar dia siapa yg menopang hodup mamanya
2024-11-01
0