Bab Sebelas

Amanda menarik napas dalam. Dia mencoba menahan amarah. Tak ingin terlontar kata-kata yang membuat dia dan Kak Dian makin memburuk hubungannya.

Dari awal menikah, Dian tampak kurang suka dengan Amanda. Dia selalu bilang, jika dirinya terlalu manja dengan suaminya Aditya. Padahal siapa yang tak ingin bermanja dengan suami sendiri?

Kak Dian selalu berkata jika dirinya tak pernah manja dengan suami. Tentu saja dia tak bisa bermanja karena suaminya kerja di luar kota. Yang pulang hanya sekali tiga bulan.

"Kenapa kalau uang warisan? Apa tak boleh digunakan suami? Perhitungan sekali. Introspeksi diri deh kenapa sampai suami kamu pergi?" tanya Kak Dian.

"Kak, coba tempati dirimu berada di posisi aku. Bukan sebagai kakak yang hanya membela adiknya saja. Apakah Kak Dian rela uang warisan di pakai suami tanpa izin dan dalam jumlah besar. Lima ratus juta bukan jumlah yang sedikit. Kecuali jika selama ini aku tak pernah memberi suamiku uang. Di mana letak pelitnya aku? Mas Adam pernah pinjam gelang Kak Dian untuk sementara waktu dulu, tapi apa kak Dian memberi? Itu minta izin, loh. Bukan mengambil dalam diam. Dan gelang itu juga di beli dari uang Mas Adam, suami Kak Dian!" seru Amanda.

Akhirnya kesabaran Amanda sudah habis. Dia mengeluarkan semua keluhannya. Wajah Kak Dian memerah mendengar ucapan adik iparnya itu. Mama Sari yang melihat ada ketegangan di antara keduanya mencoba menengahi.

"Amanda, Mama paham dan mengerti dengan apa yang kamu rasakan. Mungkin memang uangmu di pakai untuk investasi bisnis. Mama justru takut kepergian Adit ini karena rasa bersalahnya padamu. Mama berpikir uang itu telah habis di pakai temannya. Bukankah dia bilang uang itu buat bisnis dengan temannya. Jadi dia malu karena telah menggunakan uangmu, dan memutuskan pergi, Manda," ucap Mama Sari.

"Ma, aku tak pernah meminta uang itu kembali. Aku hanya minta dia mau memperlihatkan bukti bisnis yang dijalankan karena aku juga takut Mas Adit di tipu. Dan buat apa dia pinjam uang tiga ratus juta itu?" tanya Amanda.

"Mama juga terkejut mendengar dia memiliki hutang. Mama tak tahu harus bagaimana?"

"Ma, temani aku melapor polisi. Aku mau buat laporan orang hilang. Mungkin polisi bisa menemukan Mas Adit. Jika memang dia melakukan bisnis bodong, aku akan memaafkan. Kenapa harus pergi tanpa pamit? Seharusnya Mas Adit jadikan ini sebagai pelajaran agar tak mudah percaya dengan orang," jawab Amanda.

"Aku tak setuju kalau kamu melapor ke polisi. Biar aku yang mencari keberadaan Adit. Aku memiliki banyak teman yang bisa di minat bantuannya. Walau harus mengeluarkan banyak uang asal adikku kembali!" ucap Dian.

Amanda menarik napas berat. Dia tak mau berdebat lagi. Akhirnya memilih pergi dan pamit dari rumah mertuanya. Dia juga berkeinginan mencari Adit dengan bantuan seorang detektif. Semua dilakukan hanya ingin tahu kemana dia pergi tanpa keinginan untuk memintanya kembali jika suaminya itu tak menginginkan.

Amanda menidurkan Elsa, dia lalu membersihkan diri dan melakukan salat. Hanya pada Tuhan dia bisa mengadu. Tak memiliki siapa-siapa lagi.

"Suamiku, andai kau tak bahagia denganku, maka ku persilakan dan keikhlaskan dirimu pergi. Pergilah mencari kebahagiaanmu. Karena bahagiamu adalah bahagiaku juga. Aku akan belajar ikhlas jika itu yang terbaik. Aku tak akan menuntut kamu untuk bertanggung jawab pada anak kita. Kamu adalah lelaki paling baik yang pernah aku temui. Pergilah, jangan peduli denganku. Aku dan anakmu akan baik-baik saja. Aku hanya ingin kepastian tentang kepergianmu. Aku ingin tahu alasan kamu meninggalkan diriku di saat rumah tangga kita sedang baik-baik saja."

**

Waktu terus berjalan, telah dua bulan kepergian Aditya. Tapi masih belum juga Amanda mendapatkan kabar di mana keberadaan suaminya itu.

Amanda harus ke kafe dengan membawa bayinya yang baru berusia empat bulan. Semua dijalani dengan sabar dan ikhlas. Sesekali dia mampir juga ke rumah mertua, menanyakan apa ada kabar dari Aditya. Terkadang bukan jawaban yang dia terima tapi jawaban ketus dari kakak iparnya, Kak Dian.

Mengenai mobilnya, Amanda sudah merelakan dari pada harus membayar hutang suaminya. Dia hanya mendapatkan kabar jika ternyata sang suami suka judi online. Aditya juga sering judi di bilyard.

Walau tanpa Aditya, Amanda tetap tak lupa memberikan uang bulanan untuk mama mertuanya walau tak sebanyak kemarin-kemarin. Hal itu juga sempat di sindir

Kak Dian. Tapi Amanda tak peduli. Dia mungkin sudah kebal dengan semua ucapan wanita itu.

"Akan tiba waktunya dimana aku akan mundur dengan sendirinya dari hubungan ini, tanpa perlu kamu minta. Bukan karena aku tak sayang, tapi karena aku melindungi diri dari rasa sakit dan kecewa yang mungkin akan datang terus menerus. Mulai hari ini aku ikhlaskan kamu kepergianmu. Mungkin hanya sampai di sini hubungan kita," ucap Amanda dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Kotin Rahman

Kotin Rahman

modyiaaarrr we dian di skakmat oleh adek iparmu.....yen wes di putar balikan kata gtu iso mingkem ora lambemu opo mlah mkin nyicrit....pntes kmu iri lihat manda di mnja suami laknatnya trnyata kmu jablay ya dian alias jarang di belai suami....😀😀😀
gmn mas adam mau belai kmu dian wong mas adam lebih milih belai mba inul daratista yg lebih semlohaiii 😀😀😀😀😀😀

2024-08-25

12

Sri Puryani

Sri Puryani

betul manda ...laki" spt itu sdh tdk bs dipercaya, mgkn kmrn" lembut sama kamu jg krn ada mksdnya....
laki" spt itu buang di sampah aja

2025-02-15

0

Ila Lee

Ila Lee

semagat Amanda terus kuat

2024-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!