Bab Tujuh

Amanda memperhatikan suaminya yang asyik bermain dengan putri mereka. Jika di lihat saat ini tak tampak ada hal yang mencurigakan. Pria itu masih sama, seorang ayah dan suami yang perhatian dan baik.

"Apakah suamiku memiliki kepribadian ganda? Atau memang saat ini dia sedang bersandiwara untuk menutupi semua kebusukannya," gumam Amanda dalam hatinya.

"Mas, apa kamu tak ke kafe?" tanya Amanda. Sejak habis melahirkan, dia meminta kasir menyerahkan semua keuangan langsung dengannya. Aditya tak pernah keberatan atas keputusannya itu tapi pria itu jadi malas ke kafe.

Aditya menghentikan kegiatannya yang tadi sedang bercanda dengan putrinya. Memang sejak kelahiran sang putri, dia jarang ke kafe. Tepatnya sejak Amanda mengetahui jika dia mengambil uangnya di tabungan. Baginya percuma ke kafe karena semua uang juga akan diserahkan pada istrinya.

Memang Amanda memberikan dia uang tiga ratus ribu setiap harinya sebagai pegangan, dan untuk mama tetap lima juta. Bagi Aditya itu tetap kurang. Pendapatan kafe sekarang makin besar. Usaha mereka itu juga makin berkembang.

"Apa kamu tak suka aku di rumah, Manda?" Bukannya menjawab pertanyaan Amanda, justru Aditya bertanya balik.

Dia tampak tersinggung atas pertanyaan istrinya. Wajah Aditya tampak tegang. Sepertinya tak terima. Amanda yang melihat perubahan di wajah suaminya tampak menarik napas.

"Mas, aku hanya bertanya. Biasanya kamu akan mengecek keadaan kafe. Sudah dua minggu ini kamu tak ke sana," ucap Amanda.

Aditya bangun dari tidurnya. Dia tampak menarik rambut seperti ada yang dipikirkan.

"Aku ingin menghabiskan waktu bersama putriku, apakah itu salah?" tanya Aditya lagi.

"Tak ada yang salah, Mas. Aku cuma bertanya. Aku juga bisa mengecek kafe. Aku sudah merasa kuat," jawab Amanda.

"Bukannya kamu sudah tau keadaan keuangan kafe? Jadi jangan pura-pura memintaku datang ke sana. Padahal setiap hari kamu juga mencari tau dari orang kepercayaanmu!" seru Aditya sedikit ketus. Hal itu membuat Amanda sedikit terkejut.

Aditya tak pernah berkata kasar atau berucap dengan suara keras. Hal itu membuat istrinya jadi terkejut dan bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang terjadi, kenapa suaminya begitu berubah.

"Maaf, Mas. Bukankah selama ini laporan keuangan emang aku yang periksa. Jika itu mengganggu kamu, kita bisa ubah lagi kebijakannya. Kita bisa adakan rapat di kafe, semua bisa dibicarakan," balas Amanda.

"Sudah terlambat, Manda. Aku sudah tak berminat lagi mengurus kafe milikmu itu!" seru Aditya lagi.

"Kenapa, Mas? Kafe itu juga milikmu. Usaha kita bersama," ujar Amanda.

Dia tak tahu bagaimana jalan pikiran suaminya. Kenapa bisa berpikir begitu. Bukankah semua usaha mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga kecil mereka.

"Sudahlah, Manda. Aku tak mau berdebat. Jangan buat aku tak betah di rumah!" seru Aditya dengan suara lantang.

Suara Aditya itu membuat anak mereka terbangun. Amanda sangat tak menyangka jika suaminya itu bisa bicara seperti itu. Selama ini tak pernah sekalipun dia mengeluarkan suara keras dan lantang.

Aditya berjalan menuju brankas. Mencoba membukanya tapi tak bisa. Dia lalu membalikkan badan menghadap istrinya.

"Ini yang kamu katakan usaha bersama! Bahkan kode kunci brankas aja kamu ganti. Kamu tak percaya lagi denganku 'kan?" tanya Aditya dengan suara makin keras.

Amanda mendekati putrinya dan memberikan air susunya, karena anak itu menangis setelah tadi terbangun mendengar suara kerasnya Aditya. Wanita itu menarik napas mencoba menenangkan diri.

Kedua nya saling diam. Tak ada yang bersuara. Amanda sibuk dengan bayinya sedangkan Aditya asyik dengan gawainya. Tak ada raut wajah penyesalan di sana. Padahal dia sudah dua kali membentak Amanda.

Kembali Amanda menarik napas berat. Dia seperti melihat sisi lain dari suaminya. Sangat berbeda dari sikapnya selama ini.

Amanda turun dari ranjang setelah bayinya terlelap kembali. Dia mendekati sang suami. Mencoba bertanya masalah apa yang sedang suaminya hadapi sehingga bisa berubah drastis begini.

"Mas butuh uang berapa? Akan aku berikan jika itu pasti. Aku bukannya tak percaya denganmu, Mas. Semua aset dan hartaku juga untuk Elsa nantinya," ucap Amanda sedikit terbawa emosi.

"Sudahlah, aku muak dan bosan di rumah. Lebih baik aku berkumpul dengan temanku!" seru Aditya.

Amanda mengurut dadanya mendengar ucapan pedas yang di lontarkan suaminya. Jadi selama ini dia jarang di rumah karena bosan. Dia jadi bertanya-tanya apakah selama ini Aditya benar-benar ada di kafe atau pergi berkumpul dengan teman-temannya seperti yang dia ucapkan barusan.

Aditya mengambil kunci mobil. Mendekati Amanda.

"Mana BPKB mobil?" tanya Aditya.

"Untuk apa BPKB mobil, Mas?" Amanda balik bertanya.

"Kenapa sekarang kamu jadi cerewet, bawel dan banyak tanya?"

"Mas, apa salah aku bertanya begitu? Untuk apa BPKB mobil? Jika keluar rumah hanya STNK yang dibutuhkan," balas Amanda masih mencoba bersabar.

"Kau takut aku jual mobil itu?" Kembali hanya pertanyaan yang Aditya ajukan.

Amanda menggelengkan kepalanya. Tak mengerti dengan perubahan sikap suaminya yang begitu drastisnya.

"Mas, kamu yang berpikir begitu. Aku hanya bertanya untuk apa? Atau memang kamu berniat menjualnya? Sebenarnya kamu ini kenapa, Mas? Apa yang sedang kamu sembunyikan dariku?" Amanda mengajukan banyak pertanyaan.

Tangan Aditya terangkat ingin menampar istrinya. Amanda yang tak pernah diperlakukan kasar tentu saja ketakutan. Dia langsung melindungi wajahnya dengan kedua tangan.

Aditya menurunkan kembali tangannya dan mengurungkan niatnya. Dia mengusap wajahnya kasar. Dia melangkah pergi meninggalkan kamar

Amanda mengejar suaminya. Dia harus tahu kemana perginya sang suami.

"Mas kamu mau kemana?" tanya Amanda dengan sedikit berteriak.

"Bilyard. Aku bosan di rumah!" seru Aditya lagi. Ucapannya itu membuat hati Amanda sakit. Dia mengejar suaminya dan memegang tangan pria itu agar tak masuk ke mobil. Dia harus tahu alasan sang suami mengatakan bosan.

"Kenapa baru sekarang kamu mengatakan bosan, Mas. Selama ini aku lihat kamu selalu saja bahagia. Apa aku ada salah?" tanya Amanda

"Sudahlah, Manda. Jangan buat aku jadi lepas kendali. Apa aku salah jika ingin bermain bersama teman-temanku? Duniaku bukan saja tentang kamu!" seru Aditya dengan suara keras.

"Baiklah, Mas. Jika bermain dan berkumpul dengan teman-temanmu bisa menghilangkan rasa jenuhmu, pergilah!" ucap Amanda akhirnya.

Amanda melepaskan pegangan tanyanya. Aditya langsung berjalan masuk ke mobil tanpa melirik ke arah sang istri lagi. Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan lumayan tinggi. Sang istri hanya dapat memandangi kepergian suaminya dengan perasaan hampa.

Bonus Visual

Amanda

Aditya

Elsa

Terpopuler

Comments

LENY

LENY

CANTIKNYA AMANDA. JGN BODOH JD WANITA APLG KAMU MANDIRI PUNYA UANG NGAPAIN PINYA SUAMI PENIPU.

2025-03-05

0

Fitrian Delli

Fitrian Delli

jd istri jgn bodoh lo suami lo sdh main gila

2024-12-15

0

Ila Lee

Ila Lee

pergi lh dengan selikuhan mu lelaki berensek

2024-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!