BAB 16

Bayangan hitam itu semakin mendekat ke arahnya kini jarak Naura dengan bayangan itu tinggal 15 senti saja. Naura duduk mematung tanpa gerak dan memejamkan matanya karna dia tidak ingin melihat dengan jelas dan dia lebih pasrah ke keadaan. Bayang itu mendekat kearah Naura kemudia menyentuh tangan Naura.

"Arrggh jangan sentuh aku, ku mohon aku masih mau hidup dosa ku menumpuk belum ku hapus, pergilah ke alammu plis aku gak suka hantu." Naura berteriak dan memejamkan mata, tanpa disadari dia tidak menggunakan bahasa Korea.

"Nona saya bukan hantu jangan takut." Bayangan itu bersuara.

"K... kamu bukan hantu tapi kok lebih seram dari kak Bambang." Naura membuka mata perlahan dan melihat orang di depannya.

"Nggak nona saya manusia masih hidup masih bernyawa juga kok."

"Ehh iya maaf saya pikir hantu hehehe." Naura menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal.

"Apa nona bisa bantu saya?."

"Selama saya mampu saya akan usahakan untuk membantu kok bi".

"Bibi lapar non apa nona punya makanan yang bisa di makan."

"Saya gak punya apa-apa bi tapi saya bisa belikan bibi makan, ayo kita kesana". Naura menunjuk minimarket dekat halte.

Mereka berjalan beriringan dan bercerita.

"Bibi kok tau bahasa indonesia?."

"Bibi orang Indonesia non, bibi kesini jadi tkw tapi ternyata bibi di tipu tetangga bibi, hasil kerja bibi di ambil semua oleh dia."

"Kalo uang bibi diambil gimana dengan keluarga bibi disana."

"Bibi cuma punya adik suami dan anak udah gak ada."

"Trus gimana dengan adik anda bi."

"Dia menyusul bibi non kesini katanya dia banyak hutang jadi dia bekerja kesini tapi sayang non dia harus menghadapi hidup seperti bibi dia juga di tipu,"

"Apa dia orang yang sama."

"Iya non dia juva sudah menikah dengan istri adik saya padahal mereka baru menikah dua bulan."

"Trus sekarang adik bibi kerja dimana kenapa dia tega melantarkan bibi begini."

"Dia sedang sakit non bibi yang tiap hari cari kerja untuk dia tapi hasilnya nol karna penampila juga usia bibi yang sudah tua."

"Kalau boleh tau usia adik bibi berapa?."

"Saya berumur 58 tahun sedangkan adik saya berumur 56 tahun."

Mereka asyik bercerita hingga tak terasa sudah sampai di depan minimarket. Sesampainya di minimarket mereka langsung masuk dan memilih beberapa keperluan untuk di makan. Orang yang ada di dalam menatap tajam kearah mereka jelas saja melihat penampilan bibi itu yang memperahatinkan.

"Non sebaiknya bibi tinggal di luar saja rasanya tidak enak jika di lihat seperti itu."

"Yaudah bibi tunggu diluar duduk di sebelah sana saja nanti saya samperin kesana." Naura menunjuk kearah kursi yang ada di depan minimarket.

"Baik non."

Naura berjalan menyusuri minimarket dengan troli belanjaannya dia membeli lebih banyak makanan dan membeli keperluan untuk dimasak di apartemen. Setelah membeli Naura menuju kasir guna membayar dan keluar menuju kursi di luar.

"Bi ini makan dulu dan ini minumnya." Naura memberikan makanan pada bibi tersebut.

"Bi gimana kalo kita pergi ke toko baju."

"Tidak perlu non ini udah cukup bagi bibi."

"Jangan menolak kebaikan orang bi nani orang ini jadi jahat loh apa bibi mau?."

"Baiklah non bibi mau."

Mereka berjalan lagi menuju toko yang lumayan jauh. Setelah berjalan cukup lama mereka pun sampai di depan toko baju.

"Non bibi tunggu disini saja ya bibi gak enak kalo harus masuk."

"Yaudah bi gak apa-apa, oh ya untuk ukuran baju bibi apa, trus baju ukuran adik bibi apa?."

"Kalo saya L non kalo adik bibi kayaknya L juga."

"Baiklah bi jangan kemana-mana saya sebentar saja kedalam."

"Baik non."

Naura masuk kedalam dan memilih beberapa baju yang cocok untuk mereka, setelahnya Naura keluar menuju bibi yang sedang di luar.

"Bi ayo kita ke sauna bibi mandi disana aja."

"Baik non."

Kini mereka naik bus karna memang jaraknya cukup jauh, saat mereka telah sampai mereka langsung masuk ke dalam sauna bersama, Naura samgat antusias karna selama dia di Korea dia belum pernah masuk kesauna.

"Pergilah bi ke kamar mandinya, saya mau menikamati suasanya disini."

"Baik non." Bibi pun pergi ke arah kamar mandi.

"Bentar bi apakah kita akan menginap disini?."

"Sebaiknya jangan non tapi kalo non mau ya gak apa-apa tapi bibi tidak non pasti adik bibi sekarang menunggu bibi pulang."

"Oke bi kita ketemu di ruang ganti ya." Bibi pun mangangguk.

Setelah satu jam berjalan Naura sudah puas menikmati fasilitas sauna kamudian dia ke ruang ganti dan Naura kaget melihat bibi itu sudah bersih kulitnya sudah tidak kotor lagi.

"Wah bibi canti kalo kayak gini."

"Maksih non, apa boleh non kita pulang sekarang."

"Oke bi aku ganti baju dulu ya."

Mereka berdua naik taksi untuk pergi tempat bibi itu.

"Bi ini tempat kok seram apa bibi benar ini ada tanda-tanda kehidupan." Naura melihat sekeliling yang hanya di terangi lampu yang minim cahaya.

"Iya non nanti non juga tau sendiri."

"Itu non adik bibi." Bibi itu menunjuk kearah laki-laki yang kurus dan badannya kotor dia berada di atas kardus yang diatapi kardus lainnya.

"Ya Allah maafkan hamba yang tidak bersyukur atas apa yang telah kau beri, ternyata di dunia yang luas ini masih banyak orang yang tak seberuntung hamba." Batin Naura yang merasa empati melihat laki-laki itu.

"Ya udah bi kasik aja makanannya sama adik bibi dan pakaikan baju itu bi biar dia gak kedinginan, saya akan menunggu bibi disana bibi ikut saya ke apartemen malam ini ya bi."

"Apa bibi gak salah dengar ini non." Tanya bibi itu, Naura menggelengkan kepala kemudian Naura menjau dan menunggu disana. Tak lama kemudian.

"Non kami sudah selesai.

"Baik lah bi mari kita pergi, apa bapak masih sanggup jalan?." Tanya Naura, lelaki itu menganggukkan kepalanya.

Mereka bertiga naik taksi menuju ke apartemen.

☆☆☆☆

Di Apartemen...

Kaysa,Naysa dan Bambang sudah sampai di apartemen mereka merebahkan tubuhnya di sofa tengah.

"Capek banget hari ini kayak nyari jarum di jerami susah pake banget." Gerutu Nasya.

"Boleh hak sih resign sekarang gue pengen ngibarin bendera putih." Keysa mengeluh.

"Gue pengen banget tapi kita gak tertantang doang kalo berhenti sekarang, secara kan kita suka tantangan masak gini aja nyerah."

"Bukan gitu bang selama ini kita gak pernah gagal buat menangin tander aja kita bisa, lah ini uda hampir dua minggu kita disin tapi gak ada jawaban apa-apa dari teka- teki ini."

"Mungkin bentar lagi kak Key."

"Yaudah gue ke dalam duluan mau sholat dulu, badan juga udah pegel-pegel." Bambang pun beranjak dari tempat duduk dan menuju kamar sedangkan Keysa dan Nasya masih di ruang tengah.

Selang beberapa menit Bambang keluar dari kamar menuju sofa. Nasya dan Keysa yang mager masih stay disana.

"Kok mulai tadi gue gak lihat Naura ya?." Tanya Bambang.

"Tidur kali bang ini kan udah jam 8 malam, kenapa lo kangen sama Naura?." Keysa datar.

"Kalo gue kangen emang kenapa."

"Yaudah kak Bambang lihat dulu ke kamarnya biar bisa tidur malam ini."

"Oke Nasya gue ke kamar Naura hahaha."

"Iya sana awas jangan macem-macem."

"Sya, Key... Na na Naura gak ada di kamar, kamar mandinya juga pintunya kebuka gak ada Naura." Bambang panik.

"Apa?." Keysa dan Nasya manjawab dengan kompak langsung berdiri dari duduknya.

"Ya udah kita berpencar, Sya lo hubungi hapenya Naura." Keysa mulai panik.

Mereka mencari keberadaan Naura, Tasya juga menelvon Naura tapi hapenya tidak aktif.

"Naura gak bisa di hubungi kalian gimana?." Tanya Nasya. Keysa dan Bambang menggelengkan kepalanya.

"Kalo pukul 12 gak dateng gue akan lacak keberadaan hape Naura, kita tenang dulu psirid thinking siapa tau Naura lagi keluar buat beli sesuatu." Kayanya Nasya.

"Tetep aja Sya gue gak tenang Naura baru sepuluh hari disini gimana kalo kesasar atau di jalan ketemu preman." Keysa makin panik.

"Gini nih kalo korban senetron, udah dibilangin jangan panik emang kalo panik bisa nyelesain masalah nggak kan yaudah gue janji bakal ngelacak hape Naura." Nasya duduk kembali di sofa.

"Lo dimana Ra kakak khawatir sama lo apa lo baik-baik saja disana, jangan bilang ada yang nyakiti lo biar tuh orang gak tinggal nama." Batin Bambang.

Waktu terus berjalan jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Naura tetap belum menunjukkan hidungnya di apartemen.

"Sya gue mohon lo lacak keberadaannya sekarang perasaan gue jadi nggak enak." Bambang berbicara tapi badannya mondar mandir.

Nasya mengambil laptopnya kemudian mengotak atik sesuatu disana. Walaupun dia tidak pernah mengambil jurusan jaringan atau apapun yang berhubungan dengan jaringan tapi dia tahu jika lacak melacak karna mantan pacarnya bekerja di bagian IT jadi setidaknya ada sedikit ilmu yang diperolehnya.

"Yes udah ketemu, tapi ini titik merah menuju ke arah apartemen ini."

Bambang dan Keysa menghampiri Nasya melihat lacakan Nasya.

"Ini udah pukul 12 malam Naura belum nyapek juga." Keysa khawatir.

"Bentar lagi nyampek kok kak lo tenang napa sih." Nasya mulai geram.

"Sya lo tau kan, disini gue yang bertanggung jawab kalo ada apa-apa gue harus bilang apa sama orang tua Naura." Sahut Bambang.

"Lihat tandanya berjalan ke arah sini bentar lagi juga nyampek lo tuh tenang."

Tak lama kemudian...

Ceklek suara pintu terbuka Naura masuk, mereka bertiga langsung berlari ke arah Naura.

"Ra apa yang terjadi lo gak apa-apa kan?." Tanya Bambang melihat tubuh Naura.

"Nggak kak aku gak apa-apa kok." Jawab Naura.

"Lo dari mana kemana sampek larut gin?." Kini gantian Nasy bertanya.

"Aku tadi anu kak itu emm... anu kak." Nasya terbata-bata. "Gue harus jawab kok aku jadi gugup sih." Batin Naura.

"Ra, Anu itu satu kata mengandung beribu makna berjuta keambiguan bisa membuat orang salah paham pada akhirnya terjadi pertengkaran, kita butuh penjelasan lo bukan ambigu lo." Keysa meneruskan.

"Kak aku bawa orang kesini aku nolong dia, aku gak tega lihatnya jiwa empati ku bergejolak minta buat dibantu.

"Siapa yang lo maksud." Tanya Bambang.

"Oke bentar aku akan menyuruh mereka masuk." Naura berjalan lagi ke arah pintu dan manarik orang itu.

"Ini yang aku maksud kak, dia sama kayak kita merantau bedanya kita utusan kalo mereka emang jadi tki dan tkw, mereka udah 2 tahunan disini kak yaa sedikitnya mereka tahu lah bahasa dan jalan disini." Naura menjelaskan.

"Siapa nama bibi sama paman itu." Tanya Bambang.

"Ehhh iya lupa dari tadi aku belum nanya." Naura menepuk jidatnya. "Bibi sama bapak siapa namanya, kalo saya namanya Naura." Naura menjulurkan tangannya.

"Nama bibi Asih non kalo adik bibi namanya Aming non, maaf jika saya merepotkan tuan dan nona." Bi Asih membungkukkan badannya.

"Kan saya udah bilang gak ada yang di repotkan, bibi disini kerja jadi ART yaa soalnya kami capek bangun pagi terus bersih-bersih habis itu kerja capek banget pokoknya bi." Naura menjelaskan. "Yaudah pak Aming tidur di kamar bawah dekat tangga terus bibi tidur sama saya di atas kamar pojok tuh, untuk barang-barang biar besok aja di pindahnya, mari bi antar adik bibi kayaknya dia udah lelah." Naura membantu bi Asih memboyong adiknya yang lemas menuju kamar.

"Ini kamar pak Aming silahkan rebahkan tubuhnya di atas kasur, meskipun kecil tapi masih enak kok buat tidur." Naura membereskan hal-hal yang berantakan kemudian memasukkannya ke dalama kardus tak lupa dia mengunci lemarinya.

"Bi nanti langsung kelantai atas kamarnya sebelah pojok sana yaa, saya mau keluar dulu." Naura pun keluar sedang bi Asih hanya mengangguk.

BERSAMBUNG....

Terima kasih untuk pembaca yang setia

tenang Naura pasti jadi CEO tapi prosesnya lama wkwkwk.

Kalau suka silahkan like dan vote yaaa😄

Komennya juga penting kok buat masukan author agar kedepannya bisa diperbaiki lagi

Selamat membaca......

Terpopuler

Comments

snwulandari

snwulandari

Hai kak, udah like & kasih rate 5 ya. Yuk baca juga karya baru ku "Menikahi Tuan Muda Playboy?"

Ditunggu kedatangannya dan jejaknya😁

2020-08-19

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 VISUAL
27 BAB 26
28 BAB 27
29 BAB 28
30 BAB 29
31 BAB 30
32 BAB 31
33 BAB 32
34 BAB 33
35 BAB 34
36 BAB 35
37 BAB 36
38 BAB 37
39 BAN 38
40 BAB 39
41 BAB 40
42 BAB 41
43 BAB 42
44 BAB 43
45 BAB 44
46 BAB 45
47 BAB 46
48 BAB 47
49 BAB 48
50 BAB 49
51 BAB 50
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB 109
111 BAB 110
112 BAB 111
113 BAB 112
114 BAB 113
115 BAB 114
116 BAB 115
117 BAB 116
118 BAB 117
119 BAB 118
120 BAB 119
121 BAB 120
122 BAB 121
123 BAB 122
124 BAB 123
125 BAB 124
126 BAB 125
127 BAB 126
128 BAB 127
129 BAB 128
130 BAB 129
131 BAB 130
132 BAB 131
133 BAB 132
Episodes

Updated 133 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
VISUAL
27
BAB 26
28
BAB 27
29
BAB 28
30
BAB 29
31
BAB 30
32
BAB 31
33
BAB 32
34
BAB 33
35
BAB 34
36
BAB 35
37
BAB 36
38
BAB 37
39
BAN 38
40
BAB 39
41
BAB 40
42
BAB 41
43
BAB 42
44
BAB 43
45
BAB 44
46
BAB 45
47
BAB 46
48
BAB 47
49
BAB 48
50
BAB 49
51
BAB 50
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB 109
111
BAB 110
112
BAB 111
113
BAB 112
114
BAB 113
115
BAB 114
116
BAB 115
117
BAB 116
118
BAB 117
119
BAB 118
120
BAB 119
121
BAB 120
122
BAB 121
123
BAB 122
124
BAB 123
125
BAB 124
126
BAB 125
127
BAB 126
128
BAB 127
129
BAB 128
130
BAB 129
131
BAB 130
132
BAB 131
133
BAB 132

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!