Bayangan hitam itu semakin mendekat ke arahnya kini jarak Naura dengan bayangan itu tinggal 15 senti saja. Naura duduk mematung tanpa gerak dan memejamkan matanya karna dia tidak ingin melihat dengan jelas dan dia lebih pasrah ke keadaan. Bayang itu mendekat kearah Naura kemudia menyentuh tangan Naura.
"Arrggh jangan sentuh aku, ku mohon aku masih mau hidup dosa ku menumpuk belum ku hapus, pergilah ke alammu plis aku gak suka hantu." Naura berteriak dan memejamkan mata, tanpa disadari dia tidak menggunakan bahasa Korea.
"Nona saya bukan hantu jangan takut." Bayangan itu bersuara.
"K... kamu bukan hantu tapi kok lebih seram dari kak Bambang." Naura membuka mata perlahan dan melihat orang di depannya.
"Nggak nona saya manusia masih hidup masih bernyawa juga kok."
"Ehh iya maaf saya pikir hantu hehehe." Naura menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal.
"Apa nona bisa bantu saya?."
"Selama saya mampu saya akan usahakan untuk membantu kok bi".
"Bibi lapar non apa nona punya makanan yang bisa di makan."
"Saya gak punya apa-apa bi tapi saya bisa belikan bibi makan, ayo kita kesana". Naura menunjuk minimarket dekat halte.
Mereka berjalan beriringan dan bercerita.
"Bibi kok tau bahasa indonesia?."
"Bibi orang Indonesia non, bibi kesini jadi tkw tapi ternyata bibi di tipu tetangga bibi, hasil kerja bibi di ambil semua oleh dia."
"Kalo uang bibi diambil gimana dengan keluarga bibi disana."
"Bibi cuma punya adik suami dan anak udah gak ada."
"Trus gimana dengan adik anda bi."
"Dia menyusul bibi non kesini katanya dia banyak hutang jadi dia bekerja kesini tapi sayang non dia harus menghadapi hidup seperti bibi dia juga di tipu,"
"Apa dia orang yang sama."
"Iya non dia juva sudah menikah dengan istri adik saya padahal mereka baru menikah dua bulan."
"Trus sekarang adik bibi kerja dimana kenapa dia tega melantarkan bibi begini."
"Dia sedang sakit non bibi yang tiap hari cari kerja untuk dia tapi hasilnya nol karna penampila juga usia bibi yang sudah tua."
"Kalau boleh tau usia adik bibi berapa?."
"Saya berumur 58 tahun sedangkan adik saya berumur 56 tahun."
Mereka asyik bercerita hingga tak terasa sudah sampai di depan minimarket. Sesampainya di minimarket mereka langsung masuk dan memilih beberapa keperluan untuk di makan. Orang yang ada di dalam menatap tajam kearah mereka jelas saja melihat penampilan bibi itu yang memperahatinkan.
"Non sebaiknya bibi tinggal di luar saja rasanya tidak enak jika di lihat seperti itu."
"Yaudah bibi tunggu diluar duduk di sebelah sana saja nanti saya samperin kesana." Naura menunjuk kearah kursi yang ada di depan minimarket.
"Baik non."
Naura berjalan menyusuri minimarket dengan troli belanjaannya dia membeli lebih banyak makanan dan membeli keperluan untuk dimasak di apartemen. Setelah membeli Naura menuju kasir guna membayar dan keluar menuju kursi di luar.
"Bi ini makan dulu dan ini minumnya." Naura memberikan makanan pada bibi tersebut.
"Bi gimana kalo kita pergi ke toko baju."
"Tidak perlu non ini udah cukup bagi bibi."
"Jangan menolak kebaikan orang bi nani orang ini jadi jahat loh apa bibi mau?."
"Baiklah non bibi mau."
Mereka berjalan lagi menuju toko yang lumayan jauh. Setelah berjalan cukup lama mereka pun sampai di depan toko baju.
"Non bibi tunggu disini saja ya bibi gak enak kalo harus masuk."
"Yaudah bi gak apa-apa, oh ya untuk ukuran baju bibi apa, trus baju ukuran adik bibi apa?."
"Kalo saya L non kalo adik bibi kayaknya L juga."
"Baiklah bi jangan kemana-mana saya sebentar saja kedalam."
"Baik non."
Naura masuk kedalam dan memilih beberapa baju yang cocok untuk mereka, setelahnya Naura keluar menuju bibi yang sedang di luar.
"Bi ayo kita ke sauna bibi mandi disana aja."
"Baik non."
Kini mereka naik bus karna memang jaraknya cukup jauh, saat mereka telah sampai mereka langsung masuk ke dalam sauna bersama, Naura samgat antusias karna selama dia di Korea dia belum pernah masuk kesauna.
"Pergilah bi ke kamar mandinya, saya mau menikamati suasanya disini."
"Baik non." Bibi pun pergi ke arah kamar mandi.
"Bentar bi apakah kita akan menginap disini?."
"Sebaiknya jangan non tapi kalo non mau ya gak apa-apa tapi bibi tidak non pasti adik bibi sekarang menunggu bibi pulang."
"Oke bi kita ketemu di ruang ganti ya." Bibi pun mangangguk.
Setelah satu jam berjalan Naura sudah puas menikmati fasilitas sauna kamudian dia ke ruang ganti dan Naura kaget melihat bibi itu sudah bersih kulitnya sudah tidak kotor lagi.
"Wah bibi canti kalo kayak gini."
"Maksih non, apa boleh non kita pulang sekarang."
"Oke bi aku ganti baju dulu ya."
Mereka berdua naik taksi untuk pergi tempat bibi itu.
"Bi ini tempat kok seram apa bibi benar ini ada tanda-tanda kehidupan." Naura melihat sekeliling yang hanya di terangi lampu yang minim cahaya.
"Iya non nanti non juga tau sendiri."
"Itu non adik bibi." Bibi itu menunjuk kearah laki-laki yang kurus dan badannya kotor dia berada di atas kardus yang diatapi kardus lainnya.
"Ya Allah maafkan hamba yang tidak bersyukur atas apa yang telah kau beri, ternyata di dunia yang luas ini masih banyak orang yang tak seberuntung hamba." Batin Naura yang merasa empati melihat laki-laki itu.
"Ya udah bi kasik aja makanannya sama adik bibi dan pakaikan baju itu bi biar dia gak kedinginan, saya akan menunggu bibi disana bibi ikut saya ke apartemen malam ini ya bi."
"Apa bibi gak salah dengar ini non." Tanya bibi itu, Naura menggelengkan kepala kemudian Naura menjau dan menunggu disana. Tak lama kemudian.
"Non kami sudah selesai.
"Baik lah bi mari kita pergi, apa bapak masih sanggup jalan?." Tanya Naura, lelaki itu menganggukkan kepalanya.
Mereka bertiga naik taksi menuju ke apartemen.
☆☆☆☆
Di Apartemen...
Kaysa,Naysa dan Bambang sudah sampai di apartemen mereka merebahkan tubuhnya di sofa tengah.
"Capek banget hari ini kayak nyari jarum di jerami susah pake banget." Gerutu Nasya.
"Boleh hak sih resign sekarang gue pengen ngibarin bendera putih." Keysa mengeluh.
"Gue pengen banget tapi kita gak tertantang doang kalo berhenti sekarang, secara kan kita suka tantangan masak gini aja nyerah."
"Bukan gitu bang selama ini kita gak pernah gagal buat menangin tander aja kita bisa, lah ini uda hampir dua minggu kita disin tapi gak ada jawaban apa-apa dari teka- teki ini."
"Mungkin bentar lagi kak Key."
"Yaudah gue ke dalam duluan mau sholat dulu, badan juga udah pegel-pegel." Bambang pun beranjak dari tempat duduk dan menuju kamar sedangkan Keysa dan Nasya masih di ruang tengah.
Selang beberapa menit Bambang keluar dari kamar menuju sofa. Nasya dan Keysa yang mager masih stay disana.
"Kok mulai tadi gue gak lihat Naura ya?." Tanya Bambang.
"Tidur kali bang ini kan udah jam 8 malam, kenapa lo kangen sama Naura?." Keysa datar.
"Kalo gue kangen emang kenapa."
"Yaudah kak Bambang lihat dulu ke kamarnya biar bisa tidur malam ini."
"Oke Nasya gue ke kamar Naura hahaha."
"Iya sana awas jangan macem-macem."
"Sya, Key... Na na Naura gak ada di kamar, kamar mandinya juga pintunya kebuka gak ada Naura." Bambang panik.
"Apa?." Keysa dan Nasya manjawab dengan kompak langsung berdiri dari duduknya.
"Ya udah kita berpencar, Sya lo hubungi hapenya Naura." Keysa mulai panik.
Mereka mencari keberadaan Naura, Tasya juga menelvon Naura tapi hapenya tidak aktif.
"Naura gak bisa di hubungi kalian gimana?." Tanya Nasya. Keysa dan Bambang menggelengkan kepalanya.
"Kalo pukul 12 gak dateng gue akan lacak keberadaan hape Naura, kita tenang dulu psirid thinking siapa tau Naura lagi keluar buat beli sesuatu." Kayanya Nasya.
"Tetep aja Sya gue gak tenang Naura baru sepuluh hari disini gimana kalo kesasar atau di jalan ketemu preman." Keysa makin panik.
"Gini nih kalo korban senetron, udah dibilangin jangan panik emang kalo panik bisa nyelesain masalah nggak kan yaudah gue janji bakal ngelacak hape Naura." Nasya duduk kembali di sofa.
"Lo dimana Ra kakak khawatir sama lo apa lo baik-baik saja disana, jangan bilang ada yang nyakiti lo biar tuh orang gak tinggal nama." Batin Bambang.
Waktu terus berjalan jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Naura tetap belum menunjukkan hidungnya di apartemen.
"Sya gue mohon lo lacak keberadaannya sekarang perasaan gue jadi nggak enak." Bambang berbicara tapi badannya mondar mandir.
Nasya mengambil laptopnya kemudian mengotak atik sesuatu disana. Walaupun dia tidak pernah mengambil jurusan jaringan atau apapun yang berhubungan dengan jaringan tapi dia tahu jika lacak melacak karna mantan pacarnya bekerja di bagian IT jadi setidaknya ada sedikit ilmu yang diperolehnya.
"Yes udah ketemu, tapi ini titik merah menuju ke arah apartemen ini."
Bambang dan Keysa menghampiri Nasya melihat lacakan Nasya.
"Ini udah pukul 12 malam Naura belum nyapek juga." Keysa khawatir.
"Bentar lagi nyampek kok kak lo tenang napa sih." Nasya mulai geram.
"Sya lo tau kan, disini gue yang bertanggung jawab kalo ada apa-apa gue harus bilang apa sama orang tua Naura." Sahut Bambang.
"Lihat tandanya berjalan ke arah sini bentar lagi juga nyampek lo tuh tenang."
Tak lama kemudian...
Ceklek suara pintu terbuka Naura masuk, mereka bertiga langsung berlari ke arah Naura.
"Ra apa yang terjadi lo gak apa-apa kan?." Tanya Bambang melihat tubuh Naura.
"Nggak kak aku gak apa-apa kok." Jawab Naura.
"Lo dari mana kemana sampek larut gin?." Kini gantian Nasy bertanya.
"Aku tadi anu kak itu emm... anu kak." Nasya terbata-bata. "Gue harus jawab kok aku jadi gugup sih." Batin Naura.
"Ra, Anu itu satu kata mengandung beribu makna berjuta keambiguan bisa membuat orang salah paham pada akhirnya terjadi pertengkaran, kita butuh penjelasan lo bukan ambigu lo." Keysa meneruskan.
"Kak aku bawa orang kesini aku nolong dia, aku gak tega lihatnya jiwa empati ku bergejolak minta buat dibantu.
"Siapa yang lo maksud." Tanya Bambang.
"Oke bentar aku akan menyuruh mereka masuk." Naura berjalan lagi ke arah pintu dan manarik orang itu.
"Ini yang aku maksud kak, dia sama kayak kita merantau bedanya kita utusan kalo mereka emang jadi tki dan tkw, mereka udah 2 tahunan disini kak yaa sedikitnya mereka tahu lah bahasa dan jalan disini." Naura menjelaskan.
"Siapa nama bibi sama paman itu." Tanya Bambang.
"Ehhh iya lupa dari tadi aku belum nanya." Naura menepuk jidatnya. "Bibi sama bapak siapa namanya, kalo saya namanya Naura." Naura menjulurkan tangannya.
"Nama bibi Asih non kalo adik bibi namanya Aming non, maaf jika saya merepotkan tuan dan nona." Bi Asih membungkukkan badannya.
"Kan saya udah bilang gak ada yang di repotkan, bibi disini kerja jadi ART yaa soalnya kami capek bangun pagi terus bersih-bersih habis itu kerja capek banget pokoknya bi." Naura menjelaskan. "Yaudah pak Aming tidur di kamar bawah dekat tangga terus bibi tidur sama saya di atas kamar pojok tuh, untuk barang-barang biar besok aja di pindahnya, mari bi antar adik bibi kayaknya dia udah lelah." Naura membantu bi Asih memboyong adiknya yang lemas menuju kamar.
"Ini kamar pak Aming silahkan rebahkan tubuhnya di atas kasur, meskipun kecil tapi masih enak kok buat tidur." Naura membereskan hal-hal yang berantakan kemudian memasukkannya ke dalama kardus tak lupa dia mengunci lemarinya.
"Bi nanti langsung kelantai atas kamarnya sebelah pojok sana yaa, saya mau keluar dulu." Naura pun keluar sedang bi Asih hanya mengangguk.
BERSAMBUNG....
Terima kasih untuk pembaca yang setia
tenang Naura pasti jadi CEO tapi prosesnya lama wkwkwk.
Kalau suka silahkan like dan vote yaaa😄
Komennya juga penting kok buat masukan author agar kedepannya bisa diperbaiki lagi
Selamat membaca......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
snwulandari
Hai kak, udah like & kasih rate 5 ya. Yuk baca juga karya baru ku "Menikahi Tuan Muda Playboy?"
Ditunggu kedatangannya dan jejaknya😁
2020-08-19
0