2

“Dimana aku mendengar namanya?”

Bisik Luna sedikit bergumam, jam sudah menujukkan pukul dua dini hari gadis itu masih saja terjaga. Luna sedikit memberanikan diri keluar dari kamar, lagi pula tidak mungkin juga tuan muda misterius itu berjalan kebelakang ditengah malam gelap gulita seperti ini kan.

Cahaya lampu disepanjang taman redup dimakan malam. Tidak ada sinar rembulan, bahkan bintang-bintang seolah menjauh dari bumi. Lampu-lampu di mansion sudah padam satu persatu, mungkin sekertaris Don atau siapapun yang memadamkannya karena sejauh ini Luna hanya bertemu dengan sekertaris ‘pewangi pakaian’ itu.

Langkah Luna semakin menjauh dari kamarnya, melewati beberapa ruangan yang tak memiliki pencahayaan apapun.

Srettt…

“Aww, sial.” Umpat gadis itu saat sebuah benda tajam menggores lengannya. “Orang gila seperti apa tinggal seorang diri dirumah sebesar ini?” Lagi-lagi gadis itu bergumam, sampai pada akhirnya langkah gadis itu terhenti didepan sebuah ruangan yang membuatnya sedikit penasaran.

Jika dilihat strategi ruangan tersebut , dekat dengan ruang keluarga dan pintu utama, tidak mungkin itu kamar tuan Muda. Sedikit memberanikan diri, Luna membuka lalu mendorong pintu itu.

“Gelap sekali.” Luna meraba, berharap menyentuh sesuatu benda yang menajadi tumpuannya, namun

Brak!!! Crankk!!!

Entah benda apa yang jatuh, tapi itu cukup membuat keributan hebat dimalam pekat ini. Luna masih dengan keberaniannya melangkah maju, tangan kecilnya seperti menyentuh meja.

Bukkk!!!

“Awww..”

“Siapa disana?”

Nada yang sangat berat keluar dari tenggorokan seoarang lelaki membuat tubuh Luna membeku. Tentu itu bukan suara sekertaris Don, dirumah ini tidak ada siapapun yang tinggal kecual tuan muda dan dirinya. Tunggu! Apa suara itu milik tuan Muda? Suaranya sangat menusuk dan menggema.

Luna gugup, sangat takut membuat gadis itu kehilangan arah dimalam gelap gulita. Entah kemana langkah kakinya saat ini, yang dia tahu saat ini ruangan itu sepertinya sangat berantkan, entah berapa benda asing menancap di kulit kakinya. Sepertinya langit menolongnya kali ini , Diantara tirai-tirai putih di ruangan itu, sesekali tampak cahaya kilat dari langit menelusup keruangan itu, memberi kesempatan sepersekian detik untuk Luna mencari arah. Dia langsung memutar tubuhnya hendak mencari jalan keluar namun…

Deg!!!

Bersamaan dengan datanagnya cahaya kilat, betapa terkejudnya Luna ketika sorot matanya menangkap sosok seorang laki-laki bertubuh tinggi dihadapannya, tengah memegang pisau.

“Don? Itu kau?”

Deg!!!

Luna semakin kaku ditempatnya saat merasakan langkah kaki pria itu mendekatinya.

Aku mohon jangan mendekat. Luna menarik mundur langkahnya sambil meraba, berharap tidak ada apapun dibelakang sana memblokir jalannya.

Meski minim percahayaan Luna bisa melihat sluet pria bertubuh jakung dengan bahu lebar, melangkah mendekatinya. Aroma yang menyeruak dari tunuh pria itu sangat memabukkan, menagih, bahkan disaat seperti ini Luna masih memikirkan merek parfum yang pria itu gunakan.

Seperti adegan slowmo, keduanya saling berhadapan namun pekat lebih kental sehingga mereka berdua hanya saling meraba pandangan dalam kegelapan. Air keringat bercucuran membela leher Luna bahkan menelusup diantara kedua belahan dadanya. Gadis itu masih menahan nafas.

“Hanya seekor tikus.” Katanya memalingkan muka yang hanya beberapa senti dari wajah Luna. Hingga gadis itu bisa menghembuskan nafas yang sejak tadi tertahan.

*

*

*

Luna berlari didalam kegelapan rumah mewah itu, tidak perduli dengan perabot yang menghantam kaki dan lengannya. Dia hanya ingin sampai dikamarnya detik ini juga. Kejadian barusan seperti adegan horor yang mencekam bahkan lebih dari itu. Luna bahkan melupakan betapa takutnya dia dalam kegelapan.

“Siapa dia? Apa dia tuan Scott?” Gumam gadis itu. Setelah mendudukkan tubuhnya dengan gelisa diatas ranjang. Rasa gelisa bercampur takut menjadi satu, kilas sorot mata tajam yang indah milik pria itu kembali berputar diotaknya. “Demi Tuhan, dimana aku pernah mendengar namanya.” Disaat seperti ini Luna sangat ingin mengbungi Elova. Namun jam dinding menujukkan pukul empat lewat dini hari, gadis pemalas itu tidak mungkin menjawab panggilannya.

Berdebat dengan pemikirannya, Luna memilih berjalan kedapur. Menyiapkan menu sarapan seperti yang ditugaskan sekertaris Don. Gadis itu bahkan menata meja makan dengan indah.

Aku tidak tahu apa yang dia suka, seketaris Don hanya mengatakan jika tuan muda tidak boleh makan daun bawang dan seledri. Padahal kedua daun itu sengat nikmat jika dimakan dengan semangkuk bakso

Luna hanya membuatkannya nasi goreng, karena hampir semua bahan dikulkas sudah expayer. Untung saja ada sekotak nasi kemasan dan dua butir telur.

*

*

*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!