8

Bukan hanya Scott, Luna terperanjaat saat melihat wajah pria yang masih mengukung dirinya. Diakah pria kurus dan cacat yang dikatan Elova? Diakah pria idiot yang memiliki tubuh kekar dengan bahu lebar, Luna masih belum melihat utuh wajah tuan muda terbuang itu, dikarenakan rambutnya yang cukup panjang menjuntai menutupi kedua matanya. Namun satu hal yang Luna bisa pastikan, jika tuan Scott memiliki bibir yang indah, rahang yang tegas ditumbuhi rambut-rambut kecil juga memiliki hidung yang mancung.

“Siapa kau? Siapa yang mengutusmu?” Bukan hanya tatapan bahkan suara berat pria itu berhasil mengintimidasi Luna.

“Luna, namaku Briana Luna.” Jawab Luna.

“Apa kau orang kiriman Ayah untuk membunuh saya?”

“Tuan..”

“DIAM DON! Saya tidak mengizinkanmu berbicara.” Suara Scott seolah memberi getaran hebat di mansion ini.

Luna menghelai nafasnya panjang. Sudah cukup kesabaran gadis itu menghadapi pangeran buangan ini. Sekali hentak dia medorong tubuh Scott sekuat tenaga hingga pria bertubuh kekar itu nyaris menindih tubuhnya yang kecil. Untung saja Luna memilik refleks yang bagus.

“Hey tuan muda, apa anda tidak bisa bicara secara baik-baik?”

“Siapa kau yang senaknya memberi saya perintah?”

“Sudah aku bilang, aku ini Briana Luna.” Jawab Luna dengan lantang.

”Cih..” Scott berdecih. “Sepertinya ayah sudah semakin tua, setelah mengirim seeokor srigala, dia mengirim gadis kecil dan lemah sepertimu untuk membunuh saya.”

“Augghhh…” Luna meraung kesal, sesaat dia menoleh pada Don lalu menatap Scott geram. “Dari tadi kamu menuduhku yang tidak-tidak. Siapa ingin membunuhmu ha?” Sudah habis kesabaran Luna, dia maju selangkah mendekati Scott tanpa rasa takut. “Andai aku ingin mumbunuh anda tuan, sudah aku lakukan sejak awal. Bukan kah sangat mudah membunuh pria dalam keadaan sekarat?”

“Hey nona, sepertinya kau tidak punya rasa takut sedikit pun.”

Diam-diam Luna menelan slivanya yang lengket. Suara serak sedikit rendah berhasil membuat nyali Luna menciut, untuk sesaat keduanya saling menatap dalam diam, suasana dalam kaeadaan.hening cukup menakutkan. Namun tiba-tiba sorot mata Luna melihat dara segar menetas dari lengan baju pria itu.

“Tuan anda berdarah.”

Scott menepis tangan Luna saat gadis itu hendak menyentuhnya.

“Keluar dari kamar saya! Saya tidak butuh kamu.”

Luna cukup kaget dan kesal, dia tidak membutuhkan siapapapun? Ha..? Terus tadi yang meminta tolong dalam keputus asaan, siapa? Sifat orang ternyata gampang berubah. Luna bergumam kesal namun gadis itu berusaha menahan amarhnya, dia benci rasa kemanusian yang ada pada dirinya begitu tinggi.

Tak!!!

Luna dengan berani menarik pergelan Scott, mendekati pria itu dengan sangat berani. “Aku akan pergi setelah mengobati anda. Jadi, aku mohon bekerja samalah tuan! Ini tidak akan lam.” Kata Luna dengan suara rendah penuh penekanan.

“Pergi saya…”

“Stttt.” Hanya suara itu yang keluar dari bibir Luna, berhasi membungkam dan membuat Scott terdiam.

Scott yang tidak pernah patuh atau mendengarkan siapapun, takluk ditangan Luna. Don sampai menatap tidak percaya.

Pelan-pelan Luna menggulung ujung lengan baju Scott yang lembab hingga kesiku. Luka robekan yang cukup parah membuat Luna terbelak.

Luka ini, Apa selama. Ini dia menahannya?

Dengan hati-hati Luna membersihkan darah yang mengalir. “Apa yang sudah anda lakukan sampai lukanya separah ini?” Gumam Luna pelan.

Disela-sela melilitkan perban pada lengan Scott, Luna menyadari sesuatu. Lengan kekar, dipenuhi urat- urat seksi terpampang begitu indah di depan Luna. Ini sangat jauh berbeda dengan apa yang Elova katakan.

“Aku hanya bisa melakukannya sampai disini. Sebaiknya anda bertemu dengan dokter, siapa tau luka itu perlu jahitan.” Luna berkata pelan sambil meletakkan alat p3k kembali kekotaknya lalu keluar dari kamar itu.

Tatapan Scott dari balik rambutnya yang menjutai telah berubah. Matanya yang biasanya tajam, kali ini dengan kelopak yang syahdu, sedetik pun tidak memalingkan dari langakah Luna yang kian menghilang dari pintu.

*

*

*

Scott masih dengan wajah pucat, duduk diatas ranjang perlahn bangun dan berjalan menuju jendela besar yang tertutup tirai abu-abu. Rambutnya bertanyakan, keringatnya masih bercucuran di tengah leher, melewati jakunnya yang naik turun.

“Sejak kapan gadis itu ada dirumah ini?” Suara Scott memecah keheningan yang lekat

“Dua minggu yang lalu tuan.” Scott melirik Don yang sudah lebih dulu menunduk dari balik kegelapan. “Maafkan saya tuan, sudah sangat lancang membawa orang asing untuk tinggal di mansion anda. Namun, Luna bisa mengurus anda dalam waktu dekat ini.”

“Saya tidak butuh siapapun Don.”

“Hanya sebulan, setelah perusahaan anda kembali dalam keadaan stabil, nona Luna akan pergi dari mansion ini. Anda tidak perlu khawatir tentang keberadaan atau identitas anda akan terbongkar, saya pastikan gadis itu tidak akan mengatakan apapun setelah keluar dari tempat ini. Setidaknya keberadaan gadis itu bisa memastikan jika anda tetap makan dan hidup dengan baik, selama saya tidak disisi anda.” Don menjelaskan panjang lebar.

“Apa selama ini gadis itu memasakkan saya makanan, mengganti aroma rumah ini dan menata semua mawar merah itu diatas meja?”

“…” Sekertaris Don menunduk.

Masakan Luna mengingatkannya pada bibi pemilik restoran kecil di kota Edinburgh, masa-masa kelam saat dijadikan tawanan oleh ayahnya sendiri. Setiap dalam pelarian, Scott akan selalu berakhir di restoran kecil itu. Wanita dengan wajah teduh, berambut panjang, pemilik mata indah itu selalu menyambutnya dengan sepiring nasi goreng yang baru ia rasakan setelah sekian tahun berlalu. Bunga rose merah, dan aroma yang belakangan ini menyeruak diseluruh mansionnya, semua itu menarik ingatan Scott pada bibi Rosa pemilik restoran kecil itu.

“Don, apa saya bisa minta tolong?”

Don yang sejak tadi menjatuhkan pandangannya akhirnya terangkat menatap tuan muda

“Ini perintah, kau harus melakukannya!”

Kata Scott kembali menekan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***