Setelah Pedang itu selesai ditempa, ia pulang ke desa untuk memamerkan pada teman-teman sebayanya bahwa ia sekarang memiliki sebuah Pedang.
Namun, saat ia sampai ke desanya, Siluman Naga Perak telah menghancurkan seluruh desa. Kepala desa yang memiliki basis Kultivasi Ranah Keabadian telah berubah menjadi Patung besi, karena hembusan nafas Siluman Naga itu mengandung energi spiritual Besi.
Pemuda itu sangat murka pada Siluman Naga itu. Walaupun ia tidak memiliki energi spiritual, ia berlari ke arah Siluman Naga itu sambil mengayunkan pedangnya.
Siluman Naga tertawa terkekeh-kekeh karena merasa lucu ada manusia tanpa energi spiritual berani menyerangnya. Diapun menyemburkan energi spiritual besi dari mulutnya, tetapi Pedang di tangan manusia itu membelah energi spiritual Naga itu dan menusuk jantung Siluman Naga.
“Bayangkan apa yang terjadi berikutnya?” tanya tuan Wang menatap Xuan Ji sambil tersenyum lebar.
Xuan Ji melambaikan tangan agar tuan Wang tidak perlu melanjutkan ceritanya. “Itu adalah dongeng klise yang sering diceritakan para pendongeng.”
Tuan Wang hanya tersenyum masam mendengar tanggapan Xuan Ji. Yang penting baginya adalah Xuan Ji tidak membahas tentang pengembalian Artefak kuno Belati Bayangan itu.
“Semua monster telah melarikan diri, apakah kita akan mengejarnya?” Salah satu Pendekar berteriak keras, karena semua orang tampak fokus menatap ke arah monster sebesar gunung yang telah tewas dibunuh oleh Li Ruoqing dengan Artefak kuno Belati Bayangannya.
“Lupakan saja,” sahut Zhao Wu. “Kalau kita mengejar mereka, takutnya kita tidak bisa sampai ke kota Huayang hari ini.”
Dia juga merasa percuma saja mengejar monster-monster itu, karena tidak ada kristal monster di tubuh mereka. Seperti kata Li Ruoqing sebelumnya, monster-monster itu mungkin dikendalikan oleh Kultivator pengendali monster atau sering disebut juga sebagai Beast Master.
“Li Ruoqing, berikan padaku Belati Bayangan itu!” seru Xuan Ji setelah murid tak langsungnya itu datang dengan ekspresi wajah bahagia.
“Ini Master Ji,” sahut Li Ruoqing menyerahkan Artefak kuno Belati Bayangan.
Xuan Ji memperhatikan bilah Belati Bayangan dengan seksama. Itu terlihat seperti besi biasa saja, tetapi saat ia menggores batu yang ia duduki. Batu itu langsung hancur berkeping-keping.
“Hmm, sepertinya Belati Bayangan ini sangat kuat. Mungkin lebih cocok untukku saja agar aku tidak perlu mengeluarkan energi spiritual yang sangat besar ketika bertarung melawan pengikut Kultus Iblis.” Xuan Ji berpikir dalam benaknya. Namun, senjata itu hanya beresonansi dengan Li Ruoqing saja, padahal ia juga seni beladiri Assassin. “Apa pencipta senjata ini memiliki garis keturunan yang sama dengan Li Ruoqing?” tebaknya.
Sama seperti Xue Yao yang bisa menggunakan seni beladiri Klan Long karena ditubuhnya masih mengalir garis keturunan Klan Long walaupun sudah tidak murni.
“Ada apa Master? Kenapa raut wajah master sampai berkerut-kerut?” Li Ruoqing membuyarkan lamunan Xuan Ji. “Kalau Master tertarik pada Artefak kuno itu, maka simpan saja untuk master. Nanti upah dari pengawalan ini akan kubelikan belati baru di Paviliun dagang milik tuan Wang.”
“Kalau tidak salah, kami masih memiliki senjata spiritual Belati yang tingkatannya hampir mendekati level Artefak. Karena nona Ruoqing adalah murid Leluhur Mu Ji, maka bayar seharga 20% dari modal saja,” sahut tuan Wang.
Dia tidak akan rugi walaupun menjualnya dibawah harga pasar, karena hasil penjualan Artefak kuno Belati Bayangan itu saja sangat banyak. Tentu tujuannya menjual murah belati di Paviliun dagangnya pada Li Ruoqing agar Leluhur Mu Ji memiliki kesan yang baik padanya.
“Aku hanya penasaran dengan Belati Bayangan ini,” sahut Xuan Ji sembari melempar artefak kuno itu ke arah Li Ruoqing. “Bertarung menggunakan seni beladiri Assassin bukanlah tipeku.”
“Betulkah? Apakah leluhur Mu Ji bertarung menggunakan Pedang dan jurus-jurus hebat?” sahut tuan Wang bersemangat.
Xuan Ji berpura-pura batuk sambil berjalan dengan kedua tangan di taruh ke belakang. Angin sepoi-sepoi berhembus dan mengibarkan jubah putih yang ia kenakan. “Jurus terbaikku adalah melempar racun ke arah musuh dan langsung membakar mereka hingga tak tersisa. Itulah seni beladiri sesungguhnya.”
Semua orang terkejut mendengarnya dan mencibir dalam hati kalau cara seperti itu adalah seni beladiri para pengikut Kultus Iblis.
“Baiklah, mari kita lanjutkan perjalanan ini. Aku juga penasaran apakah makanan di kota Huayang enak-enak? Terutama rumah bor—” Xuan Ji menggantung ucapannya. “Maksud leluhur ini adalah Paviliun dagang tuan Wang mungkin sangat mewah ha-ha-ha ....”
Tuan Wang dan yang lainnya mau tak mau harus tertawa walaupun harus dipaksakan, karena mereka tidak boleh membuat sosok leluhur itu marah jika ingin hidup lebih lama lagi.
“Oh, ya, Ruoqing‘er. Jika kamu bertemu dengan Pendekar bermarga Mu, maka berteman baiklah dengan mereka dan segera laporkan padaku di mana mereka tinggal.” Xuan Ji mengirim suara telepati pada Li Ruoqing.
Li Ruoqing mengangguk pelan. “Aku akan mencari informasi tentang Klan Mu, Master.”
...***...
Ditepian danau yang diciptakan oleh Xuan Ji, Gu Haitang sangat kesal karena monster yang sudah payah ia tangkap telah dimusnahkan oleh Li Ruoqing.
“Ternyata mereka cukup kuat. Seharusnya dari awal aku mengeluarkan Siluman saja agar Ranah Keabadian itu langsung turun tangan. Sial, sepertinya hari ini bukan hari keberuntunganku,” gerutunya karena kehilangan nyonya besar dan seratus lebih monsternya. “Sebaiknya aku laporkan saja variabel tak terduga ini. Entah mengapa intuisiku mengatakan, pria tua tampan itu akan mengusik Kultus Iblis kedepannya.”
Dia menulis pesan di gulungan kertas dan menyuruh mayat hidup monster merpati membawa pesan itu ke Tetua Agung Pertama, Mo Yijian.
Mo Yijian adalah Tetua Agung yang tinggal di Kota Phoenix, tempat markas Aliansi Beladiri berada dan juga di sanalah letak Sekte Tianzun. Wanita itu adalah tangan kanan Kaisar Iblis di masa lalu dan memiliki kepribadian aneh, di mana ia hanya mau menyerap energi kehidupan para pemuda perjaka.
Gu Haitang tidak berani menghadap wanita itu, ia lebih memilih bertarung melawan sebuah Sekte karena tidak ada yang bisa menebak kepribadiannya. Seolah-olah ia akan dikirim ke dunia bawah saja jika wanita itu tersenyum sambil menggodanya. Kalau tidak ditemani oleh Tetua Agung Ketujuh, mungkin ia akan dilahap oleh wanita tua yang selalu terlihat cantik itu walaupun usianya sudah ribuan tahun.
“Sebaiknya aku segera mencari pengganti nyonya besar. Siapa kira-kira benih yang cocok kutanam di kota itu?” gumam Gu Haitang berpikir sejenak. “Kalau tidak salah tuan muda pertama dikenal sebagai tuan muda sampah, sementara tuan muda kedua menjadi putra kebanggaan tuan kota. He-he-he ... sepertinya akan sangat menarik jika aku memelihara tuan muda pertama. Dia akan menjadi tokoh protagonis yang bangkit menjadi Pendekar kuat dan membalas mereka yang telah menghinanya.” Sudut bibirnya menyeringai lebar membayangkan adegan perselisihan keluarga di kota dekat danau yang diciptakan oleh Xuan Ji tersebut.
Gu Haitang tiba-tiba menghilang, segumpal asa hitam melesat ke arah kota dan masuk ke kamar tuan muda pertama yang sedang kehilangan kesadarannya karena terlalu banyak menenggak arak.
Gu Haitang meletakkan cacing Iblis di dada sebelah kiri tuan muda pertama. Kemudian cacing Iblis itu masuk ke dalam tubuhnya dan bersarang di jantungnya.
“Gemparkan kota ini wahai benihku. Tumbuhlah menjadi kuat, serap energi spiritual orang-orang yang meremehkanmu,” bisik Gu Haitang ke telinga tuan muda pertama yang sedang kejang-kejang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Aristo Robaka
cerita malah ngawur dan kata2
2024-11-02
1
On fire
💓💓🩶
2025-03-07
0
On fire
❤️🩹🤎💜
2025-03-07
0