BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru

Malam begitu tenang mengiringi keindahan suasana rumah di malam hari, sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam. Udara terasa dingin namun menyegarkan. Langit cerah di hiasi bintang-bintang bertebaran menemani raja malam yang bersinar terang menebar cahaya berkilauan.

Aku sampai di rumah milik Pak Bima. Kepalaku mendongak hampir setinggi gerbang rumahnya, halamannya bahkan jauh lebih besar dari tanah ladang milik juragan Gunawan di kampung.

Pak Bima keluar dengan pakaian santai, mengenakan kaus polo yang terbuka sedikit di bagian dada dan celana dasar panjang warna abu tua. Dia datang membukakan gerbang untukku.

"Terima kasih, Pak." Kataku seraya masuk ke dalam.

Lagi-lagi aku mendongak, sementara mataku sibuk menelusuri tiap sudut rumah Pak Bima yang gelap. Rupanya aku datang terlambat, Lily sudah tidur sementara Majikan ku ini sedang membaca buku di ruang tengah.

"Kamu datang kemalaman, Lily sudah tidur. Dari tadi sibuk tanya kamu." Timpalnya sambil membuat kopi.

"Maaf Pak, soalnya tadi bereskan barang dulu di tempat lama." Jawabku.

"Kamu sudah lama menunggu di gerbang? Maaf saya tadi terlalu fokus baca buku jadi terlambat bukakan pintu."

"Oh, tidak," balasku sambil menggoyangkan telapak tangan. "Tidak sama sekali, Pak. Saya malah baru sampai tadi. Baru sekali tekan bel, Pak Bima sudah keluar."

Pak Bima menggeleng dan berkata, "Tapi aku tidak lihat taksi yang mengantar kamu. Kalau baru sampai kan seharusnya masih terlihat. Tidak usah bohong begitu, saya benar-benar minta maaf karena buat kamu menunggu di luar. Atau kamu naik kendaraan lain?"

"Saya jalan kaki, Pak." Jawabku, namun mengalihkan pandangan karena takut mellihat wajahnya yang iba. "Jarak dari kontrakan ke rumah Pak Bima lumayan jauh, ongkosnya jadi mahal. Uang saya tidak cukup."

Kami lantas menjadi hening, namun tak disangka, Pak Bima tertawa dan suaranya seakan meledak di antara kami berdua, menggema di dinding. Aku tak tahan.

Kulihat lagi Pak Bima dan napasku seketika tercekat di tenggorokan. Bahaya sekali, Profesor itu tampak begitu memesona. Dengan seringai di wajahnya, Pak Bima benar-benar luar biasa.

Kecepatan detak jantungku meningkat jadi ritme yang membuatku harus meletakkan tangan di kursi demi tetap tegak. Pak Bima ternyata lebih dari yang kubayangkan. Dan mendadak aku merasa tidak yakin lagi dengan keputusan untuk tinggal di rumahnya.

Dia sangat gagah dan jelas sangat kaya. Dan sorot matanya ketika tawanya menghilang membuat lutut ku melemah. Ya Tuhan.

"Beruntung sekali kamu sampai di sini hidup-hidup," ujar Pak Bima dengan anggukan singkat. "Dan itu bagus. Itu menunjukkan bahwa kaki mu memiliki otot yang kuat."

"Makanlah." lanjutnya sambil memberikan sandwich yang baru saja dia buat. "Sebagai tabungan lemak, kalau nanti kamu jalan kaki jauh lagi."

Kuambil sandwich itu dari tangannya, sepotong roti dengan dua buah daging sapi mahal di dalamnya. Kurasa Pak Bima sengaja melebihkan itu untukku. Aku terharu.

"Bapak benar," kataku. "Aku memiliki kaki yang kuat dan simpanan lemak yang banyak." Sambil meletakkan sandwich yang sudah dimakan separuh, aku menggosok lengan dengan telapak tangan. Tapi hal itu tidak membantu. Sensasi dingin yang kubawa sejak berjalan menuju rumah pak Bima tetap terasa sekuat sebelumnya.

Di sampingku, api berderak dan mendesis, perciknya melesat ke cerobong asap dalam semburan menyala. Di sini, di tempat Pak Bima biasa istirahat, membaca buku benar-benar sangat nyaman. Di samping kursi tempat Pak Bima duduk ada tempat menyalakan api, mirip seperti rumah ala eropa kuno.

Kehangatan menyentuhku, tapi tak mampu menghilangkan rasa dingin yang melekat di badanku.

"Kamu gemetar."

"Sedikit, Pak." Timpal ku pelan.

Pak Bima mengernyit dan berjalan ke pintu ganda dan menghilang ke dalam lemari dinding besar yang belum pernah kulihat di manapun sebelumnya. Ketika keluar lagi, Pak Bima membawa sweater hitam tebal yang diulurkannya padaku tanpa komentar.

"Terima kasih, Pak." kupakai sweater itu lewat kepala, dan hidungku dengan cepat menghirup aroma lelaki yang di gandrungi para gadis di universitas itu.

Hidup memang tidak bisa ditebak. Seorang petugas kebersihan sepertiku yang bahkan tidak pernah berpikir untuk bertegur sapa dengan dosen seperti Pak Bima, malah sekarang berada sangat dekat dengannya, tinggal di rumahnya, bahkan mengenakan pakaian miliknya.

Nampaknya begitu pula dengan malam ini, tadi langit cerah terang tetapi sekarang tiba-tiba saja menjadi hitam mencekam menyongsong turunnya air hujan, hujan bergemericik berjuta kubik air jernih turun dari langit. Suara guntur juga terkadang menggelegar melengkapi datangnya air hujan, sesekali suara kilat menyambar-nyambar di langit dengan sinar yang begitu terang.

“Sudah jam 10 malam. Cepat habiskan makananmu, lalu aku antar kamu ke kamar.” Pak Bima meneguk kopinya kembali, Lalu menaruh bukunya di meja kecil. “Hujan makin deras, nanti kamu makin kedinginan."

“Saya baik-baik saja, Pak.”

“Besok pagi kamu tidak usah dulu ke kampus. Di rumah saja dulu temani Lily, sekalian istirahat. Nanti saya yang bilang ke atasan kamu.”

Sekali lagi aku memandang ke luar jendela. Ku pikir ide Pak Bima tak ada salahnya. Aku memang sedikit kelelahan, belum lagi besok hari pertama ku bekerja sebagai pengasuh dan ibu pura-pura untuk anaknya.

Lalu tiba-tiba halilintar kembali datang, berkali-kali lipat lebih besar sampai langit memutih sekejap. Aku yang terkejut hendak memekik memanggil Ibu, namun sebelum itu terjadi, tiba-tiba dengan gerakan tak terduga Pak Bima meraih pergelangan tanganku hingga aku kehilangan kontrol diri dan tenggelam dalam dadanya.

JEGAR!!

Halilintar besar itu akhirnya datang, mataku langsung memejam ketakutan. Namun, pelukan Pak Bima yang tiba-tiba seolah menjadi pelindung yang membuatku selalu merasa aman. Tenang sekali.

"Pak..” Aku menengadah, yang kulihat hanya bagaimana lehernya tegak, berlatar garis rahang yang tegas, pandangan matanya lurus melihat ke samping, arah jendela.

Dia tidak mendengarku, nampaknya ini memang gerakan spontannya dan tidak lebih sekadar untuk melindungi seseorang.

"Pak Bima ..."

“Papa..."

Belum selesai aku meneruskan ucapanku, rupanya di muka pintu sudah ada Lily yang menangis memeluk boneka kelinci miliknya. Menyadari itu, Aku cepat mendorong tubuh Pak Bima dan Pak Bima pun melepaskan dekapan tangannya di punggung dan kepalaku.

"Kakak sudah datang ke tempat Lily, ya ...”

Aku mengangguk sambil tersenyum kikuk.

Pak Bima lekas memutar posisi dan menghampiri Lily, “Ada apa?”

“Lily takut, tidak bisa tidur!”

“Oh, ya? Itu hanya halilintar biasa, datangnya Cuma sebentar dan sekarang sudah pergi. Jangan takut lagi ya? Papa antar kembali ke kamar.”

“Lily mau tidur sama Papa..” ucap Lily menggantung, lalu menengok ke arahku. "Sama kakak juga."

“Hah?”

Mulutku ternganga.

Terpopuler

Comments

Esther Lestari

Esther Lestari

baru juga datang, Lily sdh minta tidur bareng papa & kakak Julia😁.

2024-08-19

0

Sri Rahayu

Sri Rahayu

pak Dosen kok main peluk2 aja sih 🤪🤪🤪

2024-08-09

0

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

lily mau bobok bertiga.. 😅😅

2024-08-08

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Gerbang Cerita
2 BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3 BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4 BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5 BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6 BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7 BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8 BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9 BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10 BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11 BAB 10 - Lily Hilang
12 BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13 BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14 BAB 13 - Keluarga Palsu
15 BAB 14 - Tragedi Pacar
16 BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17 BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18 BAB 17 - Dia Pacarku
19 BAB 18 - Cinta Murni
20 BAB 19 - Masih Mencinta
21 BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22 BAB 21 - Larangan Cinta
23 BAB 22 - Bagaimana, ya?
24 BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25 BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26 BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27 BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28 BAB 27 - Romansa Dua Pria
29 BAB 28 - Lelaki Sejati
30 BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31 BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32 BAB 31 - Malam Pengakuan
33 BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34 BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35 BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36 BAB 35 - Kita Berpisah
37 BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38 BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39 BAB 38 - Penyambung Ikatan
40 BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41 BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42 BAB 41 - Rebutan Pria
43 BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44 BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45 BAB 44 - Ketemu Camer
46 BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47 BAB 46 - Trauma Orang Tua
48 BAB 47 - Luka di Usia Belia
49 BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50 BAB 49 - Mang Koes
51 BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52 BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53 BAB 52 - Luka
54 BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55 BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56 BAB 55 - Tes DNA
57 BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58 BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59 BAB 58 - Lelaki Jahat
60 BAB 59 - Dikta
61 BAB 60 - Cinta Gila
62 BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63 BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64 BAB 63 - Lily Tiada?
65 BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66 BAB 65 - Maaf
67 BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68 BAB 67 - Permintaan Terakhir
69 BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70 Kabar Nove(l)mber 🩷
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 00 - Gerbang Cerita
2
BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3
BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4
BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5
BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6
BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7
BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8
BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9
BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10
BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11
BAB 10 - Lily Hilang
12
BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13
BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14
BAB 13 - Keluarga Palsu
15
BAB 14 - Tragedi Pacar
16
BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17
BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18
BAB 17 - Dia Pacarku
19
BAB 18 - Cinta Murni
20
BAB 19 - Masih Mencinta
21
BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22
BAB 21 - Larangan Cinta
23
BAB 22 - Bagaimana, ya?
24
BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25
BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26
BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27
BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28
BAB 27 - Romansa Dua Pria
29
BAB 28 - Lelaki Sejati
30
BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31
BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32
BAB 31 - Malam Pengakuan
33
BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34
BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35
BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36
BAB 35 - Kita Berpisah
37
BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38
BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39
BAB 38 - Penyambung Ikatan
40
BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41
BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42
BAB 41 - Rebutan Pria
43
BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44
BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45
BAB 44 - Ketemu Camer
46
BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47
BAB 46 - Trauma Orang Tua
48
BAB 47 - Luka di Usia Belia
49
BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50
BAB 49 - Mang Koes
51
BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52
BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53
BAB 52 - Luka
54
BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55
BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56
BAB 55 - Tes DNA
57
BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58
BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59
BAB 58 - Lelaki Jahat
60
BAB 59 - Dikta
61
BAB 60 - Cinta Gila
62
BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63
BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64
BAB 63 - Lily Tiada?
65
BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66
BAB 65 - Maaf
67
BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68
BAB 67 - Permintaan Terakhir
69
BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70
Kabar Nove(l)mber 🩷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!