BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit

Karena Pak Bima cuma mengajar jam pertama saja, aku akhirnya bisa mengambil shift pagi di kampus. Dia juga mengizinkan untuk kerja dulu, selagi beliau mengurus Lily sampai aku pulang.

"Biar saya antar sekalian."

"Loh, tidak usah Pak."

"Jarak rumah saya ke kampus itu hampir sama dengan jarak kontrakan lama kamu ke sini." Jelas Pak Bima sambil membenarkan Jas-nya. "Ada ongkosnya?"

Aku cuma nyengir, menggeleng pelan. Malu-malu.

"Ya sudah," balasnya. "Sekalian saja."

"Memangnya Pak Bima gak malu? Antar cleaning service ke kampus?"

"Saya sih tidak. Tapi kalau kamu yang malu, nanti saya turunkan di halte saja."

"Jalan kaki, Pak?"

"Iya, hitung-hitung olahraga."

Bibirku lantas mengerucut begitu beliau pergi duluan ke mobil. Padahal kan aku cuma basa-basi. Sudahlah, aku pasrah lalu ku ikuti langkahnya dari belakang.

Aku berangkat kerja sambil menahan kantuk. Di kepalaku seakan ada planet mungil yang beratnya sama dengan bumi. Seluruh energi ku terserap daya gravitasinya yang dahsyat. Beruntung, aku tadi menikmati sarapan dengan ekstra kadar gula tinggi. Dua gelas susu cokelat buatan Pak Bima, dua potong pie strawberry, dan segelas air mineral.

Kami masuk mobil kemudian Pak Bima mulai tancap gas. Kami mulai menyusuri jalanan yang belum ramai.

Sesampainya di tujuan, Pak Bima memang berhenti di halte. Lantas aku segera turun dan berpamitan, terima kasih juga.

"Pak, saya duluan ya. Terima kasih tumpangannya."

Pak Bima menjawab cuma dengan mengangguk sekilas.

Aku berjalan pelan, karena memang belum terlambat. Cuma anehnya, kenapa mobil Pak Bima masih belum lewat, akhirnya aku menoleh ke belakang. Kulihat mobilnya masih terparkir di sana. Oh, mungkin dia sedang menelpon atau lagi ada sesuatu. Pikirku.

Namun, langkahku semakin lambat saat aku merasakan ada yang mengikutiku dari belakang. Aku menengok lagi, dan betapa terkejutnya aku melihat mobil Pak Bima tepat di belakang ku.

"Silahkan, Pak." Kataku seraya mengayunkan tangan ke depan.

Tapi Pak Bima diam saja. Tadinya kupikir aku menghalangi jalannya, makanya aku minggir.

"Silahkan Pak, maju." Aku mengulangi kata-kataku. Lagi-lagi Pak Bima diam, tak menggubris.

"Kenapa sih?" gumam ku, tanpa mengharapkan lagi jawabannya. Yang dapat kulakukan sekarang cuma melanjutkan perjalanan, toh sebentar lagi sudah mau sampai.

Sambil jalan, kudengar mesin mobil Pak Bima masih tancap gas, tapi lambat sekali. Tidak mendahului ku, tapi tepat di belakang ku, seperti mengiring, persis penguntit yang niatnya jahat.

"Maju, Pak. Maju!" Aku memerintah layaknya juru parkir yang mengatur arah.

Mobilnya tidak bergerak. Sayang kaca depannya di pasang kaca film sehingga memotong jarak pandangku.

"Pak?!"

Akhirnya aku memutuskan mendatangi dia, ku ketuk kaca mobilnya. Dan beruntung kali ini dia merespon.

"Kenapa tidak maju, Pak?"

"Memangnya kenapa?"

Keningku mengernyit. "Pak Bima kenapa tidak maju? Kan dari tadi saya sudah ayun-ayunkan tangan begitu."

"Saya tidak niat mendahului kamu."

"Lah, terus?"

"Apanya?" Dia balik tanya, bikin heran saja. "Saya kan tadi bilang mau antar kamu. Ya sekarang saya iringi."

"Hah?" Aku menautkan kedua alisku. "Terserah Pak Bima, ah. Bingung jadinya mutar-mutar."

Dia cuma mengangguk, mengangguk kecil demi menjaga gengsinya.

Sampai di tempat kerja, Mas Andrean menyambutku dengan gayanya yang khas. "Selamat pagi Mbak. Pagi yang baik, ya?" Ia berdiri di depan pintu dengan tangan kanan di masukkan ke dalam saku celana, seakan dialah pemilik universitas ini.

Mas Andrean adalah salah satu mahasiswa di sini. Berkat dia aku bisa akrab dengan mahasiswa yang lain ketika pertama kali bekerja di sini. Dia memiliki pembawaan yang mirip Al Pacino, bintang film idolanya: elegan, berani mengambil resiko, dan pandai bicara.

"Kenapa kemarin aku tidak lihat Mbak Jul, ya?"

"Saya izin, Mas. Ada kerjaan."

Aku segera masuk ke ruang kerja, menyandarkan tubuh ke kursi lipat di belakang meja dapur. Sesekali rasa kantuk kembali menyerangku, membuatku berkali-kali harus memijat mataku yang nanar dan perih.

"Kerja apa sih?" Mas Andrean ternyata mengikuti ku, ah apa lah semua lelaki pagi ini. Apa sekarang sedang trend menguntit.

"Ada lah, Mas. Saya dapat kerjaan baru, jadi pengasuh anak." Aku mendongak, seraya menyunggingkan senyum untuknya.

Mas Andrean menarik kursi di sebelahku dan duduk di sana. "Makin hebat ya, Mbak Jul sekarang."

"Terima kasih, Mas." Aku senyum lagi. "Tapi berlebihan, ah."

"Nih," Mas Andrean meletakkan kopi kalengan di atas meja. "Minum, gih. Biar tidak ngantuk lagi."

Ku pandangi kopi itu, entah kapan Mas Andrean membelinya. Dan entah apakah memang niat awalnya di belikan untuk siapa. Tapi, meskipun usia ku dan Mas Andrean sama, dia tidak canggung sedikitpun untuk menegur atau baik begini padaku.

"Terima kasih, ya Mas." Kataku, lantas kuambil Kopi itu dan menenggaknya.

"Capek, ya?"

"Hmm??" Aku melihatnya dari sudut mataku.

"Tidak apa-apa, hitung-hitung belajar jadi Ibu." Ujarnya. "Sama seperti ku sekarang, belajar yang baik biar nanti bisa cari uang yang banyak. Hitung-hitung belajar jadi calon ayah sekaligus kepala rumah tangga."

"Uhuk uhuk uhuk!" hampir saja aku tersedak. "Maaf, Mas." Kataku sambil menepuk-nepuk dada layaknya seorang badut.

Dia malah tertawa, membuatku makin malu saja.

"Jangan capek-capek ya, Mbak Jul. Doakan aku cepat lulus, biar kamu bisa istirahat."

Walaupun aku tidak mengerti maksudnya. Tapi aku pasti aamiinkan. Aku mengagumi kecerdasan sekaligus caranya menjelaskan dasar pikirannya dalam menjalani pilihan hidupnya. Dia tampak lebih matang dari usianya, sekalipun dalam beberapa hal watak remajanya terlihat jelas.

Mas Andrean pun pergi.

Sambil menghabiskan kopi, tiba-tiba aku teringat pada Pak Bima. Sudah memarkirkan mobilnya, dia kemana ya? Langsung ke ruangannya kah? Eh tapi hari ini dia berangkat lebih pagi dari biasanya.

Kenapa ya? Apakah dia sengaja datang pagi untuk mengantarku biar aku tidak terlambat?

Lalu kenapa tadi mengiringiku dari belakang?

Kenapa kemarin dia memegang tanganku?

Dan sialnya, kenapa aku jadi memikirkan ini? Kenapa aku jadi gila begini?

Saat menikmati lamunan, rupanya ponsel ku bergetar, notifikasi sebuah pesan. Lekas kulihat.

[Nanti siang, saya dan Lily yang jemput. Lily mau kita bertiga makan di luar hari ini.]

Ini pertama kalinya Pak Bima mengirimi ku pesan.

[Siap, Pak] Balasku cepat.

Kupandangi layar di telpon, harap-harap ada balasan lagi. Tapi sayangnya cuma berubah centang biru, Pak Bima cuma baca pesanku saja. Ya sudahlah.

"Benar kata Mas Andrean," gumam ku cengengesan. "Ini pagi yang baik."

...****************...

Halo, ini author sanskeh 🫡

Sebelum kejauhan, author izin memperkenalkan Visual tokoh di novel ini dulu ya, biar makin enak menghalu.

NB : INI VERSI AUTHOR, KALAU KAKAK PUNYA VISUAL YANG LAIN, GAPAPA BANGETTT (⁠◠⁠‿⁠◕⁠)

1. Pak Bima (Bima Cakra Samudera)

2. Julia (Julianne Risma)

Terpopuler

Comments

Mari Anah

Mari Anah

waduuuuhh saingan pak bima nongol nih

2024-10-13

0

Mari Anah

Mari Anah

😂😂😂pak bima bisa ajah

2024-10-13

0

Yuna Ningsih

Yuna Ningsih

maaf salah ketik, maksudnya semangat /Pray/

2024-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Gerbang Cerita
2 BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3 BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4 BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5 BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6 BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7 BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8 BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9 BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10 BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11 BAB 10 - Lily Hilang
12 BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13 BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14 BAB 13 - Keluarga Palsu
15 BAB 14 - Tragedi Pacar
16 BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17 BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18 BAB 17 - Dia Pacarku
19 BAB 18 - Cinta Murni
20 BAB 19 - Masih Mencinta
21 BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22 BAB 21 - Larangan Cinta
23 BAB 22 - Bagaimana, ya?
24 BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25 BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26 BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27 BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28 BAB 27 - Romansa Dua Pria
29 BAB 28 - Lelaki Sejati
30 BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31 BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32 BAB 31 - Malam Pengakuan
33 BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34 BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35 BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36 BAB 35 - Kita Berpisah
37 BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38 BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39 BAB 38 - Penyambung Ikatan
40 BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41 BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42 BAB 41 - Rebutan Pria
43 BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44 BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45 BAB 44 - Ketemu Camer
46 BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47 BAB 46 - Trauma Orang Tua
48 BAB 47 - Luka di Usia Belia
49 BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50 BAB 49 - Mang Koes
51 BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52 BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53 BAB 52 - Luka
54 BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55 BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56 BAB 55 - Tes DNA
57 BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58 BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59 BAB 58 - Lelaki Jahat
60 BAB 59 - Dikta
61 BAB 60 - Cinta Gila
62 BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63 BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64 BAB 63 - Lily Tiada?
65 BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66 BAB 65 - Maaf
67 BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68 BAB 67 - Permintaan Terakhir
69 BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70 Kabar Nove(l)mber 🩷
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 00 - Gerbang Cerita
2
BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3
BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4
BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5
BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6
BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7
BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8
BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9
BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10
BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11
BAB 10 - Lily Hilang
12
BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13
BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14
BAB 13 - Keluarga Palsu
15
BAB 14 - Tragedi Pacar
16
BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17
BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18
BAB 17 - Dia Pacarku
19
BAB 18 - Cinta Murni
20
BAB 19 - Masih Mencinta
21
BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22
BAB 21 - Larangan Cinta
23
BAB 22 - Bagaimana, ya?
24
BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25
BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26
BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27
BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28
BAB 27 - Romansa Dua Pria
29
BAB 28 - Lelaki Sejati
30
BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31
BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32
BAB 31 - Malam Pengakuan
33
BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34
BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35
BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36
BAB 35 - Kita Berpisah
37
BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38
BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39
BAB 38 - Penyambung Ikatan
40
BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41
BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42
BAB 41 - Rebutan Pria
43
BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44
BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45
BAB 44 - Ketemu Camer
46
BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47
BAB 46 - Trauma Orang Tua
48
BAB 47 - Luka di Usia Belia
49
BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50
BAB 49 - Mang Koes
51
BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52
BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53
BAB 52 - Luka
54
BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55
BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56
BAB 55 - Tes DNA
57
BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58
BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59
BAB 58 - Lelaki Jahat
60
BAB 59 - Dikta
61
BAB 60 - Cinta Gila
62
BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63
BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64
BAB 63 - Lily Tiada?
65
BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66
BAB 65 - Maaf
67
BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68
BAB 67 - Permintaan Terakhir
69
BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70
Kabar Nove(l)mber 🩷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!