BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga

"Pak Bima tahu Lily di mana?"

"Iya."

"Di mana?"

"Dia sudah aman sekarang." Pak Bima melihatku sambil menyunggingkan senyum.

"Sungguh?"

"Ya, sungguh."

"Kenapa bilang begitu?" tanya ku lagi. Cuma buat memastikan.

"Lily itu masih kecil, seperti kata kamu. Tidak punya keberanian besar untuk kabur langsung ke jalan."

Ya terus apa? Itu sama sekali tak menjawab. Aku bukannya tenang, malah makin cemas.

"Tapi biarpun usianya kecil begitu, Lily bisa berpikir jauh lebih pintar dibanding anak seumurannya." Lanjutnya, dan memang aku pun mengakui yang dia katakan itu benar. Anaknya itu terlalu genius!

"Dia marah padaku, jadi dia hilang begini untuk menggertak ku. Dia tidak pergi jauh kok. Aku yakin dia di sana, dan bodohnya aku tidak kepikiran sebelumnya."

"Ya, wajar Pak. Namanya panik, mana bisa mikir jernih." Sahutku. "Tapi di mana Lily?"

"Di rumah." Jawab Pak Bima. "Lagi tidur."

"Hah?" balasku dengan wajah cengo.

"Aku salah sudah membentak dia."

Lagi, Pak Bima menampakkan wajah penyesalan itu lagi.

Tanpa di jelaskan pun, semua tahu persis bagaimana perasaan Pak Bima sekarang. Semakin hujan menderas, Pak Bima makin linglung. Memang tidak ada yang salah dalam penglihatannya, namun kini dia malah menuntunku ke pondok kecil tempat orang jaga malam, setelah sebelumnya dia berulang kali menjulurkan kepala ke depan seakan menerawang sesuatu yang ada di depan.

Hal berikutnya yang baru kusadari adalah sepanjang jalan ini Pak Bima terus menggenggam tanganku, pantas saja aku merasa tenang. Di antara kucuran air hujan dan dinginnya kitaran angin malam ini, tangan dan tubuhku jadi hangat dalam rengkuhan tangan Pak Bima yang besar dan kuat.

"Maaf," katanya, tak lama setelah kami berhasil berteduh di bawah atap pondok.

"Kamu jadi ikut-ikutan repot begini sampai tidak sempat pakai jaket, maaf ya... pasti dingin."

Pak Bima melepas jaketnya lalu memakaikannya di tubuhku, harum tubuhnya langsung tercium hadir lebih dekat sampai membuat ku sesak. Dadaku langsung panas, terutama saat dia mengangkat wajahku dan mengelusnya untuk menyeka air hujan.

Selama beberapa saat yang mendebarkan itu, sorot terkejut dalam mataku beradu dengan tatapan Pak Bima. Sementara menyerap pemandangan indah sosok pria ini, aku nyaris tak berkedip di depannya.

Pak Bima terbahak-bahak dan aku jadi semakin heran, tetapi justru karena tawanya itu juga aku bisa sadar dari lamunan.

"Ada upil, tahu."

Sesudah melontarkan ejekannya, Pak Bima melihat ke arahku dan aku langsung berpaling muka dengan cepat, terlalu cepat! terkutuk lah jika sampai dia melihat aku membersihkan kotoran hidung ini.

"Saya bercanda," ujarnya terkekeh.

Dia tersenyum manis, sementara aku? Ya, aku sedang berkelahi dengan jantung. Di dalam dadaku ini seakan penuh bintang yang berkitaran mendekat satu sama lain, sampai menyesakkan dan jantung jadi berdebar tidak karuan.

Aku menyunggingkan senyum masam untuk menutupi rasa gugup dan mendebarkan ini. "Bercandanya jelek! Sleketep."

Aku membalas dengan nada menyeloroh, menirukan gaya Makmur di film komedi TV.

Pak Bima diam saja, hanya tersenyum. lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku jeansnya dan mengusapkannya di atas rambutku.

"Jangan sampai flu ya."

Dan disaat yang sama juga, aku menangkap sorot matanya yang cemerlang. Senyumnya nakal seperti laki-laki yang suka menggoda, jarang sekali bahkan belum pernah ku lihat dari awal bertemu dengannya.

"Lily itu sering dengar Pak Bima dan Mbak Maya ribut. Seperti tadi pagi, Mbak Maya selalu bilang soal Pak Bima mengangkat anak, sesudah memutuskan hubungan dengannya." kataku pelan. "Dari situ, Lily tahu istilah anak angkat."

Tetapi, lagi-lagi Pak Bima berpaling, mengalihkan ucapanku. Dia sibuk memandang langit yang semakin menghitam, pada akhirnya aku menyadari bahwa Pak Bima enggan aku membahas perihal yang menyangkut tentang keributannya dengan Mbak Maya.

"Maaf,"

"Tidak masalah." Jawab Pak Bima yang masih sibuk mendongakkan kepala, "Saya justru berterima kasih padamu, sekarang aku jadi mengerti kalau sekarang sudah sepatutnya tegas pada Maya."

Dia lantas kembali menatapku.

"Ternyata kamu memang cocok, ya jadi ibu." Dia tersenyum. "Saya sangat tertolong karena Lily lebih bisa mengutarakan isi hatinya sekarang. Ternyata peran Ibu memang sepenting itu untuknya."

Desa-han resah terlontar dari bibir hatiku. Mengapa dadaku berdebar hebat. Oh, apa sebenarnya yang kulakukan? ini bukan kuasa ku. Aku menepuk pipi sambil menggeleng-geleng.

Udara semakin dingin, dan angin berdesir meniup-niup rok yang ku kenakan, menemani kebersamaan kami di bawah pondok bambu.

Beberapa saat kemudian debit hujan mulai turun, airnya tinggal rintik. Sementara suasana sekitar sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah-rumah. Hanya lampu jalan yang hidup kedap kedip, tidak ada mobil yang terlihat. Pak Bima menatapku, seakan memberi isyarat; Ayo pulang!

Aku mengangguk seraya meraih lengan Pak Bima, benar-benar spontan saja. Bersamaan dengan itu, Pak Bima menatap tanganku yang menyentuh tubuhnya hingga kemudian beralih ke mataku.

"Ma-maaf, Pak." Tetapi Pak Bima segera menggenggamnya, menenangkan hatiku yang jelas merasa tersesat dan malu.

"Kemarilah, biar kututupi kepala mu biar tidak kena hujan langsung."

Mataku mengerjap-ngerjap melawan air yang menimpa wajahku, tetapi di depan punggung Pak Bima yang gagah bagai benteng yang memberikan ku perlindungan dan rasa tenang. Hujan ini bukan lagi halangan yang berarti.

Pak Bima ... tanpa ku sadari, ada bagian lain yang membuat hatiku gugup. Jauh di lubuk hatiku, aku takut malah menaruh rasa padamu.

...****************...

"Oh, astaga dia di sana."

Kataku histeris, tapi tidak juga berteriak begitu kami sampai di rumah. Dan Pak Bima pelan-pelan mengangkat Lily ke atas ranjang.

Benar kata Pak Bima, dia sedang tidur. Dan lucunya, ternyata Lily dari tadi sembunyi di bawah ranjang kasur. Memang tidak kelihatan dan aku bahkan tidak kepikiran kalau dia akan sembunyi di sana karna kolongnya tertutup selimut yang lebar, besar dan tebal.

"Saya tidak kepikiran cari di sana, Pak."

Pak Bima cuma terkekeh pelan. Rupanya dosen galak ini bisa juga ketawa, pikirku bangga.

"Kalau tidur begini, sekilas kalian berdua terlihat sama." Kata Pak Bima.

"Apanya, Pak?"

"Mukanya."

"Masa? Memang Pak Bima pernah lihat saya tidur?"

"Pernah." Jawabnya sambil melirik ku.

"Kapan?"

"Kemarin, waktu kamu tidur di sini."

Aku melotot, "Loh, Pak Bima lihat? Bukannya kita tidurnya bareng?"

"Kamu ngorok," hardiknya dengan wajah kaku. "Aku jadi bangun, susah tidur."

Waduh! Malunya aku.

...****************...

Halo ini author sanskeh 🫡

Semangat ya! Mohon maaf hari ini kemalaman update. Author sibuk berhalu dulu tadi, muehehehehe ,(⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)

Jangan lupa tekan like-nya ya! Absyeeennnn!! Jumpa lagi besok... ta ta (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

bagus

2024-08-30

0

Mamah Nisa

Mamah Nisa

semakin suka

2024-08-22

0

Esther Lestari

Esther Lestari

Pak Bima bikin jantung Julia berdebar2 terus

2024-08-20

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Gerbang Cerita
2 BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3 BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4 BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5 BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6 BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7 BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8 BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9 BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10 BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11 BAB 10 - Lily Hilang
12 BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13 BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14 BAB 13 - Keluarga Palsu
15 BAB 14 - Tragedi Pacar
16 BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17 BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18 BAB 17 - Dia Pacarku
19 BAB 18 - Cinta Murni
20 BAB 19 - Masih Mencinta
21 BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22 BAB 21 - Larangan Cinta
23 BAB 22 - Bagaimana, ya?
24 BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25 BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26 BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27 BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28 BAB 27 - Romansa Dua Pria
29 BAB 28 - Lelaki Sejati
30 BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31 BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32 BAB 31 - Malam Pengakuan
33 BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34 BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35 BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36 BAB 35 - Kita Berpisah
37 BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38 BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39 BAB 38 - Penyambung Ikatan
40 BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41 BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42 BAB 41 - Rebutan Pria
43 BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44 BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45 BAB 44 - Ketemu Camer
46 BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47 BAB 46 - Trauma Orang Tua
48 BAB 47 - Luka di Usia Belia
49 BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50 BAB 49 - Mang Koes
51 BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52 BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53 BAB 52 - Luka
54 BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55 BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56 BAB 55 - Tes DNA
57 BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58 BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59 BAB 58 - Lelaki Jahat
60 BAB 59 - Dikta
61 BAB 60 - Cinta Gila
62 BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63 BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64 BAB 63 - Lily Tiada?
65 BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66 BAB 65 - Maaf
67 BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68 BAB 67 - Permintaan Terakhir
69 BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70 Kabar Nove(l)mber 🩷
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 00 - Gerbang Cerita
2
BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3
BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4
BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5
BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6
BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7
BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8
BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9
BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10
BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11
BAB 10 - Lily Hilang
12
BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13
BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14
BAB 13 - Keluarga Palsu
15
BAB 14 - Tragedi Pacar
16
BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17
BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18
BAB 17 - Dia Pacarku
19
BAB 18 - Cinta Murni
20
BAB 19 - Masih Mencinta
21
BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22
BAB 21 - Larangan Cinta
23
BAB 22 - Bagaimana, ya?
24
BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25
BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26
BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27
BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28
BAB 27 - Romansa Dua Pria
29
BAB 28 - Lelaki Sejati
30
BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31
BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32
BAB 31 - Malam Pengakuan
33
BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34
BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35
BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36
BAB 35 - Kita Berpisah
37
BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38
BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39
BAB 38 - Penyambung Ikatan
40
BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41
BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42
BAB 41 - Rebutan Pria
43
BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44
BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45
BAB 44 - Ketemu Camer
46
BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47
BAB 46 - Trauma Orang Tua
48
BAB 47 - Luka di Usia Belia
49
BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50
BAB 49 - Mang Koes
51
BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52
BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53
BAB 52 - Luka
54
BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55
BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56
BAB 55 - Tes DNA
57
BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58
BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59
BAB 58 - Lelaki Jahat
60
BAB 59 - Dikta
61
BAB 60 - Cinta Gila
62
BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63
BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64
BAB 63 - Lily Tiada?
65
BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66
BAB 65 - Maaf
67
BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68
BAB 67 - Permintaan Terakhir
69
BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70
Kabar Nove(l)mber 🩷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!