BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal

"Dasar anak tidak berguna! Kamu bikin malu Ibu, Julia!"

Suara seseorang menghampiri telingaku.

Aku bangun dengan mata pedih, kulihat beberapa orang berkumpul di depan ku. Mereka saling berbisik dan bercengkerama dengan teman-temannya. Rasanya aku mengenal mereka semua. Bukankah mereka semua adalah orang-orang sekampung? Lalu di hadapanku, aku memandangnya lebih cermat. Ibu.

Aku menangkap pandangan matanya yang tajam dan hitam menyerupai warna temaram buah terung yang matang. Auranya terpantul, pada caranya menatapku, Ibu memang pemarah, tapi kali ini dia seolah ingin menelan.

"Cepat benarkan pakaianmu! Kita bicarakan semua di rumah."

Aku segera menelaah perintah Ibu dan terkejut bukan main saat melihat keadaan ku yang sekarang, baru kuingat aku telah di perk0sa seorang pria yang tak ku kenal. Lalu, orang-orang ini ... Apakah berarti mereka tengah memberikan penilaian padaku? Aku tak tahu yang pasti aku malu, apalagi Ibu.

Semua orang menatapku. Oh, betapa malu dan hinanya aku, mereka semua tahu ada seseorang yang telah menghabiskan malam bersamaku dan dia mencuri semua, sementara orang-orang ini menyaksikan penampilan ku yang berbeda dari biasanya. Aku beranjak dari tempat ku terbaring, ibu lekas mencengkeram tanganku dan menarikku keluar dengan kasar.

"Bu, demi Tuhan Julia tidak seperti yang ibu bayangkan." Aku berusaha membela diri, tapi ibu enggan mendengarkan, dia cuma sibuk menyeretku untuk secepatnya sampai rumah.

"Ibu, Julia minta maaf. Tolong Julia, Bu, Julia cuma korban."

"Diam!" Ujarnya setelah mendorongku ke lantai ruang depan, Ibu lantas mengunci pintu rumah rapat-rapat. "Kamu benar-benar buat Ibu malu Julia! Kamu tidak ingat Ibumu ini janda? Waktu Bapak kamu lebih milih minggat sama perempuan seberang, semua orang di ladang mandang ibu itu seperti sampah, seolah isi keluarga kita ini memang aibnya desa. Ditambah sekarang anak ibu satu-satunya malah kumpul kebo di balai desa! Ibu sudah tidak punya muka untuk ketemu orang kampung, Julia!"

Kuraih kaki Ibu, ku peluk sambil memohon agar beliau mau memahami situasi. "Sumpah, Bu sumpah. Julia bukan kumpul kebo, Julia ini korban, Bu."

"Korban apanya? Nin yang ngomong ke Ibu kalau kamu memang sengaja masuk ke dalam sana untuk cari laki-laki!"

Kami saling berpandangan, Ibu menahan air matanya. Aku tahu saat itu Ibu jauh lebih terluka dibanding aku, tetapi nasi telah menjadi bubur.

"Bu, Julia memang masuk ke dalam sana untuk cari Kak Jafar. Tapi Julia tidak tahu kalau ada orang lain di sana ..."

"Julia..aa...aa!!" Ibu meringis frustasi, kakinya menghempas tubuh ku dan Ibu memilih duduk di kursi tamu.

"Ibu sudah bilang ke kamu, jangan pernah dekati laki-laki! Jangan dulu pacar-pacaran, kamu tidak pernah mau nurut omongan Ibumu ini. Mending kamu pergi saja, cari bapak dan ikut saja dia! Kalian tidak ada bedanya, sama-sama tidak bisa jaga harga diri dan martabat keluarga!" lanjutnya.

Hatiku pedih sekali, mendapati kata-kata ibu yang begitu mengiris. Memang, setiap aku berbuat kesalahan Ibu pasti akan bawa-bawa nama bapak bedanya sekarang Ibu ngomong sambil menangis. Ibu yang selalu pandai menyimpan air matanya, kali ini nampaknya sudah tak bisa diam-diam.

"Siapa laki-laki yang melakukan itu?" Ibu mengusap wajahnya kasar, sambil memandangku tajam. "Kita temui sekarang, biar kamu langsung nikah saja."

Sayangnya itu bukanlah pertanyaan yang mudah, sebab aku sendiri tak tahu jawabannya. "Julia tidak tahu siapa orangnya, Bu. Ruangan itu gelap, Julia tidak bisa lihat jelas."

Ibu hanya menghela napas berat tanpa menjawab apa pun, dia meninggalkan aku di ruang depan sendirian dan pergi masuk mengunci diri ke kamar.

Semua terjadi sangat cepat dan aku tahu sejak kejadian malam itu, dunia ku dan Ibu tidak sedang baik-baik saja, sampai akhirnya aku mendapati diriku hamil dan mengandung anak dari lelaki yang sama sekali tak kukenali.

"Kali ini kamu nurut sama Ibu, jangan pernah keluar rumah sampai anak itu lahir. Kamu ingat kan kalau bukan karena kamu meninggalkan rumah dan tidak nurut omongan, kamu tidak mungkin di perk0sa dan hamil anak yang tidak jelas bapaknya siapa!"

Nyaris setiap hari Ibu selalu mengulangi kalimat itu, sementara aku cuma bisa pasrah dan menuruti segala kata dan perintahnya. Agar tidak ada kesialan yang sama, katanya.

Sembilan bulan kulalui dan memang harus kuakui, pikirku, banyak yang sudah berubah sejak aku mengandung. Meski ibu memperlakukan ku acuh tak acuh dan warga kampung yang selalu melirik tiap saat lewat depan rumah kami, tak serta merta menjatuhkan hatiku untuk terus terpuruk atau bahkan tidak mau menerima kehadiran seorang anak.

Pada bulan ke-sembilan kehamilan, tepat jam 3 subuh aku akhirnya melahirkan. Ibu tidak mengizinkan ku lahiran di puskesmas, tapi Ibu cuma mendatangkan Nek Irah dari kampung sebelah. Nek Irah sendiri bukanlah tenaga medis ahli, beliau cuma dikenal sebagai dvkun beranak yang sering bantu orang-orang kalau mau lahiran.

"Bu, anak Julia mana? Boleh Julia lihat wajahnya, Bu?" kataku dengan napas terengah-engah saat anak ku akhirnya berhasil keluar.

Aku bisa mendengar tangisnya, lega dan bahagia. Mungkin saat aku lahir dulu juga begitu ya, pikirku. Ibu dan Bapak juga senang karenanya.

"Sabar, biar Ibu dan Nek Irah basuh anak kamu dulu." Kata Ibu, dia langsung bergegas ke belakang mengikuti Nek Irah yang sudah pergi lebih dulu membawa anak ku.

Lalu sekitar 5 menit setelah Ibu pergi, rupanya Nek Irah malah kembali. Kupikir dia kembali sambil membawa anak ku.

Ternyata, salah.

Nek Irah malah seperti orang yang ketakutan, dia gelisah dan panik. Buatku jadi bertanya-tanya.

"Nek? Nenek baik-baik saja? Anak Julia mana?" kataku sambil berusaha tersenyum.

Tapi Nek Irah bukannya menjawab pertanyaan ku, beliau cuma pamit dan langsung meninggalkan rumah kami.

"Tanya Ibumu langsung saja, dia yang urus. Nenek mau pulang, takut nanti ada yang mau lahiran lagi."

Kini, hanya aku tersisa sendirian lagi di kamar sembari menunggu Ibu untuk datang. Demikianlah kemudian, selang setengah jam mungkin, Ibu akhirnya kembali. Kupikir ia kembali sambil membawa anak ku.

Ternyata, aku salah lagi.

Ibu cuma datang seorang diri.

"Bu, anak Julia mana? Kenapa tadi Nek Irah langsung cepat-cepat pulang?" pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya.

"Maaf ya, Jul. Nek Irah bilang anak kamu telan air ketuban jadi kesulitan bernapas. Cuma bertahan beberapa menit saja sejak kamu lahirkan." Jawab Ibu dengan nada lesu.

Aku ternganga, "Maksud Ibu apa?"

"Ya anak mu sudah tidak ada, Jul. Dia langsung kembali ke Tuhan."

"Ibu bohong kan? Julia mau lihat anaknya Julia, Bu! Mana anaknya Julia?"

Aku lantas berusaha bangun dari kasur, tapi Ibu langsung menghalangi sambil terus meyakinkan ku kalau yang dia katakan bukanlah sekedar menakutiku melainkan fakta yang benar adanya.

"Anak kamu sudah tidak ada Julia, Ibu dan Mang Koes yang kubur langsung tadi."

"Terus kenapa Nek Irah tadi tidak langsung bilang ke Julia kalau anaknya Julia sudah tidak ada, Bu?" tanyaku lagi.

"Mungkin karena Nek Irah takut kalau kamu tahu, kamu akan menyalahkan dia." Jawab Ibu.

Kesakitan yang sesungguhnya melampaui saat lelaki itu merenggut hidupku, melainkan saat aku sendiri tak mampu melihat wajah anak yang ku lahirkan beberapa menit yang lalu, cuma yang aku tahu dari ibu kalau anakku adalah dara (anak perempuan).

3 tahun kemudian, aku memilih meninggalkan kampung dan bekerja di kota sebagai petugas kebersihan di salah satu universitas.

Di sana aku mendapatkan banyak pengalaman, terutama bagaimana gemilangnya orang-orang. Mahasiswa dan Mahasiswi yang usianya hampir sama dengan usiaku yang sekarang, 22 tahun.

Kehidupan yang baru aku jumpai dengan orang-orang yang sepuluh kali lipat berbeda dari orang di kampung ku. Salah satunya adalah seorang dosen di sana, profesor yang terkenal tampan tapi garang; Pak Bima.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

mf thor bkn nabung bab tp baru nemu 🤭

2024-08-30

0

Esther Lestari

Esther Lestari

tidak membayangkan 9 bulan terkurung di dalam rumah tidak boleh keluar dan bertemu orang2.
setelah anak nya lahir, anak nya pun menghilang. meninggal atau dibuang ?

2024-08-19

1

Tati st🍒🍒🍒

Tati st🍒🍒🍒

ibu mana yg tidak terluka anaknya dinodai sampai hamil,tapi si ibu juga kayanya telah ngambil jalan yg salah dia kayanya bohong tenrang bayi julia yg meninggal

2024-08-17

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Gerbang Cerita
2 BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3 BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4 BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5 BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6 BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7 BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8 BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9 BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10 BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11 BAB 10 - Lily Hilang
12 BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13 BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14 BAB 13 - Keluarga Palsu
15 BAB 14 - Tragedi Pacar
16 BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17 BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18 BAB 17 - Dia Pacarku
19 BAB 18 - Cinta Murni
20 BAB 19 - Masih Mencinta
21 BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22 BAB 21 - Larangan Cinta
23 BAB 22 - Bagaimana, ya?
24 BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25 BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26 BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27 BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28 BAB 27 - Romansa Dua Pria
29 BAB 28 - Lelaki Sejati
30 BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31 BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32 BAB 31 - Malam Pengakuan
33 BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34 BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35 BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36 BAB 35 - Kita Berpisah
37 BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38 BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39 BAB 38 - Penyambung Ikatan
40 BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41 BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42 BAB 41 - Rebutan Pria
43 BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44 BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45 BAB 44 - Ketemu Camer
46 BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47 BAB 46 - Trauma Orang Tua
48 BAB 47 - Luka di Usia Belia
49 BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50 BAB 49 - Mang Koes
51 BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52 BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53 BAB 52 - Luka
54 BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55 BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56 BAB 55 - Tes DNA
57 BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58 BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59 BAB 58 - Lelaki Jahat
60 BAB 59 - Dikta
61 BAB 60 - Cinta Gila
62 BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63 BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64 BAB 63 - Lily Tiada?
65 BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66 BAB 65 - Maaf
67 BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68 BAB 67 - Permintaan Terakhir
69 BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70 Kabar Nove(l)mber 🩷
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 00 - Gerbang Cerita
2
BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3
BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4
BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5
BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6
BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7
BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8
BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9
BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10
BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11
BAB 10 - Lily Hilang
12
BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13
BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14
BAB 13 - Keluarga Palsu
15
BAB 14 - Tragedi Pacar
16
BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17
BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18
BAB 17 - Dia Pacarku
19
BAB 18 - Cinta Murni
20
BAB 19 - Masih Mencinta
21
BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22
BAB 21 - Larangan Cinta
23
BAB 22 - Bagaimana, ya?
24
BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25
BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26
BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27
BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28
BAB 27 - Romansa Dua Pria
29
BAB 28 - Lelaki Sejati
30
BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31
BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32
BAB 31 - Malam Pengakuan
33
BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34
BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35
BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36
BAB 35 - Kita Berpisah
37
BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38
BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39
BAB 38 - Penyambung Ikatan
40
BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41
BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42
BAB 41 - Rebutan Pria
43
BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44
BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45
BAB 44 - Ketemu Camer
46
BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47
BAB 46 - Trauma Orang Tua
48
BAB 47 - Luka di Usia Belia
49
BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50
BAB 49 - Mang Koes
51
BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52
BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53
BAB 52 - Luka
54
BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55
BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56
BAB 55 - Tes DNA
57
BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58
BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59
BAB 58 - Lelaki Jahat
60
BAB 59 - Dikta
61
BAB 60 - Cinta Gila
62
BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63
BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64
BAB 63 - Lily Tiada?
65
BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66
BAB 65 - Maaf
67
BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68
BAB 67 - Permintaan Terakhir
69
BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70
Kabar Nove(l)mber 🩷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!