BAB 19 - Masih Mencinta

"Bagian perjalanan hidup?" Sahut Mbak Maya,

"Maaf, jika kata-kataku membuat pacarmu kurang nyaman. Aku hanya tak mampu bersikap seperti biasa saja saat berdiri di hadapan Mas Bima. Kita sama-sama kehilangan ikatan, kehilangan suasana yang nakal dan ceria. Aku tak lagi bisa membicarakan sebuah film sekadar untuk mengejeknya karena jarang menonton bioskop. Dan dia yang tak lagi memanggilku gimbal semata karena potongan rambutku. Semua itu musnah. Kami berubah secara mendadak, dan terkejut melihat perubahan yang terjadi pada diri kami... "

Dia terisak, tetapi mencoba tersenyum lagi, sambil matanya terus menatapku, seakan sedang menyelidiki perasaanku dengan berbagai lontaran isi hatinya yang selama ini berusaha untuk di sembunyikan; "Bagaimana mungkin kami bisa berubah begitu cepat? Sementara aku tak tahu alasannya."

Aku tetap diam, hanya menatapnya dengan bibir datar. Kenapa aku jadi ikut-ikutan dengan kehidupan majikan ku yang begitu rumit nan sukar.

"Aku berusaha untuk menerima, tapi ini terlalu menyakitkan untukku yang sudah mendampinginya selama tujuh tahun. Menanti dan menemani di semua senang dan sedihnya, bahkan semua alur kehidupannya aku telah mengetahui dengan baik. Aku tak berhenti berusaha selama tiga tahun sekadar memperjuangkan lagi hubungan yang arahnya tiba-tiba buntu. Dia meninggalkan aku tanpa alasan yang jelas dan sekarang malah bawa perempuan lain sebagai pacar. Bukan kah kamu bisa mengerti? Hatiku tidak selapang itu untuk bisa menerimanya dengan mudah."

Aku gemetar mendengar suaranya. Aku membisu, terdiam kaku. Apa yang baru dia katakan masih jelas di telingaku. Aku tak kuasa, melihat Ekspresi kesedihannya yang menyakitkan. Air mata dan suara rintihannya, seperti suara pada piringan yang diputar sepanjang malam. Dan betapa tersiksanya aku apabila harus mendengarnya sampai pagi. Rasa bersalah kembali menghantuiku dan Pak Bima.

"Maya, pulanglah--" Sahut Pak Bima. "Kamu sudah melewati batas. Biarlah semua berlalu, dan waktu yang akan membuat kita terbiasa. Jadi, lupakanlah."

Malam terasa kian sunyi. Ada burung gereja yang hinggap menyendiri di kabel listrik, jauh dari kawanan burung di sekitarnya. Burung itu terlihat murung, namun tetap tegar pada hinggapannya.

Barangkali manusia tak jauh berbeda dari binatang itu. Setiap manusia harus menanggung nasibnya sendiri-sendiri, perasaannya sendiri-sendiri. Kalaupun kesedihannya dibagi dengan orang lain, tidak serta merta kesedihan itu musnah. Orang berbagi sekadar agar tidak terlalu berat menanggung kesedihan. Dan boleh jadi demikian halnya dengan Mbak Maya.

Ku pandangi lagi dia. Dia masih terisak dan mengusap air matanya dengan punggung tangan.

"Dan menurutku, ada baiknya jika kita saling menjaga jarak, berhentilah ke sini. Semua itu lebih baik untuk menjaga perasaan kita masing-masing." Ucap Pak Bima.

"Tidak mau, sebelum kamu jelaskan padaku." Mbak Maya menolak keras. "Jelaskan padaku kenapa waktu itu tiba-tiba minta putus? Katakan padaku dimana letak kesalahan ku, Mas! Aku mau kejelasan, sebab ini tak adil sama sekali, jika kamu bahagia dengan orang baru di saat aku mati-matian memperjuangkan hubungan kita bertahun-tahun."

"Hubungan kita sudah kandas tiga tahun yang lalu," ujar Pak Bima.

"Justru itu jelaskan padaku! Jelaskan apa penyebabnya bisa kandas!"

Pak Bima ternyata diam. Sesuai dugaan ku, dia akan diam.

"Bilang padaku, biar aku tahu!" Tuntut Mbak Maya. Diraihnya kerah pakaian yang di kenakan Pak Bima, persis seperti yang kulakukan sebelumnya di rumah sakit.

"Kamu tidak lagi menyayangi ku? Apa perasaanmu berubah secepat itu Mas? "Bilang padaku, apa kamu memang tidak pernah mencintai aku?

Mbak Maya menaikkan nada bicaranya. Aku sempat panik, takut di dengar tetangga karena Mbak Maya teriak-teriak.

"Mbak ... Pak ..."

Kutatap mereka berdua satu persatu berusaha melerai, tapi tidak diidahkan. Sudahlah.

"Ngomong Mas. Jawab pertanyaanku! Apa dari awal kamu hanya mempermainkan aku? Kamu tidak pernah mencintaiku, Mas?"

"Justru karena aku mencintai kamu!" Pak Bima mengeluarkan suara beratnya. Membentak juga sekaligus marah.

"Aku pergi karena aku mencintai kamu!"

Tanpa terduga Pak Bima akhirnya berkata lagi.

"Aku tidak pantas lagi untukmu. Jadi pergilah Maya. Kamu bukan cuma menyakiti diri sendiri, tapi kamu juga menyiksaku jika kamu datang terus kemari."

Perlahan kuperhatikan, Mbak Maya mulai melepas cengkeramannya di kerah pakaian Pak Bima. Aku tahu saat itu... Aku tahu, Mbak Maya bernapas lega.

"Jawaban kamu tidak memberikan aku kejelasan sama sekali, malah buatku makin bertanya-tanya." Jawab Mbak Maya. "Tapi, Oke. Setidaknya ada satu hal yang memperjelas keyakinanku. Kamu memang masih mencintaiku Mas."

"Maafkan aku soal kata terakhirmu itu, aku tidak bisa berjanji--- tapi aku pasti masih akan ke sini." Lanjutnya.

Mbak Maya pergi, menghilang bersama malam. Bayangnya menjauh di telan oleh malam yang semakin gelap. Ingin rasanya aku memeluknya, walau hanya sebentar saja, sekadar agar dia tidak terlalu berat menanggung beban perasaan. Tapi, semua itu hanya keinginan yang tak bisa ku wujudkan, karena aku menyadari akulah sebab kesedihannya kala ini.

Tiba-tiba, tanpa gerakan yang dapat ku duga Pak Bima mengusap air mata di pipinya yang aku pun tak sadar kapan dia mengalir,

"Pak ---" Kata ku lembut. Dia kemudian berpamitan untuk pergi ke ruang membaca, tempat dia biasa beristirahat, tak lama dari itu.

...****************...

Aku tak akan mencerca, tak juga menghakimi. Aku yakin setiap perempuan tahu akan perasaan yang dirasakan Mbak Maya saat ini.

...****************...

Assalamualaikum, halo ini author

Sehat selalu semuanya. Huaaa tidak terasa kita sudah sampai di BAB 20 ya ^^ Menulis ternyata benar-benar menguras tenaga, author sampai lupa untuk bertegur sapa!

Retensi BAB 20 akan muncul, sebagai penilaian, karya ini akan di nilai dari segala sisi. Sebab itu, author tak jemu-jemu untuk meminta bantuan kakak semua untuk menekan jempol di setiap BAB novel Pak Bima, biar karya ini tidak nampak seolah ramai di awal saja dan ditinggal pembaca T-T

Bantu author, terutama di BAB 15-20 ini ya kak T0T... Kita imbangkan jumlah likenya dengan BAB awal, apa bisa? Kita sangat butuh dukungan agar karya ini bisa terus berjalan... Semoga kakak semua tidak bosan mendengarkan keluh kesah author dan Julia T_T

Akhir kata, author ucapkan terima kasih banyak ^^

Terpopuler

Comments

Zachary

Zachary

sampai sejauh bab 19 ini, ceritanya bagus koq. Tetap semangat berjuang berkarya Thor...

2024-08-18

0

nuzul

nuzul

mungkin bima memutuskan hubungan dgn maya krn merasa tak pntas dan merasa bersalah telah memperk*sa seorang gadis

2024-08-17

0

cutee

cutee

ceritanya bagus mbak, lanjutkan ya mba say😘😘

2024-08-17

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Gerbang Cerita
2 BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3 BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4 BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5 BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6 BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7 BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8 BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9 BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10 BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11 BAB 10 - Lily Hilang
12 BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13 BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14 BAB 13 - Keluarga Palsu
15 BAB 14 - Tragedi Pacar
16 BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17 BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18 BAB 17 - Dia Pacarku
19 BAB 18 - Cinta Murni
20 BAB 19 - Masih Mencinta
21 BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22 BAB 21 - Larangan Cinta
23 BAB 22 - Bagaimana, ya?
24 BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25 BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26 BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27 BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28 BAB 27 - Romansa Dua Pria
29 BAB 28 - Lelaki Sejati
30 BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31 BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32 BAB 31 - Malam Pengakuan
33 BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34 BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35 BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36 BAB 35 - Kita Berpisah
37 BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38 BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39 BAB 38 - Penyambung Ikatan
40 BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41 BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42 BAB 41 - Rebutan Pria
43 BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44 BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45 BAB 44 - Ketemu Camer
46 BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47 BAB 46 - Trauma Orang Tua
48 BAB 47 - Luka di Usia Belia
49 BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50 BAB 49 - Mang Koes
51 BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52 BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53 BAB 52 - Luka
54 BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55 BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56 BAB 55 - Tes DNA
57 BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58 BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59 BAB 58 - Lelaki Jahat
60 BAB 59 - Dikta
61 BAB 60 - Cinta Gila
62 BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63 BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64 BAB 63 - Lily Tiada?
65 BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66 BAB 65 - Maaf
67 BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68 BAB 67 - Permintaan Terakhir
69 BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70 Kabar Nove(l)mber 🩷
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 00 - Gerbang Cerita
2
BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3
BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4
BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5
BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6
BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7
BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8
BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9
BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10
BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11
BAB 10 - Lily Hilang
12
BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13
BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14
BAB 13 - Keluarga Palsu
15
BAB 14 - Tragedi Pacar
16
BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17
BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18
BAB 17 - Dia Pacarku
19
BAB 18 - Cinta Murni
20
BAB 19 - Masih Mencinta
21
BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22
BAB 21 - Larangan Cinta
23
BAB 22 - Bagaimana, ya?
24
BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25
BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26
BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27
BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28
BAB 27 - Romansa Dua Pria
29
BAB 28 - Lelaki Sejati
30
BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31
BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32
BAB 31 - Malam Pengakuan
33
BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34
BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35
BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36
BAB 35 - Kita Berpisah
37
BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38
BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39
BAB 38 - Penyambung Ikatan
40
BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41
BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42
BAB 41 - Rebutan Pria
43
BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44
BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45
BAB 44 - Ketemu Camer
46
BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47
BAB 46 - Trauma Orang Tua
48
BAB 47 - Luka di Usia Belia
49
BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50
BAB 49 - Mang Koes
51
BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52
BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53
BAB 52 - Luka
54
BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55
BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56
BAB 55 - Tes DNA
57
BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58
BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59
BAB 58 - Lelaki Jahat
60
BAB 59 - Dikta
61
BAB 60 - Cinta Gila
62
BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63
BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64
BAB 63 - Lily Tiada?
65
BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66
BAB 65 - Maaf
67
BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68
BAB 67 - Permintaan Terakhir
69
BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70
Kabar Nove(l)mber 🩷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!