BAB 14 - Tragedi Pacar

"Pacar kamu?"

"Bukan Pak,"

"Kalau bisa tidak usah terlalu dekat, dia seperti punya maksud lain." Pak Bima mengomentari hubungan ku dan Mas Andrean yang aku sendiri menganggapnya hal biasa.

Kami terus melaju sepanjang jalan raya yang masih basah dan licin. Pak Bima bahkan lebih berhati-hati menyetir agar tidak tergelincir. Dari tadi, ternyata hujan turun deras, aku sampai tidak sadar.

 Aku membenarkan jaket Lily berkali-kali karena selalu kacau dia mainkan. "Pa, pacar itu apa?" kata Lily keras-keras, seolah Pak Bima berjarak sepuluh meter darinya.

"Lily tidak usah tanya itu," sahutku. "Itu omongan orang dewasa. Anak kecil tidak boleh tahu."

"Pacar itu pasangan sekaligus orang yang disayang oleh seseorang." Tiba-tiba Pak Bima nyeletuk. Aku langsung menengok dan melotot.

Aku susah payah mengalihkan omongan biar anaknya tidak banyak tahu. Tapi, bapaknya malah terang-terangan menjelaskan. Ya, walaupun kata-katanya juga sangat bagus.

"O-oh, berarti pacarnya Mama itu, Papa-lah."

Aku menggeleng keras sambil melihat mereka berdua bergantian, Pak Bima yang sedang menyetir dan Lily yang duduk di pangkuan ku.

Pak Bima menoleh dan menghunjam ku dengan mata gelap yang menuntut agar di perhatikan. Dan aku terpaksa mengakui bahwa tatapan Pak Bima benar-benar menghipnotis. Aku dapat merasakan kekuatan tatapan itu seolah menusuk jantungku.

Tapi, itu tak lantas membuatku spontan diam. Kepala ku masih tetap menggeleng, meyakinkan.

"Bukan," jawab Pak Bima.

Aku pun akhirnya bisa bernapas lega.

"Mama itu istrinya Papa," lanjutnya. "Bukan pacar."

Aku langsung melotot lagi, karena Pak Bima malah makin ngawur menjawab.

 "O-oh beda ya?" Ujar Lily.

"Beda," jawab Pak Bima sambil melihat ke arah depan, ke jalan.

"Terus bedanya apa? Katanya sama-sama pasangan---"

"Waduh Pak, panas ya Pak ya?" Sahutku gugup, ku naikkan nada bicaraku untuk memotong ucapan Lily. Bisa tambah panjang urusan kalau dibiarkan mereka berdua ini. Pikirku. "Mati nih AC-nya, Pak Bima."

Pantas si Lily pintar, Bapaknya jawab terus kalau ditanya! Bahaya ini kalau mereka ditinggalkan berdua.

"Perasaan dingin dari tadi," Pak Bima melirik ke arah katup-katup kecil yang mengeluarkan hawa sejuk di bawah dashboard itu. "Hidup kok."

"Kulit kamu itu mah, ketebalan." Lanjutnya.

"Enak saja! Ini bukti kalau lemak ku berguna, Pak!" Tampikku dengan sebal.

Tapi, setidaknya berhasil mengalihkan pembicaraan.

Sesampainya di tempat makan Pak Bima memarkir mobilnya, lantas segera memesan makan.

Kami memilih duduk di bangku terluar kafe, di samping pohon nangka yang rimbun. Pelayan mengantar kopi dan nasi daging untuk Pak Bima, di susul kentang goreng untuk Lily dan nasi goreng untukku. Rasanya lezat dan hangat, cocok buat suasana sehabis hujan.

"Eh, kau di sini?" seorang teman lama tiba-tiba menghampiri ku.

Aku sempat tak mengenalinya tadi, tapi beruntung berkat tahi lalat besar di pipi kanannya aku jadi ingat. Rumana, teman sekolah ku dulu di kampung.

"Ya," jawabku. "Lama tidak ketemu, Rum. Aku sempat tidak mengenali kamu, kamu berubah sekali."

Makin cantik dan tambah modis. Tapi, sedikit berlebihan juga menurutku, karena dulu Rum tidak memakai bedak tebal dan riasan mencolok seperti ini. Bajunya juga malah lebih terbuka.

"Baguslah, kalau kamu memuji ku begitu." Katanya. "Beda, sama orang di kampung waktu aku pulang dua bulan yang lalu. Masa pada sewot lihat aku, dibilang pakaian kurang bahan lah, make up ketebalan lah, memang ya orang kalau pergaulannya cuma di situ-situ saja, ya tetap biasa."

Aku cuma mengangguk sambil tersenyum kaku.

"Eh, kamu sekarang kerja apa?" katanya sambil melirik ke arah Pak Bima yang cuma fokus ke makanannya. "Terus ini siapa?"

"Aku cuma petugas kebersihan, Rum." Jawabku. Lalu ku dekatkan bibirku ke telinganya dan berbisik, biar Lily tidak dengar. "Sama jadi pengasuh anak."

"O-oh..." Rum memanjangkan pelafalan kalimatnya. "Berarti ini majikan kamu dong?!"

"Halo, Om." Katanya mengulurkan tangan ke Pak Bima, untung Pak Bima tidak pura-pura tuli dan buta.

Mereka pun saling berjabat tangan.

"Ganteng tahu, Jul." Rum berkata padaku. "Tadinya kupikir sugar daddy kamu!"

"Uhuk uhuk uhuk."

Pak Bima sampai tersedak. Makanan yang baru saja dia telan sampai masuk tidak beraturan berkat celetukkan nakal dari Rumana. Benar-benar kelakuan temanku ini.

"Pak, maaf Pak Bima." Ujarku gugup.

Jantungku berdetak kencang, tidak heran kalau kulihat jantungku menembus tulang iga dan lompat keluar.

Bukan hanya karena celotehan Rum yang membuatku begitu berdebar. Tapi juga Pak Bima. Ya Tuhan, dia pasti marah besar. Teman ku ini mana tahu orang yang dia komentari ini adalah profesor termuda di kampus, galak lagi. Belum lagi anaknya, Lily. Pasti nanti nanya-nanya lagi. Habislah aku hari ini.

"Ih, pelan-pelan Pak. Kan sayang tuh makanannya, padahal baru saja ditelan orang ganteng."

"Rum...." Kataku sambil melotot. "Sudah Rum."

Rum akhirnya diam sambil menutup mulutnya spontan, haduh dasar!

"Kamu ke sini sama siapa?" Tanya ku, mengalihkan pembicaraan.

"Tuh!" Rum mendongakkan dagunya, menunjuk pada seorang pria yang baru keluar dari pintu kafe.

"Pacarku." Lanjutnya.

Aku memperhatikan sosok lelaki itu.

Teman lama ku ini seorang perempuan yang tidak neko-neko, namun seleranya kelewat rumit. Pacarnya itu, rambutnya gondrong, hampir seperti tarzan di film barat; bedanya Tarzan di film barat lebih tampan dan enak dilihat sedangkan pacarnya Rum cuma menang di berpakaian lengkap.

"Gitu-gitu duitnya lumayan, tahu. Tidak pernah menolak apa mau ku, katanya sih kerja di pertambangan."

"O-oh." Jawabku sambil mengangguk-angguk. Omongan Rum bisa pas begitu dengan yang kupikirkan.

"Sudah, ah. Kapan-kapan kita main bareng ya? Pacaran bareng gitu." Lanjut Rum sambil menggandeng lengan pacarnya, manja. "Apa ya namanya itu?"

"Det det itu, loh. Lupa."

"Double date." Sahut pacarnya.

"Itu maksudku barusan."

Aku cuma mangut-mangut saja, sedangkan Lily dan Pak Bima cuma sibuk makan.

"Nanti ajak pacar kamu, ya Jul. Nanti kapan hari kencan-nya kuhubungi lagi di telpon. Nomormu masih yang lama kan?"

"Iya."

"Eh, tapi kamu punya pacar 'kan?"

Nah, itu masalahnya. Pikirku.

Sejak, kejadian itu, aku tidak pernah berani berhubungan dengan lelaki manapun. Aku merasa sangat rendah dan tidak pantas. Dan yang paling penting, aku yakin tidak akan ada lelaki yang mau menerima perempuan kotor seperti ku. Tidak suci lagi.

Rum cuma menyunggingkan ujung kanan bibirnya, karena aku tak kunjung menjawab.

"Ya sudah kalau belum ada, bawa Om ini dan anaknya juga tidak apa-apa."

"Uhuk uhuk uhuk!"

Lagi-lagi Pak Bima tersedak karena ulah Rum. Aduhai! Aku pasti dimarahi habis ini."

"Kami pulang dulu," kata Rum sambil beranjak pergi dan membiarkan aku menikmati sorot mata Pak Bima yang dari tadi memelototiku seperti mau menelan.

...****************...

Assalamualaikum.

Halo ini author.

Hari ini rencananya mau up 3 BAB, tapi takutnya gak langsung ke baca, atau likenya kurang. ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ

Menurut kalian gimana? Kita deal-deal an yuk?

Kalau misalnya author up tiga BAB, mau gak mau Like-nya di jaga juga... berhubung ini sudah mendekati retensi 20 BAB, jadi emang bener-bener minta kerja sama pembaca. Gimana? Tapi kalau sekiranya kebanyakan, boleh bilang juga gapapa.

Soalnya author juga jadi takut-takut mau up banyak😭 huaaaaaa.... Takut like-nya ga sama dan gak kebaca semua, jadinya retensinya juga gak sampai.

Kasih tau author lewat komentar ya! Terima kasih untuk pengertiannya (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Terpopuler

Comments

Yus Warkop

Yus Warkop

lsnjut

2024-08-26

1

Yus Warkop

Yus Warkop

yah rumana namanya ngomong asal .moga " p Bima mencerna yg barusan dikatain julia merasa kotor terus p bima nanya sama julia .terus julia menceritakan semuanya

2024-08-26

1

Mamah Nisa

Mamah Nisa

semakin menarik.....semakin suka....semangat ya kak....makasih udah di kasih hiburan gratis

2024-08-22

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 00 - Gerbang Cerita
2 BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3 BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4 BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5 BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6 BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7 BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8 BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9 BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10 BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11 BAB 10 - Lily Hilang
12 BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13 BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14 BAB 13 - Keluarga Palsu
15 BAB 14 - Tragedi Pacar
16 BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17 BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18 BAB 17 - Dia Pacarku
19 BAB 18 - Cinta Murni
20 BAB 19 - Masih Mencinta
21 BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22 BAB 21 - Larangan Cinta
23 BAB 22 - Bagaimana, ya?
24 BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25 BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26 BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27 BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28 BAB 27 - Romansa Dua Pria
29 BAB 28 - Lelaki Sejati
30 BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31 BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32 BAB 31 - Malam Pengakuan
33 BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34 BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35 BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36 BAB 35 - Kita Berpisah
37 BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38 BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39 BAB 38 - Penyambung Ikatan
40 BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41 BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42 BAB 41 - Rebutan Pria
43 BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44 BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45 BAB 44 - Ketemu Camer
46 BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47 BAB 46 - Trauma Orang Tua
48 BAB 47 - Luka di Usia Belia
49 BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50 BAB 49 - Mang Koes
51 BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52 BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53 BAB 52 - Luka
54 BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55 BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56 BAB 55 - Tes DNA
57 BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58 BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59 BAB 58 - Lelaki Jahat
60 BAB 59 - Dikta
61 BAB 60 - Cinta Gila
62 BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63 BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64 BAB 63 - Lily Tiada?
65 BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66 BAB 65 - Maaf
67 BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68 BAB 67 - Permintaan Terakhir
69 BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70 Kabar Nove(l)mber 🩷
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 00 - Gerbang Cerita
2
BAB 01 - Pria Asing di Malam Perayaan
3
BAB 02 - Benih Dari yang Tak Dikenal
4
BAB 03 - Profesor Galak dan Calon Ibu?
5
BAB 04 - Proposal Jadi Ibu
6
BAB 05 - Kesalahan Atau Bukan?
7
BAB 06 - Malam Pertama di Rumah Majikan Baru
8
BAB 07 - Hari Ini Menjadi Ibu Palsu
9
BAB 08 - Kekasih Yang Mencinta
10
BAB 09 - Pak Bima dan Rahasianya
11
BAB 10 - Lily Hilang
12
BAB 11 - Dosen Galak Bisa Senyum Juga
13
BAB 12 - Dua Lelaki Penguntit
14
BAB 13 - Keluarga Palsu
15
BAB 14 - Tragedi Pacar
16
BAB 15 - Semua Yang Tak Terduga
17
BAB 16 - Saya Mau Berhenti Kerja, Pak
18
BAB 17 - Dia Pacarku
19
BAB 18 - Cinta Murni
20
BAB 19 - Masih Mencinta
21
BAB 20 - Dingin dan Rapuh
22
BAB 21 - Larangan Cinta
23
BAB 22 - Bagaimana, ya?
24
BAB 23 - Jatuh Cinta Dengan Bima
25
BAB 24 - Saya Nikahin Kamu!
26
BAB 25 - Kalau Tidak Ada, Biar Saya
27
BAB 26 - Permintaan Maaf Dari Majikan
28
BAB 27 - Romansa Dua Pria
29
BAB 28 - Lelaki Sejati
30
BAB 29 - Masa Lalu yang Tak Pantas dimaafkan
31
BAB 30 - Ksatria dan Tabir Kebenaran
32
BAB 31 - Malam Pengakuan
33
BAB 32 - Bukti di Tubuhnya Terungkap
34
BAB 33 - Pria Malam Itu Adalah ---
35
BAB 34 - Isak Tangis dan Derita
36
BAB 35 - Kita Berpisah
37
BAB 36 - Jangan Lupa Jalan Pulang
38
BAB 37 - Melepaskan, Mengikhlaskan
39
BAB 38 - Penyambung Ikatan
40
BAB 39 - Obrolan Malam-malam
41
BAB 40 - Perasaan Yang Sesungguhnya
42
BAB 41 - Rebutan Pria
43
BAB 42 - Perasaan Yang Mulia
44
BAB 43 - Patah Hati dan Bahagia
45
BAB 44 - Ketemu Camer
46
BAB 45 - Calon Mantu Dan Restu Ibu
47
BAB 46 - Trauma Orang Tua
48
BAB 47 - Luka di Usia Belia
49
BAB 48 - Keputusan Yang Harus Diambil
50
BAB 49 - Mang Koes
51
BAB 50 - Tuntutan Kebenaran
52
BAB 51 - Ikatan Ibu dan Anak
53
BAB 52 - Luka
54
BAB 53 - Ingatan Untuk Orang Asing
55
BAB 54 - Kabar Baik Kabar Buruk
56
BAB 55 - Tes DNA
57
BAB 56 - Rasa Benci dan Hormat
58
BAB 57 - Mengungkap Tabir Tentang Jafar
59
BAB 58 - Lelaki Jahat
60
BAB 59 - Dikta
61
BAB 60 - Cinta Gila
62
BAB 61 - Rusak Persahabatan Karena Cinta
63
BAB 62 - Laki-Laki Tegas
64
BAB 63 - Lily Tiada?
65
BAB 64 - Hasil Tes Keluar
66
BAB 65 - Maaf
67
BAB 66 - Impian Di Taman Surga
68
BAB 67 - Permintaan Terakhir
69
BAB 68 - Kata Nikah Terucap
70
Kabar Nove(l)mber 🩷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!