Pagi ini, bisa dikatakan aku bangun kesiangan. Di langit sana, matahari sudah naik beberapa jengkal, sinarnya yang panas menerobos dari kisi jendela dan membakar tubuhku.
Kulihat Lily masih tidur di sampingku, sedangkan Pak Bima; dia sudah tidak ada di sofa sana.
Kusisihkan selimut dan bangkit menuju dapur, niatnya mau buat sarapan. Pagi pertama yang tidak terlalu baik untukku.
Sampai di dapur, aku melihat seorang pria yang tuba-tiba menyihir ku. Pak Bima sudah siap dengan kemeja hitam dan celana dasar yang rapi dan harum. Dia sibuk memasak, sementara aku hanya bisa menatapnya kaku.
"Pak Bima di sini?" Aku menghampirinya.
"Ya," jawabnya. "Aku mengajar pagi, hari ini. Jadi harus buatkan Lily dan kamu sarapan."
"Jangan begitu, Pak. Biar saya saja."
"Sudah selesai. Santai saja." Katanya sambil melirik ke arah ku.
Melihat Pak Bima, aku sempat melamun.
Sampai sekarang ....
Hanya bisa membayangkan sosok pria yang membuatku menyadari jati diri karisma dan maskulinnya membuat jantung ku seakan jungkir balik. Aku tak tahu sudah berapa kali aku terpesona dengan fisik Pak Bima yang bisa dikatakan sempurna.
Tetapi lagi-lagi, dengan reaksi yang sama Pak Bima meninggalkan ku sendiri dan pergi ke arah kitchen bar yang ada di dekat meja makan.
"Aku buatkan susu jahe untukmu. Tidak tahu bagaimana rasanya soalnya baru pertama kali buat, kalau ada merasa aneh jangan sungkan untuk mengatakannya padaku, ya?!"
Setelah ku amati dia dalam-dalam bersama dengan wajah sangarnya yang datar. Ku ambil gelas susu itu dari tangannya, "Terima kasih, Pak. Tapi untuk apa?"
Pak Bima lantas melihatku dari sudut matanya, "Biar kamu tidak kedinginan lagi, lah."
"Bukan," kataku. "Maksud saya untuk apa Pak Bima repot-repot mengurusi pembantu?"
"Terus saya harus bagaimana? Saya biarkan kamu sakit?"
"Tapi saya tidak sakit, Pak."
Pak Bima menghela napas, berat. Dan melepaskan celemek-nya. "Kamu ini cerewet sekali. Protes terus, tinggal minum dan makan saja apa susahnya?"
Aku melirik Pak Bima, kemudian berpaling. "Jangan marah Pak, saya minta maaf."
Lagi-lagi Pak Bima melihatku lesu, "Saya tidak marah, Julia. Saya cuma kasih tahu." Dia menghembuskan napas kemudian pergi ke wastafel untuk mencuci tangan. "Minumlah cepat, mumpung masih hangat."
Pak Bima itu memiliki rambut dan sorot mata yang indah, coklat yang mengilap saat tertimpa cahaya hangat matahari. Aku menyukai potongan rambutnya terkesan mempertegas garis rahang. Secara fisik, aku suka semua yang ada pada dirinya, dari mata cokelatnya yang cemerlang, bibir lebar, sampai kumis dan janggut tipis yang terlihat macho dan rapi.
Bahkan dengan Kak Jafar dulu pun aku tidak merasakan daya tarik fisik yang begitu kuat dan instan terhadap pria, apalagi pada pria yang mungkin sepuluh tahun lebih tua dari pada aku.
"Terima kasih Pak," kataku kemudian meneguk susu yang dibuatkan langsung olehnya. Rasanya enak dan malu-malu.
"Pak, maaf aku bangun kesiangan. Tidak buatkan sarapan untuk Bapak dan bantu beres-beres rumah."
"Tidak masalah, aku sudah biasa mandiri. Kalau sudah selesai taruh gelas dan piring kotornya di wastafel sana, nanti pulang kerja aku akan mencucinya. Kamu cukup urus Lily atau istirahat saja hari ini."
Tidak lama kemudian, pintu depan jadi berisik karena ada seseorang yang mengetuknya berkali-kali. Dengan sigap aku segera menuju pintu depan, Pak Bima menyusul dari belakang.
Seorang wanita berambut panjang berdiri di depan pintu, rambutnya yang legam berkilauan tergerai lurus sampai ke punggung. Kulitnya putih bening dengan bibir berbentuk hati, cantik sekali. Sampai aku pun tak mampu memalingkan perhatian selain padanya. Rupanya tak hanya aku, reaksi tak terduga pun juga di perlihatkan Pak Bima. Matanya membulat lebar meski jauh di dalam situ kesedihan terpancar saat bayang wanita ini masuk ke dalam sorot mata cokelatnya.
Wanita itu hampir terisak, bahkan setelah dia melirik ke arahku.
"Mas Bim ..." raut wajahnya tampak penuh kesedihan.
Mereka saling mengenal secara pribadi? Apakah wanita ini memang kenalan Pak Bima? Entahlah, tapi mungkin lebih baik jika aku kembali ke dapur sekarang.
Tapi tiba-tiba Pak Bima menahan ku, tangannya menggenggam tanganku. Seketika aku mendongak, memandang Pak Bima dengan mata melotot, menuntut penjelasan.
Lalu kulihat lagi wanita itu, dia cuma menatapku sayu dan cemburu.
"Sampai kapan mau begini padaku? Aku masih setia menunggu penjelasan dari Mas." Matanya berbinar sambil berusaha menahan isak. "Tiga tahun yang lalu, bukan kah kita masih baik-baik saja. Kamu bilang sangat mencintai ku, mau menikahi ku. Lalu kenapa setelah pulang kerja, tiba-tiba memutuskan hubungan dengan ku?"
"Tiga tahun, Mas. Tiga tahun aku menantikan penjelasan dari kamu. Aku tidak pernah berhenti biar hubungan kita baik kembali, aku temui Mama Papa kamu, Mas Satria, kembaran kamu. Setiap hari aku selalu ke rumahmu, walau tidak pernah lagi kamu izinkan masuk. Terus apa artinya sekarang? Kamu pegang wanita lain di depan ku, ada perempuan lain di rumah kamu." Dia menangis tersedu-sedu. Sontak aku ingin menerangkan kalau dia telah salah sangka padaku.
Tapi lagi-lagi, Pak Bima menggenggam tanganku, makin kuat. Aku menengok. Pak Bima cuma diam.
"Apakah aku berbuat salah padamu, Mas? gadis manapun tidak mau di perlakukan seperti ini, tapi kamu satu-satunya orang yang kupercaya menaruh hati. Aku selalu menganggap mu pasangan yang ideal. Tapi kenapa mengkhianati ku sampai begini?" Lanjutnya, dan entah mengapa aku merasakan kesedihan yang teramat dalam dari mereka berdua.
"Kalau memang mau putuskan aku, setidaknya berikan aku alasan yang tepat. Mungkin aku tak akan menghabiskan waktu dengan terus-terusan mengejar kamu. Tolong ... Jangan begini."
Pak Bima diam beberapa saat, kemudian menjawab dengan ekspresi masygul ; "Carilah hidup yang baru, May. Aku hanya manusia biasa. Maaf, mungkin kita belum berjodoh."
Jawaban Pak Bima yang mengejutkan itu membuat gadis ini tanpa sadar makin terisak sambil mengusap usap pelupuk matanya yang terus membendung bulir bening kecil itu. "Mana bisa semudah itu? Kamu benar-benar membingungkan ku, kamu tiba-tiba berubah dalam seminggu, lalu mengangkat anak dalam setahun. Aku tidak mengerti, Mas. Sungguh apa yang sebenarnya ada dalam pikiranmu? Bilang padaku!"
"Aku minta maaf. Tolong Pulanglah, dan lupakan aku. Kita tidak lebih dari masa lalu." jawab Pak Bima seraya berusaha menahan saat wanita itu tanpa aba-aba mendekat ke arahku.
Dia berdiri di depanku. Binar matanya yang indah dengan bulu mata lentik menatapku penuh keharuan lengkap dengan hiruk pikuk nelangsa yang dialaminya. "Aku tak tahu siapa kamu. Sebelum, tiga tahun yang lalu, akulah wanita yang selalu di sampingnya. Yang selalu mendukungnya; yang selalu dia janjikan soal cinta; dan akulah wanita yang selalu dia genggam. Entah bagaimana aku melihatmu... Tapi, aku sangat cemburu."
Sampai sini aku paham, dia adalah mantan kekasih Pak Bima. Dia masih mencintai Pak Bima, dan nampaknya Pak Bima pun demikian. Tapi entah angin apa yang membuat mereka berpisah, terlebih nampaknya Pak Bima sampai sekarang tidak juga memberikan penjelasan.
Tiga tahun yang lalu?
Berarti sebelum Pak Bima merawat Lily. Apa yang dipikirkan Pak Bima, jika senyatanya mereka masih saling mencintai. Apalagi, semua peristiwa dan perjalanan hidup Pak Bima hampir perempuan inilah saksi hidupnya. Tidak terbayang seperti apa cinta yang tumbuh dan merekah di hati mereka masing-masing.
Rupanya selama ini, Pak Bima telah menjalin hubungan asmara dengan wanita, dan terpaksa kandas karena suatu alasan yang sampai sekarang tak mampu Pak Bima ungkapkan.
Pak Bima itu, pria yang seperti apa? Embun dingin yang menetap di daun saat pagi, atau sekedar siluman yang sering menyembunyikan hati?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Indi_Dedy77
apakah bima sang pemerkosa itu.. dan bima sedikit tau wajah wanitaa yg dia nodai adlh julia.. mangkanya julia di perbolehkan masuk rmhnya tdur bertiga dan di perlakukan istimewa. aneh aaja org luar ygtdk kenal boleh se enaknya di rumah bima.. hmm teka teki ini
2024-10-18
0
Ita rahmawati
kyknya bner deh bima org yg merkosa julia
2024-08-30
0
Esther Lestari
3 tahun Bima punya kekasih dan tiba2 semua berubah. apa gara2 malam itu saat Julia diperkosa ?
hidupmu masih penuh teka teki Bima
2024-08-19
0