Tidak Enak Perasaan

Pov Sukarmin

Setelah menunaikan kewajiban, aku pun kembali ke tengah rumah dengan menggunakan sarung dan baju koko, menunggu adzan isya yang mungkin sebentar lagi akan berkumandang.

"Mau diapakan daging Kijang itu Pak?" Tanya Ati yang kadang memanggil Bapak namun tak jarang memanggil Akang.

"Besok coba tawarin ke orang-orang, Siapa tahu saja ada yang mau beli, tapi akang yakin pasti ada aja orang yang membutuhkan. Namun sisain buat kakeknya si Dudung, kalau masih ada sisanya dibuat dendeng saja."

"Terus daging macan tutul?:

"Kalau laku, jual! kalau tidak buat dendeng saja."

"Entah mengapa hati ini terus berdebar, ada kekhawatiran, takut terjadi sesuatu kalau membawa daging macan ke dalam rumah."

"Jangan takut dan jangan khawatir karena Macan itu sudah mati. Oh ya akang minta tolong parutkan kunyit temulawak, jangan banyak-banyak sedikit aja!" pintaku yang teringat kembali dengan luka yang berada di kunduk, yang terasa perih apalagi tadi terkena air.

"Emangnya buat apa parutan kunyit temulawak?"

"Punduk Akang terluka sedikit."

Mendengar aku terluka istriku terlihat penasaran kemudian melihat pundukku yang tadi terkena cakaran macan tutul yang terasa basah.

"Terluka sedikit Bagaimana Akang? luka ini sangat panjang seperti goresan pisau."

"Ini bukan luka yang disebabkan oleh pisau melainkan oleh cakar macan."

"Ya Allah, kenapa gegabah? untung lehernya tidak putus." tanggap Istriku yang terlihat terkejut mungkin membayangkan Bagaimana ngerinya dicakar Macan Tutul.

"Sudah jangan banyak berbicara karena akang tidak apa-apa, tolong cepat parutkan kunyit temulawak!"

Mendengar permintaanku yang kedua kalinya istriku bangkit menuju ke arah dapur, terdengar suara parutan sehingga tak lama diantaranya dia pun sudah kembali dengan membawa kucing kecil yang diisi oleh parutan kunyit.

"Tolong sekalian dilulurkan kemudian bungkus menggunakan kain!"

"Ya sudah Akangnya menghadap ke belakang!"

Aku menuruti permintaan istriku membelakangi tubuhnya, di pundakku terasa dingin bercampur perih ketika istriku melulurkan kunyit ke arah luka, namun aku tidak terlalu mempedulikannya yang terpenting sudah diobati.

Aku menggeserkan tubuh ke arah dinding, menyandar menikmati rasa lelah setelah seharian bertarung dengan macan tutul, kakiku di selonjorkan ke arah depan. sedangkan istriku tidak banyak berbicara dia dengan sopan duduk di sampingku.

Keadaan di luar terasa sangat sunyi, suara jangkrik dan anjing tanah tidak terlalu kencang, tetanggaku tidak terdengar berbicara seperti Sudah tertidur lelap, padahal azan Isya saja belum berkumandang, akibat kelelahan mencari kehidupan. langit gelap tidak menunjukkan bintang sedikitpun, bahkan terdengar ada suara gemuruh angin awan hitam berkumpul semakin menambah gelap malam.

"Kenapa anak kita belum pulang, padahal di luar suasana sangat mencekam, kayaknya akan turun hujan." ujarku sambil menatap ke arah pintu, Entah mengapa aku terus teringat dengannya.

"Kampung Cicukang lumayan jauh, mungkin waktu maghrib mereka baru sampai."

"Kenapa bepergian di waktu sore pasti pulangnya akan kemalaman kaya tidak ada waktu yang lain." ujarku menyayangkan.

"Mungkin Dudung kasihan sama Jang Amin yang terlihat masih trauma dengan kejadian tadi malam, ketika dicegat hewan pocong kalau tidak pergi dia juga merasa tidak enak dengan orang tuanya. sehingga mau tidak mau dia pun berangkat namun mengajak anak kita."

Mendengar penjelasan Ati aku hanya menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya dengan pelan, aku bisa paham dengan perasaan anakku yang pasti tidak akan enak kalau menolak.

"Nasi sudah matang?" Tanyaku sambil melirik ke arah Ati, perut yang belum sejak dari tadi pagi terasa keroncongan.

"Sudah, aku juga belum makan menunggu Akang dari tadi."

"Ya sudah, kita makan bersama."

Istriku kembali ke dapur dengan membawa piring kecil yang tadi diisi oleh kunyit, namun tak lama dia pun kembali dengan membawa bakul nasi lengkap dengan piring bahkan teko dan gelasnya, supaya tidak terganggu ketika makan malam

Setelah semuanya tersedia, kami berdua pun makan bersama dengan begitu begitu lahap. meski dengan lauk-pauk seadanya hanya sayur jantung pisang yang tadi diambil oleh istriku dari kebun, ditambah ikan asin tembang yang dibakar lengkap dengan sambal goang.

Selesai makan, piring kotor dirapikan kembali ke dapur. sedangkan aku menyandarkan tubuh ke dinding papan sambil menikmati rokok tembakau yang dibungkus menggunakan daun Aren, rasanya begitu Nikmat sambil membayangkan bagaimana tadi aku bertarung dengan macan tutul.

Hatiku terasa berdebar, Jantungku mulai berdegup. Bagaimana kalau tadi aku tidak mampu menjatuhkan macan tutul, mungkin sekarang istrinya sedang menangis meratapi kepergianku yang mengenakan tercabik-cabik oleh cakar yang begitu tajam.

Keadaan malam semakin terasa sunyi, hembusan angin terasa dingin lewat dari sela-sela dinding dan pelupuh yang terbuat dari kayu, membuatku merapatkan kaki bersila dengan tegap.

"Ini malam apa ya?" Tanyaku membuka pembicaraan kembali.

"Malam Senin, Emangnya kenapa?" Jawab Ati sambil menatap lekat ke arah wajahku.

"Rasanya terasa sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya, rasanya terasa mencekam dan Entah kenapa hati sedikit berdebar. kira-kira ini pertanda apa ya, dan kenapa suasana kampung terasa sangat sunyi seperti berada di perkampungan yang mati." ujarku yang merasakan perbedaan suasana.

"Mungkin itu perasaan bapak saja karena perasaanku terasa sama seperti malam-malam sebelumnya, yang berbeda malam ini mungkin terasa sangat gelap."

"Tapi akang merasakan hal yang berbeda, seperti ada pertanda yang belum Bisa dijelaskan Apa mungkin akan ada setan pocong kembali."

"Kalau berbicara itu jangan ngelantur kemana-mana!" putus istriku menyahuti Sepertinya dia memang benar-benar tidak merasakan hal yang aneh berbeda, dengan apa yang sedang kurasakan sekarang. jantungku terasa berdegup kencang, Hati terasa berdebar membuatku menarik nafas dalam semakin menambah rasa takut. Namun aku belum bisa memastikan perasaan takut itu datang dari mana.

Kemerlap kilap terlihat dari sela-sela dinding kayu yang terbuka, membuatku sedikit terkejut namun tetap terdiam merasakan rasa lelah di tubuh. istriku masih tetap terduduk sambil makan pepaya yang tadi diambil dari kebun.

Waktu Isya sudah terlewat, bahkan sekarang sudah menunjukkan pukul 09.00. namun Terasa seperti sudah larut malam, karena keadaan semakin terasa sunyi tidak terdengar orang yang mengobrol atau berjalan.

"Heran kenapa? aku merasa takut Tubuh terasa panas dingin, bulu Kuduk terasa berdiri seperti ada pertanda yang tidak baik."

"Sudah jangan banyak pikiran ke mana-mana, mendingan Akang salat lalu istirahat." jawab istriku memberikan saran karena tadi setelah makan dia langsung menunaikan kewajibannya, berbeda denganku yang menikmati asap rokok.

Mendapat saran darinya, aku pun mematikan rokokku kemudian pergi ke kamar lalu menunaikan kewajiban yang lima waktu. setelah itu keluar dari kamar namun perasaan cemas tidak kunjung hilang.

"Kenapa Akang malah mengambil golok?" tanya Ati ketika melihatku mengambil golok yang terkait di dekat pintu kamar.

"Nggak tahu, Akang juga bingung. padahal sama hantu akang tidak takut, sama siluman akan tidak gentar. Namun Entah mengapa perasaan Akang sangat cemas dan takut."

"Terus apa hubungannya dengan golok, Emangnya Akang takut sama babi atau singa?"

Aku tidak menanggapi perkataan istriku, dengan segera melingkarkan tari golok ke arah pinggang. Sarung yang dikenakan aku lempar ke arah kamar menyisakan celana sontog yang sudah sobek namun sangat bersih, sedangkan ke atasnya masih mengenakan Koko putih.

"Sebenarnya Akang mau pergi ke mana?"

"Sudah menjadi kebiasaan, ketika akang cemas Akang harus keluar dari rumah. biasanya rasa cemas itu suka sembuh, semoga sekarang juga seperti itu rasa cemas akan bisa hilang."

Istriku hanya menatap melongo, namun tidak berbicara lagi karena dia sudah paham dengan kebiasaanku ketika Aku cemas ataupun merasa takut, aku akan keluar dari rumah untuk melihat keadaan sekitar yang terasa bebas tanpa dihalangi oleh pembatas.

Episodes
1 Ada Pasar Malam
2 Menuju Tempat Hiburan
3 Pasar Malam
4 Dicegat Setan Pocong
5 Melawan
6 Melawan
7 Ditolong Warga Kampung
8 Mengganggu Ketenangan Warga
9 Setan Atau Siluman
10 Kehidupan Sukarmin
11 Berburu
12 Terkecoh
13 Buruan Menghilang
14 Dimiliki Macan Tutul
15 Merebut Kembali
16 Anjing Jadi Korban
17 Semakin Sengit
18 Dua Hewan Buruan
19 Tidak Enak Perasaan
20 Ada Tamu Tak Diundang
21 Mahluk Hitam
22 Sukarmin Menghilang
23 Pencarian Sukarmin
24 Sangat Mengkhawatirkan
25 Tertolong
26 Setan Pocong Berkeliaran
27 Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28 Rasa Penasaran Sukarmin
29 Menggantikan Tugas Bapak
30 Mahluk Putih
31 Memantau
32 Salah Panik
33 Uang Hilang
34 Diluar Batas Kemampuan Ronda
35 Kesaksian Dudung
36 Rencana Dudung
37 Kehidupan Rara
38 Tamu Tak Tau Malu
39 Diusir
40 Ngeronda Setan Pocong
41 Tugas Dan Janji
42 Berburu Setan Pocong
43 Dudung Menangkap Pocong
44 Lepas Lagi
45 Sakit Juragan Badru
46 Dudung Di ancam
47 Syarat Berat
48 Pekerjaan Ayah Rara
49 Beban Dudung
50 Sampai Sakit
51 Dudu Jujur
52 Musyawarah
53 Keputusan
54 Jaya Bertamu
55 Dudung Melamar
56 Ditolak dan dicampakkan
57 Wak Jaya
58 Rencana Dibuat
59 Menunggu Uang Hilang
60 Biarkan Rencanya Berjalan
61 Akhirnya Kena Juga
62 Mengembalikan Sisa Uang
63 Terkuak
64 Juragan Pocong
65 Aki Gayatri
66 Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67 Penangkal Makhluk Halus
68 Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69 Ilmu Dasar
70 Ujian Pertama
71 Negara Gilang Brata
72 Jadi Tamu Kehormatan
73 Janji Raja Suganda
74 Keinginan Yang Besar
75 Kerajaan Leweung Poek
76 Sambutan Kurang Baik
77 Meladeni Tantangan
78 Pertarungan Sengit
79 Permintaan Maaf Dudung
80 Penangkapan Kelok Hideung
81 Tugas selesai
82 Badru Tamam
83 Rencana Badru Tamam
84 Kesediaan Rara
85 Jaya Dipanggil
86 Tumbal
87 Mencari Penangkal
88 Berserah Diri
89 Baju Aneh
90 Penasaran
91 Siluman Pocong
92 Yani Sangat Ketakutan
93 Rara Terkejut
94 Sangat Mengkhawatirkan
95 Siluman Pocong Datang
96 Kabur berhamburan
97 Rara menemani Yani
98 Tak tega
99 Mencari Rara
100 Meresahkan
101 Keresahaan Jaya
102 Kehadiran Setan pocong
103 Badru Tamam
104 Raja Siluman Pocong
105 permintaan
106 Kawan Lama
107 Haji Sobari
108 Lamaran
109 Kaget
110 salah Yani
111 Baju Jimat Tidak Ada
112 Mendumel
113 Mebutuhkan Yani
114 Jawaban Yani
115 Badru Tamam Melajutkan Ritual
116 Sukarmin Penasaran
117 Makhluk Aneh
118 Rumah Jaya Dikelilingi
119 Badru tiba-tiba minta Tolong
120 Kesanggupan Jaya
121 Menjalankan Tugas
122 kekhawatiran orang tua
123 Keadaan Rara
124 dicegat setan pocong
125 Merasa Aman
126 Anak Tiba-tiba Rewel
127 Ternyata
128 Pengganggu
129 Rara Diusir
130 Pencarian Jaya
131 Sangat Sulit
132 Kehilangan Jejak
133 Ketakutan Saidah
134 Badru Tamam Kaget
135 Dudung Pulang
136 Kegelisahan Sukarmin
137 Hutang Pati
138 Kewalahan
139 Datang Tepat Waktu
140 Kumpul Keluarga
141 Pocong Cantik
142 Rara Belum Ditemukan
143 Meminta Bantuan Aki Kuncen
144 Memeras Juragan Pocong
145 Dudung harus ikut
146 Mengemparkan
147 Ada Jejak
148 Yahya
149 Tolonglah
150 Yaa Mayit
151 Ada Panggilan
152 Penampakan
153 Dikejar Setan Pocong
154 Terus menerus
155 Warga Panik
156 Semua Salah Dadun
157 ronda
158 Tamu
159 Ketakutan Dudung
160 bertemu dengan Dadun
161 Rara di Jemput
162 pertarungan Sengit
163 Keadaan Yahya
164 Menjenguk Yahya
165 Mengkhawatirkan
166 Selesai
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Ada Pasar Malam
2
Menuju Tempat Hiburan
3
Pasar Malam
4
Dicegat Setan Pocong
5
Melawan
6
Melawan
7
Ditolong Warga Kampung
8
Mengganggu Ketenangan Warga
9
Setan Atau Siluman
10
Kehidupan Sukarmin
11
Berburu
12
Terkecoh
13
Buruan Menghilang
14
Dimiliki Macan Tutul
15
Merebut Kembali
16
Anjing Jadi Korban
17
Semakin Sengit
18
Dua Hewan Buruan
19
Tidak Enak Perasaan
20
Ada Tamu Tak Diundang
21
Mahluk Hitam
22
Sukarmin Menghilang
23
Pencarian Sukarmin
24
Sangat Mengkhawatirkan
25
Tertolong
26
Setan Pocong Berkeliaran
27
Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28
Rasa Penasaran Sukarmin
29
Menggantikan Tugas Bapak
30
Mahluk Putih
31
Memantau
32
Salah Panik
33
Uang Hilang
34
Diluar Batas Kemampuan Ronda
35
Kesaksian Dudung
36
Rencana Dudung
37
Kehidupan Rara
38
Tamu Tak Tau Malu
39
Diusir
40
Ngeronda Setan Pocong
41
Tugas Dan Janji
42
Berburu Setan Pocong
43
Dudung Menangkap Pocong
44
Lepas Lagi
45
Sakit Juragan Badru
46
Dudung Di ancam
47
Syarat Berat
48
Pekerjaan Ayah Rara
49
Beban Dudung
50
Sampai Sakit
51
Dudu Jujur
52
Musyawarah
53
Keputusan
54
Jaya Bertamu
55
Dudung Melamar
56
Ditolak dan dicampakkan
57
Wak Jaya
58
Rencana Dibuat
59
Menunggu Uang Hilang
60
Biarkan Rencanya Berjalan
61
Akhirnya Kena Juga
62
Mengembalikan Sisa Uang
63
Terkuak
64
Juragan Pocong
65
Aki Gayatri
66
Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67
Penangkal Makhluk Halus
68
Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69
Ilmu Dasar
70
Ujian Pertama
71
Negara Gilang Brata
72
Jadi Tamu Kehormatan
73
Janji Raja Suganda
74
Keinginan Yang Besar
75
Kerajaan Leweung Poek
76
Sambutan Kurang Baik
77
Meladeni Tantangan
78
Pertarungan Sengit
79
Permintaan Maaf Dudung
80
Penangkapan Kelok Hideung
81
Tugas selesai
82
Badru Tamam
83
Rencana Badru Tamam
84
Kesediaan Rara
85
Jaya Dipanggil
86
Tumbal
87
Mencari Penangkal
88
Berserah Diri
89
Baju Aneh
90
Penasaran
91
Siluman Pocong
92
Yani Sangat Ketakutan
93
Rara Terkejut
94
Sangat Mengkhawatirkan
95
Siluman Pocong Datang
96
Kabur berhamburan
97
Rara menemani Yani
98
Tak tega
99
Mencari Rara
100
Meresahkan
101
Keresahaan Jaya
102
Kehadiran Setan pocong
103
Badru Tamam
104
Raja Siluman Pocong
105
permintaan
106
Kawan Lama
107
Haji Sobari
108
Lamaran
109
Kaget
110
salah Yani
111
Baju Jimat Tidak Ada
112
Mendumel
113
Mebutuhkan Yani
114
Jawaban Yani
115
Badru Tamam Melajutkan Ritual
116
Sukarmin Penasaran
117
Makhluk Aneh
118
Rumah Jaya Dikelilingi
119
Badru tiba-tiba minta Tolong
120
Kesanggupan Jaya
121
Menjalankan Tugas
122
kekhawatiran orang tua
123
Keadaan Rara
124
dicegat setan pocong
125
Merasa Aman
126
Anak Tiba-tiba Rewel
127
Ternyata
128
Pengganggu
129
Rara Diusir
130
Pencarian Jaya
131
Sangat Sulit
132
Kehilangan Jejak
133
Ketakutan Saidah
134
Badru Tamam Kaget
135
Dudung Pulang
136
Kegelisahan Sukarmin
137
Hutang Pati
138
Kewalahan
139
Datang Tepat Waktu
140
Kumpul Keluarga
141
Pocong Cantik
142
Rara Belum Ditemukan
143
Meminta Bantuan Aki Kuncen
144
Memeras Juragan Pocong
145
Dudung harus ikut
146
Mengemparkan
147
Ada Jejak
148
Yahya
149
Tolonglah
150
Yaa Mayit
151
Ada Panggilan
152
Penampakan
153
Dikejar Setan Pocong
154
Terus menerus
155
Warga Panik
156
Semua Salah Dadun
157
ronda
158
Tamu
159
Ketakutan Dudung
160
bertemu dengan Dadun
161
Rara di Jemput
162
pertarungan Sengit
163
Keadaan Yahya
164
Menjenguk Yahya
165
Mengkhawatirkan
166
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!