Dua Hewan Buruan

Pov Sukarmin

Setelah mengistirahatkan tubuh agak lama aku membangkitkan diri kemudian berjalan menuju ke arah macan tutul yang terkapar tak bernyawa. aku menendang bagian pahanya kemudian menginjak bagian punggung, tapi tetap Macan itu tidak bergerak menunjukkan sudah benar-benar tak bernyawa.

Setelah merasa yakin dengan keadaan macan tutul, aku pun melangkahkan kaki untuk mencari golok yang tadi terlepas. ketika mencari dengan penuh ketelitian akhirnya aku pun bisa menemukan golok.

Setelah aku mendapatkan senjata. aku menghampiri kembali tubuh macan tutul yang masih tergeletak tanpa bergerak. Aku mengangkat bibirnya kemudian taring yang hanya tinggal satu aku pukul menggunakan golok dilanjutkan mengambil 3 cakar dari kaki depan untuk disimpan sebagai kenang-kenangan.

"Ternyata kamu benar-benar sudah mati namun ke mana Kijang yang tadi kau terkam?" Tanyaku mengajak macan tutul itu untuk mengobrol seperti mengobrol dengan seorang manusia.

Aku mendekat kembali ke arah pohon kiara, kepalaku mendongak ke arah atas terlihatlah hewan buruan yang berada di ranting pohon yang banyak bahkan daunnya aja terlihat sangat lebat.

Tubuhku yang terasa lemas bingung harus berbuat apa? sehingga aku mendudukkan tubuh kembali tidak mengerti apa yang harus aku lakukan selanjutnya, karena aku hanya tinggal sendirian, tidak ada teman yang bisa dimintai solusi. mataku menatap ke arah bangkai macan tutul kemudian beralih menatap ke arah bangkai kedua anjing yang terlentang dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Aku hanya menarik nafas dalam tubuhku semakin terasa lemas bahkan keringat semakin bercucuran.

"Sukarmin.....! sukarmin.....! ini ada apa?: terdengar suara orang yang bertanya dipenuhi rasa penasaran dan ketidakpercayaan.

Mendapat pertanyaan dari suara yang sangat aku kenal, aku tidak menjawabnya hanya melirik sambil menatap lekat seolah balik bertanya kenapa Kang Jaya tega meninggalkanku dalam keadaan yang sangat terdesak?

Orang yang baru datang berjalan dengan perlahan mendekat ke arahku, memindai keadaan sekitar menatap ke arahku, menatap ke arah macan tutul, menatap ke arah kedua anjingnya. kemudian berdiri seolah sedang meyakinkan dirinya bukan berada di dalam alam impian.

"Kumbang.....! Tablo.....! Kenapa kalian seperti ini? kenapa kalian meninggalkanku, ini sebenarnya ada apa sukarmin?" tanya Jaya sambil menjatuhkan tubuhnya yang bergetar mungkin merasa sedih ketika melihat hewan peliharaannya yang setia yang sudah memberikan banyak manfaat untuk kehidupannya, sekarang terbujur kaku dengan kondisi yang sangat mengenaskan. yang berwarna hitam terlihat ususnya keluar, yang berwarna coklat tubuhnya sudah tidak berbentuk lagi karena tadi dicabik-cabik oleh macan tutul.

"Kang Jaya, Kenapa Akang sangat tega meninggalkanku sendirian? kayak bukan seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab." ujarku menyalahkan Jaya yang tadi kabur menyelamatkan diri.

"Sukarmin tadi sebelum Akang berlari, akang mengajakmu untuk berlari bersama. kenapa kamu malah meninggalkan diri di sini?" jawabnya seperti tidak mau disalahkan.

"Lagian Kenapa harus berlari? Kita ini laki-laki yang harus berani menghadapi semua situasi baik Genting ataupun tenang. Tuh lihat kedua anjing Akang yang sudah menjadi bangkai, kalau akan tidak berlari mungkin mereka masih bisa terselamatkan."

"Maksudnya bagaimana sukarmin?" tanya Jaya seolah tidak paham dengan apa yang aku sampaikan.

"Aku melihat kedua anjing Akang yang setia disiksa sampai tubuhnya hancur tercabik-cabik oleh cakar macan tutul. Aku sebagai manusia yang memiliki amarah tidak kuat menahan ketika melihat hewan peliharaan yang sangat baik dan setia disiksa. dengan terpaksa menggunakan sekuat tenaga bertarung melawan macan tutul, awalnya aku sudah kehabisan harapan karena tidak kuat melawan harimau, Rencananya aku akan berlari menyelamatkan diri namun ketika melihat anjing seperti itu Aku bertarung habis-habisan." jawabku menjelaskan.

"Jadi macan tutul ini mati karena dibunuh olehmu?"

"Mau dibunuh sama siapa lagi karena di sini hanya ada aku sendirian sedangkan Akang sudah lari entah ke mana?"

Mendengar penjelasanku Kang Jaya hanya terdiam, dahinya mengerut wajahnya menunjukkan rasa sedih bercampur dengan rasa malu, karena sudah berlari meninggalkan teman seperjuangannya.

"Aku minta maaf sukarmin, karena aku sudah meninggalkanmu." ujarnya dengan suara parau menunjukkan permintaan maaf tulus dari dalam hatinya.

"Sudah nggak usah dibahas lagi karena aku sudah selamat, kalau hanya luka kecil itu sudah biasa. namun aku minta tolong Akang cepat turunkan hewan buruan kita!" ujarku sambil menunjuk ke arah atas.

"Emangnya mau dibawa?"

"Ya dibawa lah kang! aku sudah menaruhkan jiwa raga untuk mendapatkan Kijang, sekarang sudah didapat tidak mungkin dibiarkan begitu saja. cepat tolong turunkan takut tidak keburu bisa disembelih!"

Jaya terlihat mengalah dengan segera dia membangkitkan tubuh meski masih terlihat lelah, dia memaksakan untuk memanjat pohon kiara kemudian berusaha dengan susah payah untuk menurunkan hewan buruan yang sempat menghilang.

Setelah Kijang itu diturunkan terlihat sangat lemah dengan nafas yang turun naik, dengan segera Jaya pun mengeluarkan goloknya untuk menyembelih hewan Buruan, darahnya terlihat sangat banyak meski di bagian punduk ada darah yang mengalir Akibat gigitan macan tutul, aku hanya dia memperhatikan tidak ikut membantu.

"Alhamdulillah Kijang ini belum Mati. kayaknya tadi macan tutul itu hanya baru menggigitnya. nih, lihat bekas gigitannya!" ujar Jaya yang terlihat sumringah Karena perjuangan yang berat tidak sia-sia.

"Hari ini kita dapat hewan buruan sekaligus dua buruan. yang pertama macan, yang kedua Kijang." jawabku yang sama-sama mengulum senyum perjuangan yang dilakukan membuahkan hasil yang memuaskan.

Setelah disembelih Kijang yang sudah mati dengan segera diurus dan dibagi menjadi dua bagian, lalu mencari daun jati untuk membungkus dagingnya. Sambil bekerja aku terus bercerita pengalamanku ketika mengalahkan macan tutul.

Kira-kira pukul 05.00 sore, aku dan Jaya Baru keluar dari dalam hutan sambil memikul daging yang sangat banyak. aku dan Jaya hari ini sedang berada dalam keberuntungan karena sekaligus mendapat dua hewan buruan, diantarkan oleh suara burung yang terdengar berkicau seperti sedang mencari tempat penginapan, langit memerah merubahkan warna-warna rumput menjadi kuning keemasan, seperti hati kita yang terus berbunga-bunga.

Semakin lama aku berjalan semakin jauh meninggalkan hutan, suara burung sudah digantikan dengan suara jangkrik dan belalang disahuti oleh suara kodok ketika kita melewati sawah. sampai kira-kira 06.30 sore aku baru sampai ke rumah. dengan segera aku mengetuk pintu dapur terdengar suara orang yang berjalan kemudian pintu terbuka lebar terlihatlah Ati yang menatap heran ke arahku.

Setelah pintu terbuka, aku pun masuk kemudian menyimpan pikulan yang sangat berat di atas pelupuh, nafasku memburu keringat bercucuran membasahi tubuh.

"Akang membawa apa, Terus kenapa baju akang terlihat cupang camping? di bagian belakang sobek terus bagian tangannya juga kenapa sampai menghilang." tanya istriku dengan menatap penuh heran.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, aku mendudukkan tubuh sambil menyeka keringat, membuka tali golok yang melingkar di pinggang

"Sekarang akang sangat capek, Tolong ambilkan air minum!"

Istriku yang masih kebingungan namun dia sadar dengan kewajibannya, dia tidak bertanya lagi. mengambil mug lalu diisi oleh air teh, aku meneguknya dengan begitu cepat sehingga terdengar gelekan dari tenggorokan.

"Kenapa pulangnya sampai gelap?"  tanya istriku kembali.

"Akang hari ini perginya sangat jauh, sampai kemalaman di jalan."

"Terus apa yang dibungkus menggunakan daun jati, jamur atau jantung pisang?"

"Yang ini daging Kijang, sedangkan yang ini daging macan tutul." jawabku sambil menunjuk ke arah 2 bungkusan yang dipisahkan.

"Memangnya Akang berburu sama siapa, kok bisa sampai dapat daging Kijang?"

"Sama Kang Jaya. ke mana si Dudung? kalau ada tolong suruh antarkan daging Kijang ke neneknya, mumpung masih segar." jawabku yang memindai keadaan sekitar mencari keberadaan anakku.

"Si Dudung Sedang tidak ada di rumah, tadi sore dijemput oleh Amin untuk diajak ke kampung Cicukang, menemui saudaranya Untuk mengantarkan titipan dari bapaknya amin."

"Oh ya sudah kalau tidak ada, besok aja suruh dia untuk Mengantarkan daging Kijang." jawabku sambil meneguk kembali air teh yang berada di dalam mug.

"Sekarang mendingan Akang mandi dulu terus salat magrib, soalnya Sebentar lagi mungkin waktu Isya akan datang." ujar Istriku yang selalu mengingatkan kewajiban.

"Tapi tolong urus daging Kijang itu, namun jangan dicampurkan dengan daging macan."

"Lagian kenapa daging harimau dibawa ke rumah, nanti suka ada sesuatu yang tidak diinginkan!"

Mendengar peringatan Ati aku tidak menggubrisnya dengan segera bangkit kemudian mengambil handuk lalu pergi ke WC yang berada di samping rumah. Setelah membersihkan tubuh aku pun menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslim meski tidak tepat waktu.

Terpopuler

Comments

Sri Ningsih

Sri Ningsih

ceritanya jdi ngalor ngidul😒

2024-08-27

1

lihat semua
Episodes
1 Ada Pasar Malam
2 Menuju Tempat Hiburan
3 Pasar Malam
4 Dicegat Setan Pocong
5 Melawan
6 Melawan
7 Ditolong Warga Kampung
8 Mengganggu Ketenangan Warga
9 Setan Atau Siluman
10 Kehidupan Sukarmin
11 Berburu
12 Terkecoh
13 Buruan Menghilang
14 Dimiliki Macan Tutul
15 Merebut Kembali
16 Anjing Jadi Korban
17 Semakin Sengit
18 Dua Hewan Buruan
19 Tidak Enak Perasaan
20 Ada Tamu Tak Diundang
21 Mahluk Hitam
22 Sukarmin Menghilang
23 Pencarian Sukarmin
24 Sangat Mengkhawatirkan
25 Tertolong
26 Setan Pocong Berkeliaran
27 Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28 Rasa Penasaran Sukarmin
29 Menggantikan Tugas Bapak
30 Mahluk Putih
31 Memantau
32 Salah Panik
33 Uang Hilang
34 Diluar Batas Kemampuan Ronda
35 Kesaksian Dudung
36 Rencana Dudung
37 Kehidupan Rara
38 Tamu Tak Tau Malu
39 Diusir
40 Ngeronda Setan Pocong
41 Tugas Dan Janji
42 Berburu Setan Pocong
43 Dudung Menangkap Pocong
44 Lepas Lagi
45 Sakit Juragan Badru
46 Dudung Di ancam
47 Syarat Berat
48 Pekerjaan Ayah Rara
49 Beban Dudung
50 Sampai Sakit
51 Dudu Jujur
52 Musyawarah
53 Keputusan
54 Jaya Bertamu
55 Dudung Melamar
56 Ditolak dan dicampakkan
57 Wak Jaya
58 Rencana Dibuat
59 Menunggu Uang Hilang
60 Biarkan Rencanya Berjalan
61 Akhirnya Kena Juga
62 Mengembalikan Sisa Uang
63 Terkuak
64 Juragan Pocong
65 Aki Gayatri
66 Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67 Penangkal Makhluk Halus
68 Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69 Ilmu Dasar
70 Ujian Pertama
71 Negara Gilang Brata
72 Jadi Tamu Kehormatan
73 Janji Raja Suganda
74 Keinginan Yang Besar
75 Kerajaan Leweung Poek
76 Sambutan Kurang Baik
77 Meladeni Tantangan
78 Pertarungan Sengit
79 Permintaan Maaf Dudung
80 Penangkapan Kelok Hideung
81 Tugas selesai
82 Badru Tamam
83 Rencana Badru Tamam
84 Kesediaan Rara
85 Jaya Dipanggil
86 Tumbal
87 Mencari Penangkal
88 Berserah Diri
89 Baju Aneh
90 Penasaran
91 Siluman Pocong
92 Yani Sangat Ketakutan
93 Rara Terkejut
94 Sangat Mengkhawatirkan
95 Siluman Pocong Datang
96 Kabur berhamburan
97 Rara menemani Yani
98 Tak tega
99 Mencari Rara
100 Meresahkan
101 Keresahaan Jaya
102 Kehadiran Setan pocong
103 Badru Tamam
104 Raja Siluman Pocong
105 permintaan
106 Kawan Lama
107 Haji Sobari
108 Lamaran
109 Kaget
110 salah Yani
111 Baju Jimat Tidak Ada
112 Mendumel
113 Mebutuhkan Yani
114 Jawaban Yani
115 Badru Tamam Melajutkan Ritual
116 Sukarmin Penasaran
117 Makhluk Aneh
118 Rumah Jaya Dikelilingi
119 Badru tiba-tiba minta Tolong
120 Kesanggupan Jaya
121 Menjalankan Tugas
122 kekhawatiran orang tua
123 Keadaan Rara
124 dicegat setan pocong
125 Merasa Aman
126 Anak Tiba-tiba Rewel
127 Ternyata
128 Pengganggu
129 Rara Diusir
130 Pencarian Jaya
131 Sangat Sulit
132 Kehilangan Jejak
133 Ketakutan Saidah
134 Badru Tamam Kaget
135 Dudung Pulang
136 Kegelisahan Sukarmin
137 Hutang Pati
138 Kewalahan
139 Datang Tepat Waktu
140 Kumpul Keluarga
141 Pocong Cantik
142 Rara Belum Ditemukan
143 Meminta Bantuan Aki Kuncen
144 Memeras Juragan Pocong
145 Dudung harus ikut
146 Mengemparkan
147 Ada Jejak
148 Yahya
149 Tolonglah
150 Yaa Mayit
151 Ada Panggilan
152 Penampakan
153 Dikejar Setan Pocong
154 Terus menerus
155 Warga Panik
156 Semua Salah Dadun
157 ronda
158 Tamu
159 Ketakutan Dudung
160 bertemu dengan Dadun
161 Rara di Jemput
162 pertarungan Sengit
163 Keadaan Yahya
164 Menjenguk Yahya
165 Mengkhawatirkan
166 Selesai
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Ada Pasar Malam
2
Menuju Tempat Hiburan
3
Pasar Malam
4
Dicegat Setan Pocong
5
Melawan
6
Melawan
7
Ditolong Warga Kampung
8
Mengganggu Ketenangan Warga
9
Setan Atau Siluman
10
Kehidupan Sukarmin
11
Berburu
12
Terkecoh
13
Buruan Menghilang
14
Dimiliki Macan Tutul
15
Merebut Kembali
16
Anjing Jadi Korban
17
Semakin Sengit
18
Dua Hewan Buruan
19
Tidak Enak Perasaan
20
Ada Tamu Tak Diundang
21
Mahluk Hitam
22
Sukarmin Menghilang
23
Pencarian Sukarmin
24
Sangat Mengkhawatirkan
25
Tertolong
26
Setan Pocong Berkeliaran
27
Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28
Rasa Penasaran Sukarmin
29
Menggantikan Tugas Bapak
30
Mahluk Putih
31
Memantau
32
Salah Panik
33
Uang Hilang
34
Diluar Batas Kemampuan Ronda
35
Kesaksian Dudung
36
Rencana Dudung
37
Kehidupan Rara
38
Tamu Tak Tau Malu
39
Diusir
40
Ngeronda Setan Pocong
41
Tugas Dan Janji
42
Berburu Setan Pocong
43
Dudung Menangkap Pocong
44
Lepas Lagi
45
Sakit Juragan Badru
46
Dudung Di ancam
47
Syarat Berat
48
Pekerjaan Ayah Rara
49
Beban Dudung
50
Sampai Sakit
51
Dudu Jujur
52
Musyawarah
53
Keputusan
54
Jaya Bertamu
55
Dudung Melamar
56
Ditolak dan dicampakkan
57
Wak Jaya
58
Rencana Dibuat
59
Menunggu Uang Hilang
60
Biarkan Rencanya Berjalan
61
Akhirnya Kena Juga
62
Mengembalikan Sisa Uang
63
Terkuak
64
Juragan Pocong
65
Aki Gayatri
66
Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67
Penangkal Makhluk Halus
68
Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69
Ilmu Dasar
70
Ujian Pertama
71
Negara Gilang Brata
72
Jadi Tamu Kehormatan
73
Janji Raja Suganda
74
Keinginan Yang Besar
75
Kerajaan Leweung Poek
76
Sambutan Kurang Baik
77
Meladeni Tantangan
78
Pertarungan Sengit
79
Permintaan Maaf Dudung
80
Penangkapan Kelok Hideung
81
Tugas selesai
82
Badru Tamam
83
Rencana Badru Tamam
84
Kesediaan Rara
85
Jaya Dipanggil
86
Tumbal
87
Mencari Penangkal
88
Berserah Diri
89
Baju Aneh
90
Penasaran
91
Siluman Pocong
92
Yani Sangat Ketakutan
93
Rara Terkejut
94
Sangat Mengkhawatirkan
95
Siluman Pocong Datang
96
Kabur berhamburan
97
Rara menemani Yani
98
Tak tega
99
Mencari Rara
100
Meresahkan
101
Keresahaan Jaya
102
Kehadiran Setan pocong
103
Badru Tamam
104
Raja Siluman Pocong
105
permintaan
106
Kawan Lama
107
Haji Sobari
108
Lamaran
109
Kaget
110
salah Yani
111
Baju Jimat Tidak Ada
112
Mendumel
113
Mebutuhkan Yani
114
Jawaban Yani
115
Badru Tamam Melajutkan Ritual
116
Sukarmin Penasaran
117
Makhluk Aneh
118
Rumah Jaya Dikelilingi
119
Badru tiba-tiba minta Tolong
120
Kesanggupan Jaya
121
Menjalankan Tugas
122
kekhawatiran orang tua
123
Keadaan Rara
124
dicegat setan pocong
125
Merasa Aman
126
Anak Tiba-tiba Rewel
127
Ternyata
128
Pengganggu
129
Rara Diusir
130
Pencarian Jaya
131
Sangat Sulit
132
Kehilangan Jejak
133
Ketakutan Saidah
134
Badru Tamam Kaget
135
Dudung Pulang
136
Kegelisahan Sukarmin
137
Hutang Pati
138
Kewalahan
139
Datang Tepat Waktu
140
Kumpul Keluarga
141
Pocong Cantik
142
Rara Belum Ditemukan
143
Meminta Bantuan Aki Kuncen
144
Memeras Juragan Pocong
145
Dudung harus ikut
146
Mengemparkan
147
Ada Jejak
148
Yahya
149
Tolonglah
150
Yaa Mayit
151
Ada Panggilan
152
Penampakan
153
Dikejar Setan Pocong
154
Terus menerus
155
Warga Panik
156
Semua Salah Dadun
157
ronda
158
Tamu
159
Ketakutan Dudung
160
bertemu dengan Dadun
161
Rara di Jemput
162
pertarungan Sengit
163
Keadaan Yahya
164
Menjenguk Yahya
165
Mengkhawatirkan
166
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!